12.30.2013

Yang Tersisa

Yang ada hanya semakin kacau. Konsekuensi dari keberanian telah
mengambil pengetahuan yang jelas penuh resiko.
Menyisakan pengalaman masa sulit dari perkembangan jiwa.
Sedang kesadaran jelas mengajak berpaling, agar jangan hanya
menghasilkan sesuatu yang semakin membuat jauh menenggelamkan diri
sendiri pada tipuan yang direkayasa oleh kemampuan otak sendiri.
Tapi keyakinanku masing-masing tak akan bisa lari dari cerita yang
mereka telah buat sendiri.

Atau kau hanya ingin mengatakan bahwa ini hanya penggambaran dari pola
mekanisme dasar konsep bertahan hidup, menggeluti cinta sekedar meniti
anak tangga dari proses berkembang biak. Aku rasa darahmu telah penuh
dengan budaya cerdas yang kompleks dan tak mungkin kau nyatakan itu.
Kau amat rumit.
Barangkali ini sekedar asah kemampuan memposisikan ego pada realita.

Kekasih, kenyataanya aku masih tak bisa takut pada rasa takutku
sendiri. Aku masih nyaman dengan takutku sendiri. Aku masih terkuasai
keyakinan pun sangka kosong. Dangkal.
Benar aku selalu memikirkanmu dan barangkali aku telah benar-benar mencintaimu.

12.27.2013

Membaca Surat

Nirmala tertawa kecil, membaca surat elektronik dari Angga yang telah
beberapa hari ditunggu. Hal-hal bodoh Anggalah yang selama ini mampu
membantunya untuk melupa penat, atau memang Nirmala selalu ingin tahu
seberapa parah kegilaan Angga terhadap dirinya.
Terkadang Nirmala sadar jika Angga telah menjadi candu yang sulit
dibuang pun Nirmala juga tahu jika itu berarti buruk.

"Kita mendapat banyak hal disini, tapi tidak dengan kenyamanan seperti
di negeri sendiri"
Ucapan Nirmala sekedar menyakinkan bahwa dia sedang tidak sendiri.
Lebih pada keinginan Nirmala mewujudkan Angga dihadapannya tapi di
kenyataan kedua matanya hanya menangkap sosok Mirna.
"Ya" jawab Mirna pendek.
Mirna tahu jika ucapan Nirmala tak memerlukan penyambung kalimat,
Mirna tahu jika kesadaran Nirmala sedang jauh, bukan ditempat dia
sedang duduk menghadap layar monitor.

Ada kebencian Nirmala untuk mengakui bahwa dirinya telah jatuh cinta.

12.25.2013

Jawab Nungkai

"Tidak adakah disini pemikir handal yang tidak melibatkan klenik?"
"Aku tidak mempercayai klenik, sesuatu terjadi karena sebab yang bisa
dianalisa jika kecerdasanmu memadai dan mereka yang tidak memahami
mengatakan itu sebagai klenik, dan sebagian diantaranya mengatakan itu
sebagai sihir.
Kecerdasan bukan hanya logika, mereka yang cerdik akan melibatkan
kecerdasan hati dan perasaan, maka akan ditambahkan kepada mereka yang
benar bersungguh-sungguh kecerdasan sukma pun ketika mereka
benar-benar dalam keikhlasan maka kecerdasan ruh akan
menyempurnakannya.
Tapi kau tergesa-gesa menilai seseorang hanya berdasarkan kulit tanpa
melihat kedalam.
Prinsip mereka yang telah memahami kelima kecerdasan itu adalah
mengetahui apa yang tidak mereka pernah ketahui apalagi yang
kebanyakan orang telah ketahui. Mengetahui apa yang telah orang lain
ketahui sama sekali tak memiliki arti.
Kami belajar kepada yang tidak tahu, bukan kepada mereka yang telah
tahu, pun kami percaya terhadap apa-apa yang tidak bisa dipercaya,
bukan apa-apa yang bisa dipercaya" jawab Nungkai.
"Kalian tak beda dengan Angga"
"Benar, Angga memilih menjatuhkan cintanya kepada perempuan yang tidak
pernah dia bisa miliki, maka Angga secara tidak sadar akan mendapat
cinta yang sebenarnya, cinta yang bukan seperti kebanyakan orang
lalui. Maka dia berhak tahu kebenaran bahwa cinta yang benar justru
kesakitan yang mendalam, bukan romantisme seperti yang selama ini
diagungkan" Nungkai tak sedikitpun ragu atas ucapannya.

12.24.2013

Angga

Angga mendengar apa yang tetua ucap tapi ucapan tetua sama sekali tak
bisa dipahami. Pun tetua sangat mengerti itu, maka senyum tetua cukup
untuk mengganti tanda atas kemaklumannya, sedang setengah hati tetua
menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bijak memandang lawan bicara.

"Hari, bulan, hingga tahun berganti namun tak pernah aku bisa
berpaling darinya, setiap nafas selalu tentang dia" Angga menunduk
kalah. Kalah oleh perasaanya sendiri.
"Bahkan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta seluruh yang
ada diantara keduanya tak akan bisa mengantikannya" ucap Angga lagi
dengan tatapan mata yang kosong.
Tetua makin yakin jika tak satupun kalimat bisa menarik kembali
kesadaran Angga yang telah jauh berusaha menyentuh kekasihnya itu .
Tetua merasa jika Angga terlalu berani mengambil resiko dengan
menjadikan Nirmala sebagai idaman, sesuatu yang menurut tetua terlalu
kecil peluang yang dimiliki jika melihat kondisi Angga yang
berbanding terbalik dengan Nirmala. Pungguk merindu bulan.
Jauh diluar dugaan tetua, ternyata Angga memang benar-benar telah gila.

12.22.2013

Nirmala Bagi Angga

Tetua sungguh memahami Angga yang makin tak tentu arah.

"Dahulu aku berpikir akan ada orang lain yang akan bisa membatuku
untuk memilih nasib seperti apa yang aku inginkan.
Kenyataannya telah beribu orang aku datangi namun tak satupun diantara
mereka ada yang benar-benar bisa, sedang yang memberi tipu muslihat
sangatlah banyak.
Akan tetapi ada satu orang diantara yang aku temui itu sedikit lebih
bijaksana. Beliau mengatakan,
jika ada seseorang mengatakan kepadamu bahwa dia bisa merubah nasibmu
maka tengoklah kepada orang itu, apa dia bisa merubah nasibnya
sendiri. Sudah barang tentu tidak, sedang untuk dirinya sendiri dia
tak mampu apalagi untuk membantu orang lain.
Beliau lalu memberi tahu jalan yang paling mungkin untuk mencapai apa
yang aku mau.
Ujar beliau,
diawal keberadaan Adam terjadi sedikit konflik antara iblis dengan
Tuhan soal penstatusan Adam, singkat cerita akhirnya Tuhan bertanya
kepada Adam untuk membuktikan kebenaran dari apa yang Tuhan maksudkan
"sebutkan kepada-Ku semua nama (benda) ini, jika engkau orang yang
benar"( Al-Baqarah 31)
maka mereka menjawab "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau
maha mengetahui lagi mahabijaksana" (Al-Baqarah 32)
Kalimat yang menjelaskan bahwa Adam berusaha tidak memaksakan
pikirannya untuk mengetahui apa-apa dari yang sedang dia hadapi. Adam
memilih meletakkan apa yang dia ketahui, memilih untuk tidak merasa
bisa. Adam tidak tunduk terhadap kecerdasannya. Memilih kosong dan
membiarkan Tuhan mengajarkan apa-apa yang memang benar" tetua
menghentikan kiamat, diam sejenak lalu menyalakan rokok setelah
menawarkan kepada Angga untuk menghisap juga.
Pun Angga turut menyalakan untuk mengurangi tekanan yang ada dalam perasaannya.
"Kembalilah kepada Tuhan, agar Tuhan mengajarkan kepadamu apa-apa yang
benar tentang nasibmu. Jika ada lapang hatimu setelah ibadah malam
maka ucapkan seperti yang Adam pernah ucapkan kepada Tuhan dengan
penuh kesungguhan. Pahami maksud membersihkan diri yang berarti
mengosongkan, bersih berarti kosong dan tidak ada apapun, bodoh, pikir
baik tidak apalagi buruk, hati suci tidak apalagi kotor, sangka baik
tidak apalagi buruk sangka. Kosong ya kosong. Terserah onggokmu mau
diapakan oleh Tuhan, lalu katakan
SUBHANAKA LA ILMALANA ILLA MAALAMTANA INAKA ANTAL ALIMUL KHAKIM
seratus dua puluh tuju kali" tetua menghentikan kalimat sambil
menyalakan tiga bilah dupa lidi.
Semerbak harum tercium lembut bersamaan asap yang dengan ringan mengepul keatas.
Angga menunduk, semakin gelap perasaan dan makin tak terbendung.
Nirmala seperti bulan yang terlalu indah dan terbalut seluruh
keagungan dewi, tak mungkin dirinya boleh menyimpan rasa untuknya.
"Nirmala"

12.21.2013

Angga

Angga hanya bisa merasakan kecemasan Nirmala tapi dia tak pernah tau
apa yang seharusnya diperbuat.
Gumpalan gelisah dan sedikit takut di dada Nirmala benar-benar Angga
ikut merasa.

"Kau dewi yang seharusnya agung" ucap Angga.
Hampir gelap, justru membuat Angga lebih bisa menumpah seluruh
pemujaan terhadap Nirmala. Sket berubah menjadi gambar sempurna. Angga
benar-benar larut, lupa diri. Seluruh kesadaran hanya tertuju pada
Nirmala, sedang gelap telah sempurna.
"Nirmala" ucapnya ketika terasa tiup angin dingin mengembalikan
kesadarannya pada tubuh.
Barangkali ini saat Angga terlihat sangat bodoh, ketika Angga dikuasai
perasaan, ketika tak sedikitpun terlihat memiliki kecerdasan yang bisa
diandalkan untuk menopang hidup agar bisa lebih baik.
Tak terlihat ada kesungguhan hati yang benar-benar bisa konsisten
untuk tujuan hidup, tak memiliki prioritas selain larut dengan
perasaan.

Cinta Keduanya

Angga tahu jika pelayanan yang diberikan hanya akan sedikit saja bisa
mengurangi apa yang Nirmala harap. Nirmala yang memiliki trah walau
itu dari garis ibu namun dia tetap membawa darah agung.
Layaknya perempuan garis biru yang lain, Nirmala memiliki selera yang
Angga tak akan pernah bisa mengerti.
Tapi hidup tak pernah ingkar, apapun yang seseorang sedang hadapi
sebenarnya adalah hal yang seseorang itu sendiri pernah harap. Hidup
mengabulkan apa yang seseorang itu sendiri minta bukan apa yang
seseorang itu pikirkan.

Cinta dari keduanya hanya permainan dari keinginan, bukan kemauan.
Terbukti dari Nirmala yang tak pernah benar-benar mau terhadap Angga,
namun hanya rasa inginnya disentuh oleh cinta sajalah yang lebih
menguasai, dan setelah Nirmala kembali pada kesadaran pokok dari
kehidupannya sendiri maka status menjadi penting dan ternyata Angga
adalah hal yang tidak mungkin.
Tapi bagi Angga status bukanlah prioritas. Angga memahami cinta
sebagai pelayanan yang menuntut iklas, yang berarti tak pernah ada hak
baginya.
Angga tak pernah main-main pun dia tak pernah tahu apa itu sungguh-sungguh.

