Bukankah Angga yang mampu memenuhi penyetaraan atas kelamnya perasaan
yang selalu disimpan, walau nyata Angga merupakan pilihan yang tak
masuk akal. Walau Mala tahu jika Angga pelepas rasa haus yang diseduh
dengan pestisida.
Bagaimana mungkin alam terasa seperti menghukum.
"Dia aneh, kadang terlihat cerdas