12.18.2013

Kekasih

Tentu semua orang mendapatkan cerminnya masing-masing. Mendapat
seseorang yang mampu mengambil fungsi pemenuh atas apa yang mereka
tidak pernah miliki, terlalu jarang ada seseorang bisa begitu
bersemangat dengan apa yang mereka telah miliki.
Gejala umum ketertarikan setelah seseorang mengabaikan fisik dari yang
mereka jadikan cermin itu. Mereka sebenarnya tak pernah mencinta
setelah hasrat seksual terpenuhi kecuali teman memenuhi sunyinya hati
dan perasaaan.
Tekanan sosial yang berdampak pada kecemasan hingga menimbulkan
depresi adalah hal umum, kecuali seseorang mengabaikan atas
kecenderungannya berprilaku sosial.
Hampir semua orang akan memenuhi takdirnya sendiri, seperti apa yang
mereka mau bukan seperti yang mereka ingin.

Dan kau sedang bercermin melihat semua ketidakmampuanmu menyata pada
diri seseorang yang kau sebut kekasih.

12.17.2013

Cermin

Perasaan itu masih, Nirmala tidak tahu lagi cara melenyapkan. Bahkan
untuk apa dilenyapkan Nirmala juga tidak tahu.
Ingin menjauh? sedang terlalu dekat tak pernah, apalagi seiya-sekata.
Kegilaan Angga terhadap dirinya adalah jawaban atas adanya rasa itu,
mungkin, dan itu hanya kemungkinan.

Nirmala hampir tak menyadari jika apa yang ada pada diri Angga adalah
cermin dari setiap nafasnya sendiri yang terasa berbeda dengan yang
lain.
Jauh dan gelapnya Angga setara dengan sepi dan takutnya sendiri.
Kebodohan Angga cermin dari hal yang dia merasa benar-benar tidak mampu.
"Apa yang ada dalam pikiranmu Ga" gumam Nirmala.
Sedang mata terpejam menahan setengah dari perasaannya yang telah lelah.
"Bukan kau Angga, kau salah"

12.16.2013

Kemauan

"Kau hanya ingin apa yang menurutmu sia-sia segera berakhir. Tapi kau
tak memiliki cukup kemauan.
Ingin bukan mau, kemauan lebih berbentuk sugesti dari dalam yang
dengan mudah mempengaruhi kemana arah kesadaran menuju, mampu
mempengaruhi pola pikir hingga hati dan perasaan.
Sedang ingin hanya hasrat sesaat, hanya memberi pengaruh pada pikir
dan itu akan sulit sampai ke hati" ujar Mirna tanpa sedikitpun menoleh
pada lawan bicaranya.
Nirmala hanya diam mendengar ucap Mirna.
"Mudah mengucap, itu benar dan aku tak akan jauh beda denganmu jika
aku ada di posisimu" lanjut Mirna mengetahui lawan bicara tak
bereaksi.

12.12.2013

Kejut

Apa yang mempengaruhi fungsi otak menjadi demikian kacau hingga parah,
hilang ingatan.
Ibu Hana termasuk yang parah. Kemungkinan disebabkan oleh saking
lamanya ibu Hana tak mendapat penanganan secara serius, hingga
berdampak fatal. Bahkan ketika di awal kesediaannya berkomunikasi
untuk meminta makanpun ibu Hana menggunakan bahasa isyarat
(mengarahkan tangannya ke mulut sendiri secara berulang, lupa bahasa
yang tepat untuk menyatakan makan/lapar) Semua memori bahkan yang
sangat dasar hampir semua hilang. Sisi pencirian bahwa dia makluk
sosial hampir tak ada. Semua hilang waktu itu.

Sekarang Nirmala terdiam, nalarnya berusaha mencari kemungkinan paling
efektif untuk mengkonstruksi ulang kesadaran ibu Hana. Walau sudah
lebih dari 50 persen ingatan ibu Hana telah kembali namun Nirmala
merasa masih ada beberapa bagian dari ingatannya itu palsu. Bagaimana
mungkin sesuatu yang tidak pernah ibu Hana alami seolah dengan benar
ibu Hana mengalaminya.
Nirmala semakin yakin jika ingatan itu palsu setelah dia memastikan
apa yang diceritakan oleh ibu Hana di cek kebenarannya, ternyata tak
pernah ada catatan dari pihak kepolisian daerah tentang adanya
kecelakan yang meruntuhkan jembatan pada tahun 2005 di tempat seperti
yang ibu Hana maksud.
Sedang dari cara ibu Hana bercerita tidak menunjukkan adanya
permasalahan dengan kondisi jiwa. Cerita yang benar-benar mampu ibu
Hana ceritakan secara berulang tanpa ada perbedaan kronologis dari
cerita satu dengan cerita yang lain.

" Kau seperti ayahmu, terlalu larut untuk mencapai sesuatu, kadang
abaikan terhadap hal yang kau anggap tidak ada kaitannya dengan yang
kau tuju, walau itu sebenar hal dasar.
Kau kadang merasa tak yakin dengan dirimu sendiri, itu membuat kau
susah bergaul. Kau baru sedia berkawan jika perasaanmu telah
memastikan keadaan benar baik.
Kau sedang terjebak romantisme sesaat yang pernah kau alami dan
sekarang kau tak bisa melawan perasaanmu sendiri" ucap ibu Hana dengan
senyum tuanya. Tergambar jelas sisa-sisa kecantikan masa lalu dari ibu
Hana.
Nirmala terkejut bukan main, darah seperti terhenti pun wajahnya
memucat. Tak ada yang luput apa yang diucap oleh ibu Hana. Bagaimana
dia bisa tahu.
Ibu Hana tahu jika dia telah salah berkalimat berusaha lekas menggapai
tangan Nirmala, namun Nirmala menghindar.
Ibu Hana surut kebelakang terlihat ketakutan, wajahnya berubah.

Alih

Ibu Hana sudah bisa memakai lipstik dengan baik, jauh dari dulu ketika
Nirmala menemukannya. Waktu itu kondisi ibu Hana sangat parah, rambut
kumal, bau dan sulit diajak berkomunikasi. Gangguan jiwa yang parah.
Ibu Hana bukanlah Proyek.
"Awalnya dia sangat takut dengan air, ketika aku paksa untuk di
mandikan tubuhnya menggigil terkena air, bergetar hebat, jelas sekali
jika organ tubuhnya sudah sangat lupa dengan air. Seolah seumur hidup
baru sekali itu dia tahu yang namanya mandi air.
Perlu hampir tiga bulan aku membuatnya terbiasa untuk mandi,
mengenalkan kembali yang namanya membersihkan tubuh.
Perlahan dia mulai percaya dengan lingkungan dan mulai bisa meminta
makan, minum atau hal sederhana lain.
Sedikit demi sedikit dia bisa menyebut cermin, sisir, bedak dan yang
paling mengharukan ketika dia minta ijin untuk menggunakan benda itu
walau tampak sekali keraguan. Luar biasa keterharuanku.
Kemarin aku terkejut lagi, karena ibu Hana bercerita bahwa dia pernah
di beri hadiah kebaya warna ungu yang selalu diidamkan waktu itu dan
dia menyebut jika kekasihnya yang menghadiahi itu.
Perkembangan yang jauh diluar dugaankau, ibu Hana mulai menemukan
memorinya kembali. Sangat positif.
Aku justru banyak belajar dari ibu Hana. Seluruh perkembangan justru
memberi pengetahuan dengan tepat setiap duduk masalah. Mulai dari
dasar tentang kondisi utuh manusia" ujar Nirmala.

Mirna tahu jika kegiatan sosial yang diceritakan Nirmala hanya
pelarian atas kegalauannya.
Dan semua yang diceritakan Nirmala adalah hal yang Mirna juga sudah tahu.

12.11.2013

Desember

Bulan desember kepingan-kepingan halus dan empuk berwarna putih bersih
turun dari langit, semua pohon, atap, jalan, halaman tak luput bebagai
jenis kendaraan yang terparkir diluar semua tertutup tumpukan warna
putih. Salju.
Baju tebal terasa masih kurang bisa menahan dingin, Nirmala sudah
jenuh dengan ruang kerja yang memang membosankan.
Tak beda dengan jalanan yang hampir setiap hari dilaluinya. Rutinitas
membosankan.
Dulu eropa merupakan tempat yang terlalu indah, tanah harapan untuk
bisa merajut mimpi. Sekarang takjub itu telah berganti dengan bosan
walau Eropa tetap karya besar manusia yang tak tertandingi pun kagum
itu masih.
Namun Eropa tempat dia berpijak sekarang seperti hanya memberi
kegelisahan yang makin menumpuk waktu demi waktu. Nirmala ingin
menjerit menumpahkan semua beban, tapi tak.
Setiap kali ingin menangis tapi tak jua bisa.
Dulu dia sempat bangga ketika mampu mandiri, mampu terbang lepas
melampaui batas harapan dari kebanyakan perempuan dimana dulu dia
berasal. Tapi mengapa sekarang semua terasa petaka. Pengejaran
berbalik arah menjadi dia yang dikejar. Dan semua bertambah parah
ketika Angga masuk dalam kehidupannya.
Sesekali Nirmala berharap bisa melihat catatan nasib walau dia tahu
itu tak akan mungkin.
"Ga, aku dulu meremehkanmu, aku salah. Kau ternyata lebih dari cukup
membuat sulit.
Ga, maafkan aku, pergilah dari hadapanku" ucap setengah dari batin
Nirmala, dan setengah dari batinnya ada masih rasa tak ingin
membiarkan Angga berlalu.

12.10.2013

Diamnya Mala

Bebet bibit bobot bukan isapan jempol semata. Trah biru yang memiliki
kecenderungan logika cerdas atas dasar verifikasi saint akan sulit
ketika berbenturan dengan trah bawah yang hanya memiliki pengetahuan
akar rumput.
Mala terdiam mendengar setiap ocehan Angga bukan karena dia tak mampu
bicara, tapi Mala merasa bodoh ketika harus menghadapi orang bodoh.
Bukankah lebih baik memilih diam ketika ayam yang dihadapi, semua
orang akan berpikir dua kali jika hendak berbicara dengan ayam.
Kecuali orang itu sakit.
Analogi sederhana yang bisa menjelaskan mengapa Mala sering membisu
ketika Angga membual.

Pun Angga, dia tak sepenuhnya bodoh. Hanya saja Angga selalu memiliki
cara pandang berbeda terhadap setiap masalah, cara pandang yang tak
lazim. Dibilang benar tapi tak bisa diikuti, pun ketika dibilang salah
ternyata masih ada benarnya.

Ah..., kaum akar rumput yang selalu aneh, jauh dari tatanan.
Sayang Angga tak bisa memilih harus lahir dari keturunan apa.

12.09.2013

Lamun

Barangkali satu-satunya alasan karena Nirmala selalu terhibur melihat
kesalahan-kesalahan Angga, Angga lucu dengan kekonyolannya. Kebodohan
Anggalah yang tak dimiliki laki-laki lain. Lagi pula Angga
satu-satunya laki-laki yang setia.
Angga tak pernah cemburu, walau itu berarti Angga memang tak pernah
berani untuk cemburu.
Sesekali Mala mengharap Angga sedikit memiliki keberanian, atau yang
lebih, melamar.
"Setan kau Ga!" serapah Mala keras mengejutkan Mirna yang sedang asyik
dengan selulernya. Pun Mala sendiri juga terkejut, buyar semua
lamunan. Mala baru sadar jika dia tidak sendiri.
Keduanya hanya lempar tawa kecil. Diluar dingin, sedikit terasa angin
menerobos lewat jendela yang belum ditutup.
Mala menuju meja rias, duduk bercermin memandangi pantulan wajahnya.
"Aku masih cantik" ujarnya.
Mirna sejenak ikut memandang pantulan wajah Mala lalu tersenyum.

Pemuja

Bagaimana mungkin seorang perempuan cerdas yang terbiasa melakukan
pengkajian ilmiah dengan metode kerja sistematis di setiap
proyek-proyek empirisnya bisa larut dengan laki-laki pembual.
Bagaimana mungkin Nirmala bisa meladeni ucapan laki-laki yang hanya
berlagak tahu. Laki-laki yang hanya memiliki pengetahuan ngawur, hanya
batinisasi tanpa ada alur pun urutan yang jelas. Laki-laki yang setiap
ucapannya hanya berdasar pada semangat pembelaan keyakinan rasial
semata.
Sedang banyak mata memandang tapi Mala masih belum risih. Atau memang Mala buta.
Barang kali nasib benar-benar memaksa. Dan kesadaran waras Mala kalah
oleh naluri perempuannya ketika mendapat sanjungan, ketika dipuja.
Bukan pula sanjungan kosong karena memang pantas Mala mendapat
sanjungan itu, karena Mala memang perempuan yang melebihi harapan.

Sayang sang pemuja itu Angga.

12.08.2013

Tawa Mirna

Bukankah Angga yang mampu memenuhi penyetaraan atas kelamnya perasaan
yang selalu disimpan, walau nyata Angga merupakan pilihan yang tak
masuk akal. Walau Mala tahu jika Angga pelepas rasa haus yang diseduh
dengan pestisida.
Bagaimana mungkin alam terasa seperti menghukum.
"Dia aneh, kadang terlihat cerdas kadang konyol, kadang banyak bicara
kadang pendiam. Gila kali"
Mirna menahan tawa mendengar ucapan Mala.
"Gak beda sama kamu" sambung Mala yang merasa ditertawakan.
Makin keras tawa Mirna mengetahui Mala yang makin sewot.
"ah..., mana mungkin kalau gak sama bisa nyambung komunikasi, ya
nggaklah. Nah siapa yang gila" jawab Mirna yang masih tak bisa
menghentikan tawa.
Mala tersadar jika ucapan sahabatnya itu ada benarnya.

"Angga, mengapa kau ada dan bukan yang lain"

Nirmala

Terik matahari ketika pulang sekolah di tepat pukul satu siang membuat
tenggorokan terasa kering, tapi gosip dari mulut Santi masih bisa
menghibur.
Keceriaan belasan tahun silam terkadang masih terasa.
"Huh..." Nirmala rindu masa yang telah lalu, masa bersama kawan yang
sekarang entah seperti apa mereka. Masa-masa bersama malaikat kecil.
Masa cinta tak perlu kerumitan pun tuntutan. Cinta hanya warna indah
juga pesona.

Sekarang semua sudah lain, sama sekali tak terbayang jika akan sesulit
ini. Nirmala sudah tidak bisa lagi memilih, entah apa, seperti apa,
kemana. Terasa tanggung, serba sulit yang ada.
Makin jengkel lagi dengan adanya Angga, seolah hidup hanya permainan
kosong. Pria yang dibuang tak bisa pun ketika disimpan akan makin
terasa jika dirinya telah jauh lepas dari alur kehidupan yang
seharusnya.

Nirmala semakin tak yakin dengan jalan hidup yang dulu diyakini.
"Ya Robb."

12.07.2013

Angga

Apa yang mengikat perasaan, begitu kuat mengakar. Laki-laki yang tak
begitu pintar telah berani melepas isi hati pada perempuan yang
nyata-nyata bukan untuknya.
Jika jawabnya cinta bukan hal logis maka untuk apa bahas.
Di negeri tanpa human error, orang-orang tergabung. Mereka
mengandalkan perasaan tanpa berani menganalisa lebih jauh.
Cinta adalah perasaan, cinta membuat mabuk kepayang.

Angga tak lagi tergantung pada tetua, Angga telah bisa menata perasaan sendiri.
Pagi-pagi Angga telah menyiapkan beberapa kertas ukuran hvs beserta
tinta pelik, dia ingin keluar menuju pohon Asam di perbatasan. Angga
ingin menuangkan apa yang menggumpal dalam perasaannya pada kertas.
Selalu begitu cara Angga mengungkap apa yang tak bisa diutarakannya,
karena Angga tak secakap Pram dalam penyampaian, dan sketsa merupakan
penumpahan.

12.06.2013

Negri Tak Masuk Akal

Di negeri tanpa human error, negeri sempurna. Maka setiap kekacauan
merupakan kutukan dewa, pun setiap keberhasilan merupakan bagian dari
rencana dewa jua.
Pram juga Angga bergabung dengan mereka demi semua hasrat yang kandas,
karena logika, hati dan perasaan bukan hal yang mereka berdua bisa
imani lagi.
Setiap sanggahan dari apa yang disampaikan lawan bicara bukan untuk
pencapaian melainkan hanya basa-basi, menyambung tali silaturrahim,
tak lebih.

Cara penyelamatan hidup yang buruk bagi sebagian orang, namun bagi
sebagian yang lain mengatakan bahwa hidup tak memerlukan penyelamatan
melainkan apa yang telah ditanam.

12.04.2013

Catatan Angga

Suatu ketika ada seorang pemimpin umat, yang belakangan beliau di
agungkan sebagai nabi besar. Namun semasa awal beliau menyebar syiar
sering diperolok sebagai majnun alias gila, beliau tak bisa
menghentikan kalimat syiar itu karena beliau sangat tahu dengan
senyata-nyatanya tentang apa yang disampaikan.
Wajar sekali ketika orang tidak mengerti akan menolak, menghujat
sesuatu yang baru didengar, jika yang baru didengar itu berbeda dengan
kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sosial. Walau bukan sekali
orang yang tidak mengerti itu mendengar penyampaian maka tetap akan
menganggap gila penyampai jika orang tersebut masih tidak mengerti.
Aneh.

Jalan untuk menjadi waras, tidak aneh maka nabi harus merelakan,
membuang apa yang dia ketahui tentang kebenaran. Maka setelah itu nabi
akan waras seperti kebanyakan orang, hidup berlaku keji, keji adalah
hal umum, jika nabi seperti yang umum berarti normal.
Sayang nabi tidak melakukan.

Kasih aku mencintaimu dengan tak wajar.
Dan aku suka kamu tak seperti apa yang bisa aku sendiri gambarkan. Kau
lebih bagiku, lebih dari yang kau sendiri kira.
Aku tak akan pernah bisa menyatakan kebenaran seperti nabi.

12.03.2013

Sihir

"...semesta beserta isi bersifat kekal, tak satupun lenyap yang ada
hanya perubahan bentuk. Kayu dibakar jadi abu, kayu bukan musnah tapi
berubah bentuk, kau tahu itu.
Manusia umum hanya menggunakan 20 persen kemampuan otak, jika kau
ingin bukti maka lihatlah dirimu yang setiap hari hanya berlaku
kebiasaan tanpa berpikir, kau hanya berpikir ketika terbentur masalah,
itupun sering kau berpijak pada perasaan bukan logika cerdas.
Sihir mengandalkan optimalisasi kemampuan otak untuk merubah wujud.
Kau harus jenius"
Pram sadar jika Nungkai memang memiliki logika sihir. Bukan sekedar
kabar burung jika nungkai telah menggabungkan mantra sihir dengan
logika cerdas, ilmiah.
"Kau hanya memerlukan sedikit materi yang bisa kau ubah untuk menjadi
tampak berjuta, pun sebaliknya. Seperti kau memerlukan kalimat awal
dari lawan bicara ketika kau jatuh cinta, kalimat awal yang akan bisa
kau kembangkan layaknya kalimat milik para pujangga. Materi yang itu
jua, tapi kau sihir menjadi panjang dan bertele-tele alias gombal.
Sihir tak membantu nasib kecuali menghibur mata" lanjut Nungkai.

?

"Kau tahu jika masa depan bukan untuk kita"
Angga mengangkat wajah, dia tak bisa membeda antara pemujaan atau mendamba.

12.02.2013

Angga

Sungguh tahu jika kekasih yang dipujanya menganggap lelucon terhadap
semua apa yang telah di lakukan, tapi pujaan tetap yang terindah, bagi
Angga semua bukan sekedar joke, walau setengah kesadarannya sendiri
membenarkan anggapan itu, ketika Angga berpikir layaknya orang-orang
yang waras tentu.
Merasa, Angga merasa bukan manusia cerdas yang memiliki kemampuan
adaptasi dalam interaksi sosial modern dan itu bukanlah hal yang
menyenangkan.

"Kecerdasan manusia bukanlah sekedar kemampuan logika pun analisa,
karena hidup memiliki unsur lain. Ada hati pun perasan yang menurut
Pram melibatkan empat instrumen pikir, hati, naluri, pun ego individu,
sedang bagiku melibatkan lima hal, karena perasaan juga terlibat.
Sedang hati dan perasaan memiliki arti yang berbeda.
Jika benar apa yang kita pikirkan dari setiap analisa yang telah kita
lakukan, sehingga bisa kita imani pikiran itu tentu hidup kita akan
membaik semua, hidup akan berjalan seperti apa yang kita pikirkan.
Apa yang membayangimu setiap di kesendirian, apa-apa yang terlihat
mudah diucap tapi tak pernah kau capai setidaknya itu sedikit bukti
bahwa kau bukan apa yang kau pikirkan, benar ternyata salah" ujar
tetua.

Angga terdiam, tak ingin dia bertemu dengan kekasihnya lagi. Bukan
karena suka atau tidak suka tapi Angga merasa jika kekasihnya terlalu
indah baginya hingga dia malu untuk menyentuh. Namun ada deretan
ketentuan yang memaksa perasaannya untuk tak pernah bisa
melewatkannya. Dia kekasih.
Sedang beribu doa telah dilepas. Sia-sia.
Hal yang dianggap kebanyakan orang sebagai lelucon, sedang bagi Angga
adalah keseriusan akan pemahaman hidup yang terikat dengan perjanjian
hidup, perjanjian dengan Tuhan yang hanya bisa dipahami ruh.
Sudah barang tentu akan menjadi bahan tertawaan jika tersampaikan
kepada yang lain.
Angga sadar jika dirinya terlalu konservatif di era yang serba
praktis, era digital, era anak baru lahirpun sudah mengenal fisika
plasma.

Ah... Angga. Setengah dari kesadarannya sakit.

11.26.2013

Atheis

"Mengalahlah, lepaskan semua mimpi. Jika seseorang merasa dirinya tak
pernah bisa mapan maka sampai kapanpun mapan itu tak akan pernah ada.
Konflik ada sejak awal, sebelum manusia disebut sebagai manusia,
sebelum manusia bisa menyebut dirinya sendiri sebagai AKU, sebelum
tuhan ada dalam pemahaman, sebelum konflik difahami sebagai konflik,
konfliklah yang membangkitkan kehidupan cerdas jutaan tahun yang lalu
atau bahkan milyaran tahun yang lalu.
Memang bagi sebagian orang tak akan mempercayai sesuatu sebelum
sesuatu itu memiliki bukti yang mendasari. Sebagian dari mereka justru
mengatakan tuhan ada setelah manusia ada, bukan sebelum manusia ada.
Ah..., ilmuwan yang terlalu pintar, mereka tidak boleh yakin sebelum
bukti. Perasaan hanya akan membentuk keyakinan. Dimusnahkan demi
profesional" ujar tetua.
Angga tak lagi yakin jika tetua hanya orang pedalaman yang memegang
kearifan lokal.
Teringat Angga pada kekasihnya yang dulu pernah mengajukan pertanyaan
apakah cinta seperti agama? Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban.
Hati dan perasaan masing-masing yang tahu dan akan musnah ketika
logika cerdas menterjemahkan.
Angga hanya tahu bahwa kekasihnya adalah perempuan yang melebihi
harapan. Setidaknya itu logika yang Angga miliki.

11.24.2013

Profesional

"Dulu seorang sahabat pernah mengatakan jika ada kecenderungan
seseorang dalam berkarya, yang mana karya kebanyakan tidak akan jauh
dari kondisi fisik dari sang kreator itu sendiri. Andai seseorang
pelukis bertubuh kurus maka apa yang dilukiskan cenderung berobyek
kurus jua, pun sebaliknya.
Ketika aku melihat Salma yang santun juga lembut dalam bertutur
rasanya tak mungkin dia menekuni teluh jahat seperti yang tetua
sangkakan"
Tetua tersenyum mendapati pertanyaan Angga yang dianggap terlalu lugu.
"Benar, itu benar bagi pemula atau orang yang tak pernah menjadi
profesional. Sebagian orang sudah bisa melepas ikatan dengan dirinya
sendiri, seseorang tersebut abai terhadap tubuh, pun hati dan
perasaanya sendiri, bahkan jika mungkin mengubah karakter dasar
dirinya.
Ada beberapa orang yang mampu membentuk pribadi ganda.
Contoh, andai pian suka baju bercorak lembut pun warnanya maka pian
pasti memiliki alasan atas kesesuaian menurut hati dan perasaan pian
sendiri, yang mungkin banyak terpengaruh dari lingkungan tempat
berinteraksi pian. Pian akan merasa aneh ketika menggunakan warna yang
berani pun corak yang menonjol.
Suatu ketika pian berangkat dari rumah memenuhi undangan seorang
perupa dan sebelum berangkat pian pilih busana yang pas menurut pian
dan sangat terlihat wajar, normal.
Begitu pian berangkat dan kemudian tiba dilokasi pian disambut oleh
perupa yang mengundang tadi, perupa itu mengenakan banyak aksesoris
pun pakaian terlihat kurang rapi dan setelah masuk ternyata didalam
telah menunggu beberapa rekan perupa yang lain, mereka yang didalam
tak jauh beda bahkan lebih berantakan cara mereka berpakaian, ada yang
tubuhnya dipenuhi tato, telinga penuh tindik berisi banyak anting dan
sebagainya.
Ulun yakin saat itu pian akan merasa ragu, canggung. Pian merasa
menjadi asing diantara mereka, lalu hati pian bertanya, pian yang tak
normal atau sahabat-sahabat pian yang tak normal, sedang pian telah
merasa normal ketika berangkat, dan ketika yang lain jauh berbeda maka
pian akan meragu.
Lalu pian mengandai diri pian sendiri mengenakan pakaian seperti
mereka, bisakah?
Gak akan barangkali.
Tapi bagi seorang profesional akan lain, sebut saja penjahat
profesional, maka penjahat itu akan berdandan ala seniman demi bisa
membaur, penjahat itu berusaha menjadikan dirinya seolah seorang
seniman demi mendapat apa yang dituju. Pun ketika penjahat itu
mendatangi bankir maka diapun akan mengenakan busana yang bersih dan
rapi.
Salma profesional, dia menyesuaikan tehadap yang sedang dihadapi, dia
akan sebisa mungkin menutup yang ada di hati dan perasaanya dan kita
tak akan tahu apa maksudnya" jawab tetua.

Angga makin merasa bodoh. Dia merasa selama ini tak pernah sanggup
menutupi hati dan perasaan yang rindu pada kekasihnya. Angga merasa
dirinya terlalu dangkal, murahan.

11.20.2013

Angga

Angga mengangkat wajah memandang langit yang biru, dia sadar betapa
orang-orang hanya memenuhi panggilan alam untuk ikut dalam tarian
menyambut musim demi musim. Mitos yang akhirnya membentuk kearifan
budaya.
Tak ubah dengan cintanya, cinta pada seorang kekasih pujaan, semua
terasa hanya tarian alam.
Angga sadar betapa dia tak mampu berpikir hal rumit, dia sadar atas
kebodohannya sendiri. Apalagi ketika kekasihnya diam, Angga makin
sadar jika dia memang orang yang tak berguna. Sesalnya sangat mendalam
ketika sadar bahwa dirinya ternyata tak bisa ikut menari.

Angga bodoh.

11.19.2013

Tetua Bimbang

"Empat pilar yang sekaligus menjadi pintu masuk monyet keseimbangan
turun ke bumi. Monyet empat muka yang sebenarnya turun dari neraka
namun selalu membawa aroma syurga, dia bukan penolong melainkan
mencari pengikut, dia bukan keseimbangan seperti yang ditawarkan
melainkan petaka yang tertutupi bidadari syurga dengan segala
kelembutan.
Dan batu penyangga sebenarnya tak pernah jauh kecuali monyet itu
sendiri yang mengetahui, dan dia jadikan penutup dari wujud sebenarnya
berupa semerbak wangi cendana yang tak kau temukan di timur pun barat
atau di utara pun selatan, seolah kuddus" ucap Salma.
Tetua makin tak mengerti dengan apa yang diucap Salma, bukankah selama
ini monyet keseimbangan menjadi buruan orang-orang dan dianggap
sebagai penyeimbang kehidupan.
"Nisa adalah perempuan yang dipercaya kaum tua untuk mempelajari
monyet itu lebih dalam dan Nisa memang telah menguasai kitab yang
menjadi pegangan kaum salafi.
Sementara hampir semua orang mengatakan aku ahli teluh sedang tak
sekalipun mereka pernah menyaksikan aku melakukan teluh, dan aku hanya
menjawab amien..." lanjut Salma.

Untuk kali pertama tetua ragu jika Salma ahli teluh. Tetua merasa ada
sesuatu yang salah dengan yang selama ini ia dengar tentang Salma.

11.15.2013

Ciut Nyali

Wajah lembut Salma bukanlah jaminan atas keadaan bisa membaik.
"Murdi yang dulu memiliki banyak nyali tapi sedikit kebijaksanaan
rupanya telah berubah. Sekarang kau mampu ikut bermain dalam tarian
kehidupan mengikuti genderang yang makin rancak"
"Aku hanya menjaga rohku agar tak terlepas dari tambat" jawab tetua
dengan penuh kehati-hatian karena tetua masih yakin jika mahkota teluh
itu masih dijaga oleh Salma dengan baik.
Belum lagi sempat menata perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap, aroma
kembang kopi telah memenuhi di sekitar tetua berdiri dan itu makin
menciutkan nyali. Menurut kabar bau kembang kopi merupakan tanda awal
Salma melepas teluh dan sejak dulu Salma tersohor kehalusannya dalam
teluh.
"Aku hanya kebetulan lewat untuk menikmati sore yang memiliki nuansa
indah bagiku" ucap Salma dengan lembut yang justru membuat tetua
menelan liur masam.

Sejak kandasnya perasaan Salma pada Nungkai teluhlah yang menjadi
pilihan Salma. Diam dan tak lagi menampakkan pada kehidupan lain
justru menjadi pilihan Salma walau dia sangat tahu jika itu taklah
baik.
Nungkai asyik dengan ilmu hitamnya pun Salma makin terhukum oleh
perasaanya sendiri. Tapi itulah hidup yang sering tidak memberi
pilihan.

Penakut

Sedikit angin membawa suasana yang menakutkan, sepi. Sedang tetua
sibuk dengan diamnya sendiri. Angga berpikir kehidupan alam arwah
bakal mendatangi dan Angga tak tahu kemana harus lari.

"Ulun hanya memastikan bahwa semua dalam kondisi baik. Jangan takut" ujar tetua.
"Yup" Angga asal jawab menutupi rasa takut.
Sedang perasaan takut benar-benar menguasai. Hantu dan hantu itu saja
yang ada di kepala hingga liur terasa masam.
Benar tak berapa lama tetua mendadak bangkit karena dia merasa ada
yang datang. Rupanya kejut dari tetua mengakhiri ketakutan Angga yang
telah memuncak. Angga pingsan untuk yang kedua kalinya. Tetua
tersenyum mendapati Angga yang jauh diluar dugaan. Angga benar-benar
lemah juga tolol sedang setengah dari pertanyaan meragukan bagaimana
mungkin seorang perempuan bisa mencintai laki-laki yang jauh dari
untuk bisa diandalkan.

"Gegaraning wong akrami dudu rupa dudu banda..." suara perempuan
melantunkan tembang Jawa.
"salma" tetua mengenal jelas suara itu. Benar, salma sudah ada dibelakang tetua.
"Salam laika, dulu seorang sahabat mengajarkan padaku tembang itu,
ketika aku patah.
Yang menjadi pijakan dasar sebuah ikatan pernikahan untuk membentuk
keluarga sakinah, mewadhah, warohmah bukan atas dasar harta pun rupa.
Kira-kira seperti itu makna tembang tadi. Ikatan tali kasih yang
seharusnya berdasar pada hati yang tak menggunakan kalkulasi. Angga,
penakut pun tak pintar tapi dia memiliki kesungguhan atas ketetapan
hatinya sendiri, mengapa kau ragu tetua?"
Tetua benar-benar terkejut karena Salma bisa membaca apa yang sedang
ada di pikirannya.

11.14.2013

Heran



“Pertemuan Pram dengan Nungkai hanya memberi gambaran betapa kesombongan masih lebih menguasai, walau seseorang telah paham terhadap nilai kehidupan sekalipun, walau ada kepentingan lain yang seharusnya lebih bisa menekan kesombongan akan tetapi sifat dasar manusia yang selalu menjadikan kerusakan dan pertumpahan darah semata tetap akan muncul mengambil ruangnya sendiri.
Setiap dialog tak lebih hanya menunjukan prilaku meninggikan keakuan, bahwa aku lebih tahu daripada kamu. Dorongan atas penguasaan akan tetap terjadi ketika seseorang merasa ada kemampuan dalam pemikiran, materi atau apa saja yang mereka bisa jadikan sarana penaklukan terhadap yang lain.
Tinggi ego.
 Maka menjadikan diri sendiri bodoh dengan membuang apa yang seseorang itu telah pelajari bukanlah hal yang buruk. Pun ketika seseorang menjadikan diri sendiri bodoh bukan berarti seseorang tersebut benar-benar bodoh karena sewaktu seseorang melakukan sesuatu tentu naluri akan menuntun pada penyelesaian terhadap suatu masalah yang mereka sedang hadapi. Pun  pengetahuan yang mereka lupakan  tak jua sepenuhnya hilang dan akan menjadi perbandingan dengan sendirinya, terjadi peleburan yang mematangkan” ujar tetua.

Angga hanya mengatakan ya, ya saja. Angga sebenarnya lebih tertarik dan bertanya-tanya bagimana cara kerja air dalam mangkuk hingga bisa berfungsi layaknya cctv yang ada di rumahnya, sehingga mereka berdua bisa melihat apa yang dilakukan Pram dengan Nungkai. Dalam benak "kok bisa ya, wah..." maka terpikir, sudah barang tentu Angga ingat kekasihnya dan ingin memanfaatkan kemampuan tetua.

11.11.2013

Selisih

"Aku berpikir kau sok tahu dan kau juga lebih jahat dari yang aku kira
sebelumnya"
"Ya, kau boleh berpikir seperti itu, seperti yang kau dengar, Nungkai
peneluh, Nungkai pengikut ilmu hitam" jawab Nungkai.
Nungkai mengakhiri ucapan bersamaan dengan munculnya seekor ular warna
hitam dari dalam lengan baju Nungkai, tampak mengkilat seperti
berminyak.
Pram tahu jika Nungkai sedang ingin menunjukkan siapa dirinya.
"Tak satupun di bumi tempat berpijak sesuatu ada dengan seketika, pun
tak satupun sesuatu lenyap begitu saja. Adanya sesuatu berdasar ubah
wujud, pun sirnanya sesuatu, yang ada perubahan wujud. Materi kekal.
Mendengar belum tentu melihat, melihat belum tentu mengetahui,
mengetahui belum tentu percaya, perca...."
belum lagi selesai Pram melepas kalimat namun tubuh Nungkai terlihat
seperti mengeluarkan asap, seperti ada yang terbakar dari dalam tubuh
Nungkai.
"Wyusimamubi, tatalangkup ikau, tabalik mantra nang taucap!" Nungkai
mengcover mantra Pram.
Ancaman sudah terlalu dekat pada keduanya. Tinggal menunggu siapa yang unggul.

11.09.2013

Nungkai

"Setiap terjawab dari apa yang kau tanyakan selalu menyisakan
pertanyaan baru, lalu bagaimana aku bisa memenuhi pertanyaan yang
sebenarnya kau sendiri buat?
Angga lebih cerdas dari kau. Dia diam dia tidak bertanya, apalagi
menjawab. Angga temanmu tahu bahwa apa yang dia tidak mengerti malah
jawaban yang sebenarnya, karena mengerti hanya ada di pikiran dan itu
semu. Setinggi apapun yang kau cari akan berakhir pada tidak tahu.
Maka diamlah, luruhkan apa-apa yang ada di kepalamu. Biar, biar tak
perlu kau pikirkan esok atau apa yang telah berlalu, niscaya semesta
sekalian alam akan mengajari apa yang kau tidak pernah tahu" terdengar
agak parau suara laki-laki yang sudah berdiri di depan Pram.
"Siapa kau?"
"Bukankah kau mencariku? aku Nungkai"
Jauh dari yang Pram bayangkan, Pram tidak menyangka akan bertemu
Nungkai secepat itu.
"Angga pun kekasihnya sudah siap dengan segala kemungkinan sejak awal
mereka berjumpa, mereka sudah tahu jika segalanya tidak akan mudah,
tapi permainan yang mereka mainkan setidaknya akan memberi arti akan
hidup, setidaknya mereka menemukan arti dari apa itu kekasih"
"Bagaimana kau bisa tahu Angga" Pram terkejut karena Nungkai banyak
mengetahui tentang Angga.
Nungkai tidak menjawab, tapi senyum Nungkai sudah menjelaskan lebih
dari yang Pram harap.

11.07.2013

Sulit

Pram merasa jika dirinya bukan siapa-siapa dan itu sangat menyakitkan
baginya, dia berharap untuk lebih bisa berarti. Pram telah berusaha
keras untuk menemukan arti hidup namun upaya yang dilakukan justru
menjadikan dirinya makin kehilangan arah, semakin jauh tersesat. Dia
berfikir bisa memperbaiki segalanya, tentang hidupnya.

11.04.2013

Pram Lenyap

Wajah Angga tampak pucat, tetua tahu apa artinya itu sehingga dia
segera menahan dari belakang lalu merebahkan tubuh Angga diatas
rumputan.
Kali ini Pram mulai sedikit panik perasaan was lebih menguasai, ada
sesuatu yang tidak seharusnya. Naluri mengambil alih kesadarannya
hingga dia segera mengambil dan menghidupkan kamera untuk cepat
mengambil gambar takut kehilangan moment. Tetua hanya sedikit melirik
kearah Pram.
"Wyusimamubi taungkap, tabuka ikau nang tatutup wan daun" ucap tetua.
Segera langit mendung dan terlalu cepat seorang perempuan sudah
berdiri menepuk bahu tetua hingga tetua segera menoleh dan sedikit
kejut
"Salam" tetua menunduk santun.
"Alaika salam" jawab perempuan itu lebih santun.
Pram kali ini seperti patung mendapati keterkejutan berlebih hingga
tak terasa kamera yang ada di tangannya terjatuh.
"Murdi, tetua dari wilayah Hulu Tengah, ada apa jauh-jauh hingga
sampai di Tanah Luar ini? Siapa yang pian cari?"
"Nungkai" jawab tetua.
"Dia tidak sedang berada disini, dia bersama Urip dan yang lain sedang
berada di Tanah Dalam, tapi aku bisa membatu pian lebih dari yang pian
harapkan" lanjut perempuan itu yang dengan cepat sudah terlalu dekat
dengan wajah Pram.
Harum aroma melati menyebar, sedang perempuan itu makin menggoda Pram.
Gaun yang terbuat dari kain satin warna merah menampakan lekuk tubuh
perempuan dewasa.
"Kau sama seperti kawanmu, aku tahu kau menyimpan tali asamara yang
sulit kau wujudkan, katakan permohonanmu, aku akan mengabulkan" lembut
ucap perempuan itu.

Hilang, setelah kedip mata tak lagi tetua melihat Pram, hanya ada
Angga dan kamera Pram yang tergeletak di tanah.
Senyum tetua tipis, tetua tahu sedang dimana Pram berada, tetua bukan
orang bodoh.

Gerbang Tanah Luar

Lebih menjelaskan jika Pram terbiasa mengunakan logika dan analisa,
segala yang disampaikan mengarah pada yang bersifat ilmiah. Obsesi
psikologi melalui pendekatan teologi pun mitologi kuno. Tetua sedikit
meragu jika upaya akan mengarah positif. Beberapa sampel dari
benda-benda ritual yang telah dikoleksi dan cara pendokumentasian
Pram setidaknya sudah cukup untuk menjadi alasan atas keraguan tetua.

Benar, ketika tiba di tempat pelatihan suci maka Pram segera
mengeluarkan kamera digitalnya dan mengambil gambar yang menurutnya
penting.
Tetua tersenyum, tetua sangat yakin jika Pram tidak akan mendapat
apapun kecuali dia akan segera sadar bahwa kecerdasan yang dimiliki
tak akan banyak membantu.
"Sihir tak sepenuhnya sihir sama seperti yang pian katakan jika ilmu
pasti bukanlah hal yang pasti.
Sekarang kita memulai ekplorasi sisi hidup yang sesungguhnya telah
mati oleh pikiran, hati, naluri pun ego yang pian sebut-sebut itu.
Ulun berharap keempat perkara tak menjadi hijab" ujar tetua.
Pram berusaha memahami apa yang baru saja dikatakan tetua.
Sedang Angga hanya mendengar dan mendorong kursi roda Pram sambil
berharap ada keajaiban yang memberi rasa takjub untuk menuntaskan rasa
ingin tahunya.

Tetua menahan Pram pun Angga agar berhenti, sedang tetua tetap
melangkah mendekati pohon asam besar yang tinggi menjulang.
"Salam laika salam" ucap tetua.
Betapa terkejut Angga ketika tercium harum melati lembut bersamaan
dengan hangat nafas yang telah dekat dengan telinga kirinya, sedang
tubuh seperti terhanyut. Ada yang berbeda dari apa yang di retina mata
Angga terima, sepertinya berubah situasi disekitar dia berdiri.
"Kau terlalu takut untuk mendapatkannya, sedang dia tak lagi bisa
melupa, perempuan itu sedia atasmu tapi kau penakut" suara seorang
perempuan terdengar jelas, namun ketika Angga menoleh namun dia tak
menemukan siapa pun dan apa yang dipandang dari sekitar telah kembali
seperti sedia kala. Normal.

Angin berhembus lembut menerpa wajah Angga.

11.01.2013

Layar hitam

Wajah kesal nampak jelas, bagaimana tidak, setiap dan setiap kali Pram
ingin mendekati penyelesaian teori dari yang seharusnya namun layar
mendadak hitam. Pun kali ini.
Pram terdiam, dia menarik kembali seluruh penalaran, tak ada pilihan
kecuali mengubur. Menutup laptop sedang mata mengarah pada Angga yang
sedang ada di tanah sibuk mencuci mobil, mempersiapkan perjalanan
menuju tanah luar.
"Tak untuk di sampaikan apa yang pian ketahui, seperti kata orang
bijak, membiarkan yang rahasia tetap pada tempatnya" ucap tetua sambil
menepuk bahu Pram sebelah kanan.
Pram baru menyadari jika tetua telah berdiri dibelakang kursi rodanya
sejak tadi.
"Pian masih memiliki hati pada seorang perempuan, sama seperti Angga
sahabat pian itu, bedanya pian lebih bisa menyembunyikan" ucap tetua.
"Dia yang menjadikan ulun masih mampu bertahan. Dari dia ulun memahami
kehidupan. Tapi semua hanya menjadikan dia bingung, tak lebih" jawab
Pram lemah.
Tetua menarik nafas mendalam lalu membuang lepas, tetua melihat sisi
lemah Pram, sisi yang terbelenggu dan itu sulit.

10.29.2013

Pagi

Tawa tetua terdengar lebih pada memberi kesempatan pada Pram untuk
memahami apa yang telah disampaikan.
"Obsesi adalah permainan orang muda, sedang bagi ulun sekarang bukan
waktu yang tepat.
Ulun dulu selalu menginginkan yang lebih, sama seperti pian saat ini.
Ulun sudah melupakan masa lalu, masa betapa ulun menjadi tamak,
bermodal teori yang menuntun pada peluang baru walau itu kadang
peluang itu menakutkan, tapi... sudahlah" ujar tetua tak sanggup lagi
mengingat masa lalu. Setidaknya tetua memberi alasan yang cukup untuk
meragukan apa yang telah dilakukannya pada masa lalu agar Pram
berpikir dua kali sebelum terlibat lebih jauh.
"Ilmu pasti bukanlah hal yang pasti, tapi itulah indahnya pengetahuan
yang memberi warna hidup dengan sejuta obsesi" sambung Pram.

Pagi yang segar bagi Pram pun Angga. Kopi hitam menambah sempurna.

10.26.2013

Pembicaraan Larut

Menjelang gelap keduanya baru sampai di perkampungan. Seorang warga
yang ditemui Angga untuk bertanya malah menawarkan diri untuk
mengantar ke tujuan, ke rumah pak Murdi. Beliau di kampung itu dikenal
sebagai tetua wilayah Hulu Tengah.
Jalan tak bisa laju, masih ada sedikit kubangan yang memaksa
kehati-hatian mereka, ketika telah dekat dan memasuki halaman rumah
pak Murdi seekor anjing warna coklat menyalak beringas menyambut
kedatangan, seolah mengusir mereka, namun segera setelah itu tuan
rumah membuka pintu memanggil sang anjing memintanya untuk bersikap
lebih tenang. Benar, segera si anjing itupun mendatangi tuannya juga
bersikap lebih tenang.
Ketiganya dipersilahkan naik kerumah dan Anggapun menuruti permintaan
tuan rumah. Setelah ikut membantu Pram untuk naik rumah maka warga
yang mengantar itupun pilih mohon diri.

Didahului dengan menyalakan lampu, setelah itu pak Murdi menyegera
duduk di hadapan kedua tamunya dan memulai basa-basi adat timur
sekaligus saling mengukur-takar pembicaraan pun sedikit pendalaman
karakter agar tidak salah juga bisa memberi rasa nyaman dalam
berkomunikasi.
Jam terus berputar, pembicaraan telah menemukan alur, Pram sangat
serius mengikuti, sedang Angga tertidur, selain kelelahan Angga juga
tidak begitu memahami apa yang mereka bicarakan. Hingga tak terasa
tinggi malam sudah, sedang diluar bulan purnama penuh baru terbit di
antara awan.

"Pian (kamu) tidak akan tahu sesuatu karena pian mengandalkan pikiran
untuk mencari arti dari sesuatu itu. Pikiran cenderung memberi
gambaran sendiri dalam bereaksi, pikiran sangat handal membuat fantasi
yang seolah nyata, pikiran selalu menarik keluar dari esensi,
menghentikan pendalaman hingga terhenti pada batas apa yang terlihat,
terdengar, tercium, terasa dan teraba. Hingga tak terasa membawa
kita pada penyimpangan, sejauh tergantung dari kemampuan pikiran itu
sendiri untuk bisa membuat kemungkinan. Asumsi kosong.
Segala sesuatu tak sekedar berdasar pada kemungkinan yang bisa pian
kalkulasi secara matematis.
Coba pian belajar memahami sesuatu dengan seluruh indra juga libatkan
hati , setelah itu boleh pian gunakan pikiran sebagai kalkulasi awal
untuk membuat kemungkinan . Namun jika sesuatu itu berawal dari
aktifitas yang tak mampu pian pikirkan sebagai pijakan kalkulasi maka
pian baik memilih menggunakan hati dan perasaan untuk mengetahui. Dan
jika pikiran pun hati tak mencukupi maka ruhlah yang mengetahui
jawaban, jika ketiganya tak jua memadai maka pian sedang berurusan
dengan kekuasaan Tuhan.
Andai pian membaca tulisan maka jangan pian sekedar mengerti seperti
apa yang tertulis, cobalah libatkan perasaan untuk memahami.
Akan terasa tulisan itu menggunakan pikiran, iseng, atau menggunakan hati
Jika pian mampu mencerna tulisan itu dengan nalar, memiliki urutan
yang jelas, kemudian bisa diurutkan kronologis kejadian awal dalam
bentuk imajinasi maka pian bisa mengatakan itu tulisan karya ilmiah
yang di gagas oleh pikiran yang diawali dengan fantasi dan kemudian
dikembangkan oleh nalar cerdas lalu tertuang dalam bentuk tulisan.
Namun ketika pian membaca tulisan yang tak bisa dipahami, maka pian
coba pilih kalimat atau kata dari tulisan itu yang bisa di pahami,
barangkali ada sedikit petunjuk, adakah ungkapan kemarahan,
kebahagiaan atau apa. Berilah ruang pada hati untuk ikut merasakan.
Ada dua kemungkinan jika tulisan itu tidak memiliki urutan kalimat
yang jelas, jika tidak ditulis atas dasar tekanan berarti pelepasan
isi perasaan di hati secara ekspresif dalam bentuk tulisan. Dua
kemungkinan yang dua-duanya berpangkal pada pengungkapan hati.
Jika pian tidak tahu maka ulun (aku) ragu, apa pian tidak memiliki
hati untuk merasakan? Tidak tahu karena mengunakan pikiran untuk
memahami hati, itu yang mungkin" tetua Hulu Tengah membuang nafas,
membuang sebagain besar yang dia ketahui ke alam dan hanya sedikit
yang disampaikan kepada Pram.
Tetua tahu Jika Pram berasal dari lingkungan yang menuntut logis.
"itu sedikit gambaran. Menjadi dasar penggabungan yang bersifat sihir
dengan ilmiah, seperti apa yang pian dengar. Tapi ulun bukanlah
penyihir" tawa tetua memecah malam.

"Orang menyangka ulun tidak tahu, itu sangkanya. Orang tersebut hanya
menyangka, dia sebenarnya tidak tahu akan ulun. Mudah ulun
membuktikan, andai pian menganggap ulun bodoh maka pianlah yang bodoh,
pian hanya melihat sisi sedikit ulun, tak tahu yang ulun sembunyikan.
Ulun memiliki pengetahuan yang pian tak pernah tahu.
Andai pula pian menganggap ulun pintar maka sungguh pianlah yang
pintar. Orang yang pintar sajalah yang tahu mana prilaku bodoh mana
prilaku pintar. Andai pian bicara diantara orang bodoh dengan
menggunakan bahasa pintar maka pian akan dibilang gila, aneh, bodoh.
Tapi ketika pian berbahasa pintar diantara orang pintar maka pian akan
dibilang pintar oleh mereka.
Sekarang ulun bertanya pian yang tidak tahu atau ulun yang tidak tahu.
Atau pian ingin bilang jika ini hanya permainan kata?" kali ini wajah
tetua berubah serius.

10.21.2013

Jalan Terhenti

Tengah hari keduanya telah sampai di desa Hulu Tengah, tapi perjalanan
harus terhenti lagi mendapati jalan yang makin becek dan berlumpur.
"Aku dulu sangat memimpikan untuk bisa tinggal di pedalaman tapi
sekrang aku berubah pikiran" ujar Angga sambil membuka pintu mobil
untuk keluar dan ingin memastikan seberapa parah keadaan jalan.
Pram tertawa ringan "Itu baru Angga, laki-laki selalu tak sabar
memastikan apa yang dilihat. Cepat reaktif, apalagi melihat tubuh
mulus perempuan langsung ...., wao.." jawab Pram.
"Gila!" timpal Angga dengan tawa keras.
Barangkali sudah menjadi kodrat jika laki-laki memiliki kecenderungan
cepat reaktif terhadap apa yang diterima indra, tentunya sangat
berbeda dengan kaum hawa yang memiliki kecenderungan membangun mental
terlebih dahulu sebelum reaksi bisa dilepas.
Jika pria suka apa yang terlihat sedang perempuan menunggu rayu.

Kubangan lumpur rupanya mulai mengurangi nyali, tapi keduanya merasa
tanggung untuk turun lagi.
"Jalan apa acan (terasi)? Bisa kemalaman kita" ujar Angga.
"Beda ya dengan cinta. Kalau cinta apa saja yang menghalang gak peduli"
"Setan kau Pram"
Tawa keduanya meledak memecah sunyi perkebunan.

10.18.2013

Hujan Sore

"Logikamu hanya menunjukkan kerapuhan" ujar Angga sambil berpaling
melihat kearah luar.
Hujan sudah beberapa hari mengguyur, hawa dingin sore membuat malas,
menjadikan keduanya enggan untuk aktifitas.

"Aku ingin kau menentukan pilihan dan jangan selalu kau berikan alasan
teknis yang membuat semuanya terasa sulit" Angga mulai tak tahan
berdiam.
Namun Pram masih enggan menjawab. Di benaknya hanya ada ragu jika
masalah bisa segera selesai.
Rasanya sulit menemukan Nungkai bersama orang-orang aneh yang kabarnya
telah berhasil mengkombinasikan antara kemampuan sihir dengan
pengetahuan ilmiah itu.

10.17.2013

Tak

"Tentu diperlukan objektifitas sebelum justice, sebelum generalisasi
pada sesuatu. Akan kacau dalam keputusan ketika informasi pembanding
yang dijadikan pertimbangan didapat dari ingatan yang sebenarnya tak
sekalipun pernah ada pembuktian. pula menjadi lebih kacau ketika hati
dan perasaan yang terlibat. Baik itu keyakinan, cinta atau sebaliknya.
Semua data terasa nyata tapi sebenarnya tidak sama-sekali.
Apapun sebelum sesuatu terputuskan cobalah untuk lebih objektif.
Rasionalisasi kembali apa yang ada didalam ingatan, hati dan perasaan
jika hendak diambil sebagai bahan pertimbangan.
Secara umum yang menjadikan sesuatu bisa kuat memberi pengaruh pada
ingatan hingga berdampak pada prilaku justru termulai dari bawah
sadar. Sesuatu yang didapat secara terus menerus namun sesuatu itu
bisa memberi arti atau jawaban atas resah yang disembunyikan, walau
jawaban yang tersampaikan dusta belaka. Jawaban atas resah yang
tenggelam dibawah kesibukan interaksi sosial, bersifat privasi dan tak
elok ketika didengar yang lain, ada tapi tak mudah dibagi.
Maka ketika kita berinteraksi akan ada banyak hal yang berlaku monoton
hingga kita bersikap mengabaikan. Namun sesuatu yang terabaikan itu
tanpa tersadari malah berpeluang memunculkan sesuatu yang tak terduga
dan jika yang tak terduga itu ternyata mampu memberi jawaban atas
keresahan maka sesuatu yang kita abaikan itu akan tertanam sempurna
didalam ingatan, menjadi ketidak sadaran yang mempengaruhi pola pikir.
Ada di ingatan, terasa nyata walau sebenarnya belum tentu.
Dan ketidak sadaranlah yang sulit dikendalikan oleh sadar. Bagaimana
mungkin sadar mengendalikan sesuatu yang memiliki posisi berbeda,
posisi uncontrol.
Jika seseorang menginginkan lupa atas sesuatu maka baik jangan ingin.
"Ingin" adalah bentuk sadar, melupakan sesuatu dengan kesadaran
terasa aneh, bukankah kesadaran tidak lupa.
Jika kau telah memutuskan untuk melupakan sesuatu barangkali dengan
mematah apa yang ada didalam ingatan adalah cara terbaik, melakukan
pembuktian untuk menggeneral apa yang hendak kau lupakan, klarifikasi,
cari sisi sebaliknya dari apa yang ada di ingatan hingga membuyarkan
semua bayangan yang ada di dalam ingatan itu sendiri.
Bisa juga dengan membawa kesadaran untuk menerima logika atas sebuah
hubungan dalam arti membiasakan logika mendominasi seluruh kesadaran.
Jika dua hal masih tak membantu maka memalsukan ingatan bisa menjadi
pilihan. Memaksakan ingatan agar mencatat apa yang hendak kita lupakan
itu sebenarnya sebagi hal terburuk, bahkan ketika teringat adalah hal
terbodoh"
ujar Pram.

"Tapi aku hanya bisa bicara namun aku membiarkan segala sesuatu
berjalan semau-maunya. Tak aku ingin baik apalagi ingin buruk. Tak
peduli digeneral sebagai apa, atas pertimbangan apa.
Biar. Tak lebih. Ketika ada cinta berbunga, ketika segalanya tak lagi
mungkin ya sudah. Tak perlu aku lupakan walau itu sakit sekalipun.
Aku sembarangan saja mengambil keputusan, tak memerlukan objektifitas.
Aku membiarkan hati dan menguasai hidupku. Aku membiarkan cinta
singgah mengacak-acak kehidupanku karena dengan hati dan perasaan aku
mendapat warna hidup" lanjut Pram.

10.16.2013

Palsu?

Bagaimana ingatan bisa berisi hal yang palsu hingga mempengaruhi,
mengacaukan hidup. Sesuatu yang palsu dalam ingatan tapi seolah
seseorang telah pernah mengalami sendiri suatu kejadian dan itu
menjadi ingatan yang mendalam hingga mampu memberi pengaruh besar,
membentuk spirit, membentuk sugesti atau bahkan menjadi trauma yang
mendalam, menghantui.
Sesuatu yang sebenarnya palsu berasal dari imajinasi, halusinasi atau
mimpi namun bisa melekat kuat seolah nyata sedang sebenarnya seseorang
tersebut tak sekalipun pernah mengalaminya.

Tentu ketika aku menulis kalimat ini bukanlah palsu, aku sungguh
mengalami mengetikkan kalimat. Pun kau tak beda.
Namun kemampuan rekayasa tulis kadang bisa menumbuhkan imajinasi
berlebih hingga membentuk sesuatu yang palsu namun seolah nyata
terjadi.

Semua yang aku pun kau ketik benar telah terjadi dan aku telah pernah
alami, bukanlah ingatan palsu.

10.08.2013

Terputus

Aku masih sulit lupa, masih ingin berbicara denganmu.

Setiap kali aku membicarakan hal yang mendasar dari kehidupan dan
ingin kubagi denganmu maka perangkat yang aku gunakan selalu mati,
layar hitam. Off.
Jika kejadian itu kebetulan mengapa selalu saat pembicaraan berat yang
akan aku unggah. Hal yang selalu terjadi bukan sekali dua kali.

Sulit aku membagi kalimat ketika telah mendekati esensi selalu gagal.
Barangkali Tuhan ada memberi pelarangan penyampaian dari hal yang
sebenarnya baik tetap menjadi rahasia.

Masihkah kau ada, bicaralah.

9.28.2013

Tulisan Sahabat

"melihat beragam informasi nama dan wajah sama sekali tidak membantu menjawab pertanyaan hal seperti apa yang akan aku dapat. Seperti biasa aku memilih untuk menjadi pengecut. Mengabaikan semua pesan yang masuk ke dalam kotak surat"

Untuk apa mencari jawaban akan hal yang akan didapat sedang sudah jelas kau sedang menanam padi, tentu padi yang kau petik, tak mungkin kau petik labu. Pernyataan yang seolah kau tak pernah sadar jika kau sedang menanam.
Apalagi jika kalimat itu berbunyi "hal seperti apa yang akan aku dapat" maka makin bingung lagi aku memahami. Sedang yang kita kerjakan setiap hari tak sekalipun seperti yang orang lain kerjakan bagaimana mungkin akan menghasilkan sesuatu hal yang seperti orang lain dapat, dari cara tidur berbeda, cara makan berbeda, cara duduk berbeda dan...., memang seperti bukan sama, tetapi ada sesuatu yang bersifat penyeragaman.
Yang aku tahu Tuhan memberi imbalan yang sesuai dengan apa yang telah manusia lakukan bukan penyeragaman.

"Seperti biasa aku memilih untuk menjadi pengecut. Mengabaikan semua pesan yang masuk ke dalam kotak surat"  Bukanlah seperti maksud yang tertulis.
Seorang perempuan dengan tidak sadar telah berusaha untuk memerdekakan dirinya sendiri atas pengekangan yang telah menggurita di kesadaran semenjak dia membuka mata dari tidurnya setiap pagi.
Orang lain tak sekalipun bisa mendikte pribadi lain, setiap pribadi merdeka atas nafasnya sendiri, hanya alasan kenyamanan bersosial dan yang telah diatur dalam undang-undang yang berhak mengekang. Tapi kita orang timur dimana tak sekedar undang-undang yang mengatur namun tatapan mata orang lain bisa berubah menjadi hukum melebihi undang-undang, seolah diri sendiri harus tahu sebelum mata yang lain tajam menatap segala prilaku.
Tinggal kau ingin menjadi diri sendiri atau taat dengan tatapan orang lain.

Kehidupan tak pernah seperti apalagi sama. Jika aku gelandangan yang tak memiliki status sosial jelas mungkin akan banyak orang memandangku dengan tak sebagai manusia utuh. Haruskah aku menjadi seperti mereka? sedang aku berasal dari sperma yang berbeda.
Apa yang menjadi ukuran seseorang, menilai seseorang dari apa yang telah didapat, mendapat pemuasan dari apa yang ada dipikiran bukan ketulusan seseorang menjalani hidup, setia dengan apa yang diimani, kesediaan berbagi hingga menemukan hati yang lain.

Mata menjadi ukuran bukan hati.

9.24.2013

Hatiku

Berapa lagi waktu yang harus terlalui. Sedang hampir disetiap malam
hati menguasai kesadaran tubuh, pikiran tunduk, tertumpah demi
kekasih. Kau.

Jika aku sedang waras, sadar maka rentang jarak beribu kilometer
terasa sudah cukup menyurutkan semua bayangan tentang kau. Tapi waras
itu tak pernah lama.
Ah... Selalu hati, aku hidup dengan tekuasai hati, bukan pikiran
waras. Pun setiap aku tanya pada hati tentang kau, mengapa harus kau,
tidakkah ada yang lain? Maka aku tak pernah mendapat jawaban kecuali
justru melihat kau dari jendela untuk memastikan bahwa kau masih ada,
kemudian pilihan mengetikkan kalimat menjadi pelepas segala muatan di
hati.
Aku tak bisa berpikir lagi jika itu tentang kau.

Langit malam penuh bintang yang terlihat terang dan disini sepi
sekali, orang-orang sudah terlelap namun tidak untuk aku.
Terpikir, kapan kau bisa berlalu, tidakkah kau bisa menyakiti hatiku.
Ya, aku berharap kau bisa hancurkan hatiku.

9.21.2013

Kau

Empat pilar utama. Coba bayangkan mobil yang kau miliki salah satu
dari keempat rodanya memiliki ukuran roda yang lebih besar dan lebih
tinggi, sudah pasti mobil itu tidak akan nyaman dilihat pun ketika
dinaiki. Andai kau membuat seribu alasan sebagai konsep yang mendukung
untuk hal itu hingga bisa dibenarkan oleh orang lain namun aku rasa
ketika kau menaiki mobil itu sebenarnya tak akan pernah nyaman.
Ketika kau merasa telah benar dengan apa yang kau pikirkan tentang
hidup tentu aku rasa itu tak beda dengan analogi mobil tadi.
Kau melupakan adanya hati, naluri pun ego. Kau mengabaikan tiga dari
roda yang tersisa, kau biarkan tiga dari roda yang tersisa itu terlalu
kecil, satu roda saja yang kau jadikan besar.
Apa benar yang kau sangka dan pikirkan telah benar? Dengan berlalunya
semua akan menjadikan keadan lebih baik? Benarkah kau dan aku bukan
untuk bersama?
Ah...

Sungguh hidup telah mengajarkan pada kita tentang adanya tiga pilar
yang tersisa dari empat pilar yang seharusnya, tapi kita abai, kita
lebih percaya dengan satu pilar, pilar yang disebut sebagai pikiran,
kita sebenarnya tak pernah mempercayai ajaran, apa lagi melakukan.
Kau ingin bukti jika kita lebih percaya pikiran? Sebut saja poligami,
agama telah mengajarkan apa itu poligami, lalu kita tanyakan pada diri
kita sendiri. Tidak setuju jawab kita, dengan alasan menyakitkan hati
perempuan dan bla bla bla. Bukankah kita telah memikirkan banyak hal
atas penolakan poligami itu?
Ini bukti agama yang hanya akan berlaku jika ajarannya aku suka, maka
yang aku suka itu akan aku dengang-dengungkan dan jika ajaran itu aku
tidak suka, tentu akan aku musnahkan. Sudah barang tentu pikiran yang
menyusun banyak alasan agar ajaran yang tidak aku suka itu bisa
dimusnahkan.
Sedang kita telah tahu statistik kependudukan, berapa jumlah pria dan
berapa jumlah wanita, bukankah wanita masih lebih banyak? Dua pertiga
untuk wanita dan pria sepertiganya. Jika kita asumsi satu laki-laki
hanya menikahi satu wanita lalu sisanya mau diapakan? Dijadikan
pelacur? Dan andai sisanya itu salah satu saudara kita? Terbayangkah
jika saudara kita sendiri yang jadi pelacur?
Logika menerima apa maksud dari ajaran tapi karena aku tidak suka maka
pikiran mencarikan alasan agar ajaran dimusnahkan.
Bukankah itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kita lebih mengimani pikiran?

Jika kau merasa menjadi manusia yang logis maka sudah pasti atheis.
Semua hal didunia ini memiliki alasan yang logis atas kejadiannya,
semua proses jelas. Lalu jika semua bisa kau urai secara logis proses
kejadiannya terus Tuhan terlibat di bagian apa? Logis samadengan tidak
Tuhan.

Aku orang Jawa yang tidak logis. Dengan tidak logis aku tahu apa itu
hati, naluri pun ego. Karena hati bukan logika.
Aku mengenal kau bukan sekedar kau yang bisa aku sentuh, aku mengenal
kau sedalam yang tak tersentuh.
Aku bukanlah senang padamu tapi aku bahagia ketika kau ada.

Berlalulah jika itu maumu.

9.17.2013

Sakit

"Keresahan justru wajib ada pada makluk cerdas dan akan batal hukumnya
menjadi makluk cerdas jika tak memiliki resah.
Resah lebih memiliki makna mempertanyakan kembali ego dari individu
atas sedianya memikul tanggung jawab hidup.
Jika kau merasa tak sanggup memikulnya maka membiarkan sesuatu yang
meresahkan adalah pilihan terbaik. Percayalah terkadang menyelesaikan
masalah adalah dengan tidak menganggap sesuatu itu sebagai masalah.
Sesuatu tak pernah terlihat rumit kecuali kecerdasanmu sendirilah yang
menjadikan rumit"

Kalimat dari Wulan yang masih jelas dalam ingatan Pram. Kalimat yang
sebenarnya Wulan sampaikan pada Pram untuk upaya pengalihan
konsentrasi masalah perasaan agar beralih pada wilayah logis, karena
Pram memiliki riwayat trauma yang sering mempengaruhi kejiwaannya
hingga berdampak pada prilaku.

Barangkali setiap manusia memiliki sakitnya sendiri yang Tuhan telah
sesuaikan menurut kadarnya masing-masing.
Pram sedikit lebih cerdas dari Angga tentu memiliki permasalahan yang
lebih kompleks daripada Angga.
Angga yang tak terlalu pintar. Angga yang hanya tahu bahwa dirinya
telah terlanjur kagum pada seorang perempuan.

9.15.2013

Hujan Pagi Hari

Nada panggil berbunyi dan sesaat kemudian Pram mengeluarkan selularnya
dari dalam saku. Pram terdiam melihat nama panggilan yang masuk dan
kemudian menekan tombol merah, bukan untuk memutus panggilan melainkan
mematikan selular itu.
Langit pagi masih terselimuti mendukung tipis tak memberi kesempatan
pada matahari untuk memberikan sinar hangatnya pada bumi. Pagi yang
tak sempurna bagi sebagian orang dan mungkin sangat sempurna bagi
sebagian orang yang lainnya lagi.
Pram menghentikan kursi rodanya di bawah pohon trembesi yang tinggi
menjulang sedang matanya tertuju pada kelincahan burung penghisap
madu yang terlihat sibuk memilih bunganya. Pram hanya ingin sendiri,
tidak untuk apa. Langit malah makin gelap, semakin jelas jika hujan
tak akan lama lagi bakal turun. Pram menyalakan rokok yang sejam lalu
sempat dibencinya untuk mengusir dingin.
Benar, hujan turun bahkan petir juga menyambar. Pram tak ingin berlalu
walaupun air hujan yang menembus dedaunan telah cukup membasahi
dirinya. Ada perasaan ingin membiarkan apa saja yang ada untuk
menghukum dirinya lebih dalam. Jelas tergambar ada konflik di dalam
tubuh Pram, sesuatu yang tidak akan bisa dia bahasakkan.
Pram yang mahir bersilat lidah untuk berkelit tapi dia tak pernah
mampu melawan perasaannya sendiri.

9.14.2013

Iri

Keinginan yang sering menggangu pikiran seseorang justru bisa didapat
pada saat seseorang tersebut tidak menginginkan. Pun semua yang
ditanyakan Angga barangkali akan terjawab pada saat Angga tidak
bertanya lagi. Lupa justru mendapat jawaban, berbanding terbalik
dengan yang kebanyakan orang nyatakan.

Pram memutar roda pada kursi rodanya menuju pintu keluar, dia merasa
jenuh dengan udara penginapan yang pengap, meninggalkan Angga yang
masih lelap. Di luar langit mendung dan udara pagi terasa segar
menyentuh kulit. Tak lama menikmati udara Pram merasa ada sesak pada
bagian dadanya. Namun tak perlu Pram bertanya lagi, Pram sudah tahu
jika nikotin pada asap rokok yang selama ini dihisaplah yang menjadi
sebab, sudah barang tentu dia tak ingin itu dan Pram segera membuang
rokoknya yang masih menyala.
Untuk kali ini Pram tak ingin berfikir dan memberi kesempatan pada
hati untuk berekspresi menentukan indahnya sendiri.

Di seberang jalan terlihat seorang nenek yang sedang membuka kiosnya
dan tak lama kemudian juga terlihat seorang gadis belasan tahun yang
mengenakan seragam SMP bergegas menghampiri nenek itu. Terlihat dia
membungkuk lalu mencium tangan si nenek. Sedang gadis lain juga dengan
seragam yang sama dan tak jauh tampak melempar senyum pada mereka.
Kedua gadis yang memiliki banyak warna bahagia hingga terlihat pada
wajahnya sedang memulai hari menuju sekolah.
"Ah" Pram membuang rasa iri.

Apakah dewasa berarti meninggikan konflik di kepala sehingga seseorang
harus kehilangan warna bahagia?
"Ah..."

9.12.2013

Ah.

"Cinta adalah bahasa hati dan ketulusan merupakan salah satu contoh
bentuk komunikasi hati yang memberi dampak damai. Ketika logika
mengambil alih maka akan lahir banyak tuntutan yang menjadikan cinta
seperti siksa.
Kita hidup di tengah kondisi yang menuntut logika, sesuatu yang nyata,
bahkan jika mungkin serba instan, tentu akan terlalu sulit rasanya
menjadikan hati sebagai sebagai pilihan berprilaku" ujar Pram.
"Apa yang telah aku lakukan akan sia-sia?" Angga makin gelisah.
"Kau sendiri yang bisa menjawab" tegas Pram.

Kehilangan Percaya Diri

"Kau terlihat kusut, tak berdaya, jauh dari pintar karena prosentase
hatimu lebih dominan daripada logika. Aku memahamimu karena semua
orang yang jatuh cinta maka hatinyalah yang akan lebih dominan
bekerja. Justru aku akan mempertanyakan cintamu ketika logikamu masih
dominan" Pram mencoba memberi angin pada Angga.
"Apa dia nanti akan pergi ketika mengetahui aku bodoh?" Angga
kehilangan percaya diri.
"Aku tak tahu, yang aku tahu perempuan mudah tertarik pada pria yang
mahir bicara atau pria kaya. Sedang yang diperlukan perempuan hanya
pria yang bisa mengerti dia, ketika segala gelisah di hatinya
menyelimuti maka pria itu diharap ada sebagai sandaran"

Angga mengangguk-angguk walau dia tak begitu mengerti dengan apa yang
dimaksud Pramana. Angga bingung tak tahu bagaimana seharusnya
bersikap. Yang ada hanya bayangan wajah dari kekasihnya. Angga tak
mengerti mengapa dia semakin tak yakin, sedang perasaan rindunya masih
membumbung tinggi. Ada rasa malu dihati kecil Angga ketika
membandingkan dirinya sendiri dengan kekasihnya itu. Bagi Angga
kekasihnya itu adalah perempuan yang melebihi batas harapan.

9.11.2013

Angga

"Andai, andai hati, pikir, insting, ego kita pisahkan dari tubuh
manusia yang hidup dan keempatnya hanya kita fungsikan sebagai
variabel luar yang memberi stimulan sebelum aktivitas tubuh. Lalu
tubuh yang sudah tidak terisi oleh keempat variabel itu kita masukkan
Tuhan sebagai unsur dominan pada aktivitas tubuh yang hidup itu.
Kira-kira kau sudah akan memiliki ilustrasi seperti apa kehidupan
berjalan. Tentu hampa, karena tubuh yang hidup itu hanya memiliki
dominasi kesadaran tunggal yang selalu tahu dan benar. Karena kita
asumsi Tuhan maha tahu dan benar. Jika sesuatu sudah tahu untuk apa
diketahui lagi dan jika sudah benar untuk apa dibenarkan lagi. Tentu
tak perlu ada lagi upaya.
Sekarang jika kita turunkan dominasi Tuhan 25 persen dan sebagai ganti
kita masukkan variabel insting maka kita akan tampak seperti bayi yang
baru lahir. Kemudian kita kurangi lagi dominasi Tuhan 25 persen lagi
lalu kita ganti dengan variabel hati maka hasilnya akan masih bayi
juga, dengan tambahan kemampuan tangis dan tawa. Lagi kita kurangi 25
persen lagi dominasi Tuhan dan kita memasukkan variabel ego kemudian
sisinya variabel pikir.
Sudah barang tentu seratus persen Tuhan lenyap dan tergantikan oleh
pembangkangan yang kompak.
Itu barangkali yang menjadikan manusia kehilangan perjanjian nasib
yang telah disepakati dengan Tuhan. Sehingga manusia tak tahu lagi
nasib mereka.

Kau mencintai kekasihmu hanya sedikit gambaran nafsu, apa yang kau
pikirkan hanya sangka. Hidup telah berjalan sesuai alur kebenarannya,
pun ketika kau bertemu seseorang termasuk kekasihmu itu sebenarnya
sudah sesuai dengan kesepakatan" ujar Pram.
"Kau ini ngomong apa? Tuhan, variabel, persen. Aku ndak mudeng, ndak
ngerti Pram" jawab Angga.
Pramana tersenyum kecut mengetahui dia telah salah bicara dengan Angga.
"Yang jelas aku pusing, bukan hanya setahun aku mengenal dia tapi...
ah...., ibaratnya tu ya, digigit terlalu alot dibuang sayang, maka
hampir siang dan malam aku selalu ingat dia" lanjut Angga.
"Kamu kelihatanya pinter tapi taunya blo'on juga ya. Ga, Angga!" Pram
asal ngomong.

Angga memang bukan orang yang cerdas sehingga dia tak tahu apa itu
romantis, dia tak bisa menterjemahkan bahasa cintanya sedemikian rupa,
tak bisa berlaku yang bisa membuat jantung perempuan berdebar.
"Kadang aku heran, bagaimana perempuan yang begitu sempurnanya bisa
berkomunikasi hingga sejauh ini denganmu?" tanya Pram.
"Aku juga nggak tahu" jawab Angga polos.

Kebodohan Angga barangkali merupakan hal yang tidak dimiliki perempuan
itu, kerena seseorang bisa tidak sadar memiliki kecenderungan suka
terhadap yang tidak dimiliki.
Pun romantis yang selalu menjadi pemujaan, seseorang telah lupa bahwa
dirinya sendiri adalah wujud romantis, lalu bagaimana mungkin dia
mendapat hal romantis sedang romantis itu dia sendiri. Sungguh tak
pernah ada matahari kembar, satu subjek satu objek.
"Dia marah waktu aku mencium pipi kirinya dan aku mengatakan bahwa aku
mencintainya" wajah Angga terlihat gamang.
"Ga, untuk mendapatkan kekasih kau harus siap lalu memilih, pun dia
juga memilihmu, kesempatan yang hanya sekali berlaku.
Setelah itu hubungan emosional akan terasa antara kau dan dia.
Percintaan dewasa sudah barang tentu berbeda dengan anak-anak
tergantung kecerdasan seseorang, tinggal bagaimana kau dan dia
bermain. Semua, apapun itu hanya permainan demi memuaskan rasa yang
tak selalu termiliki"

9.08.2013

Telah Larut

"Mungkin aku tak pernah bisa mengakhiri, terlalu sering sudah aku
mencoba untuk terus berlalu namun rasanya seperti ada yang hilang, aku
tak terbiasa" ujar Angga .
"Barangkali usiamu yang sudah lebih menuntut pada pencarian bahagia
secara nyata dan bukan sekedar kata dari susunan kalimat, dan
kebetulan cinta yang mampu memberi arti bahagia bagimu, mungkin orang
lain kata bahagia bisa memiliki makna dengan bertemu kaum papa atau
apa sajalah.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya telah jenuh dengan
kesenangan dan ingin meninggikan pencarian atas kelegaannya.
Ini yang melandasi mengapa manusia dikatakan sebagai makluk sosial.
Jika kesenangan lebih memiliki arti pencapaian yang bersifat individu,
seperti nilai atas kemenangan, pencapaian materi dan bisa dicapai
tanpa melibatkan individu lain.
Sedang bahagia lebih memiliki makna hati, bukan sekedar materi.
Bahagia hanya bisa kau temukan ketika hatimu menemukan warna hati dari
pribadi lain, kalah atau menang, miskin atau kaya bukan itu sebagai
ukuran, hatimu memiliki ukuran sendiri untuk menentukan harmonisasinya
dengan emosi dari pribadi lain. Bahagia lebih memiliki arti emosinal"
jawab Pram.
"Ah, sok tahu!" Angga ketus.
"Trus?... Nah begini saja, ntar aku akan minta pada Nungkai begitu
kita menemukannya, tentu untuk memintanya mengambilkan kekasihmu
itu?... begitu kau mulai lelap maka kekasihmu sudah akan ada untuk
memelukmu dan kau akan balas mendekapnya, lalu sempurnalah hidupmu
dalam kedamaian yang tak terbayang, syurga jatuh di bumi, diatas
ranjangmu" tak mau kalah Pram meledek Angga.
Tak terasa keduanya telah sampai di penginapan. Setelah dirasa posisi
parkir sudah benar Angga segera mematikan mesin lalu bergegas turun
untuk membantu Pram menurunkan kursi rodanya. Malam sudah terlalu
larut gerimis masih tersisa.

Tak Sampai

Ketika cinta di hati sudah tak lagi terkendali maka hati seolah bukan
kesatuan dari tubuh, hati seolah berdiri sendiri dan menjadi parasit
yang menjajah kehidupan pemilik hati itu sendiri. Tak beda dengan
pikir yang kadang begal, tak mau dihentikan untuk menyusun
kemungkinan.
Dua hal yang seharusnya bisa dikendalikan namun justru mengendalikan,
tapi jika diandai hidup tanpa kenakalan hati dan pikir maka aku rasa
hidup akan sepi tanpa mimpi liar, tanpa harapan yang bisa membuka
kemungkinan peradaban baru.
Setiap ketidaksampaianlah yang menjadikan manusia tetap memiliki
optimis terhadap perubahan dan kesampaianlah yang memberi rasa kenyang
pada hati dan pikir walau setelah itu akan datang lagi rasa lapar,
lagi dan lagi.
Apa itu nafsu? Yang aku tahu hati dan pikir telah mampu memberi
harmoni pada makluk cerdas dalam berinteraksi dengan warnanya yang
apik.
Dan kau adalah ketidaksampaianku yang menjadikan hati dan pikirku tetap gairah.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...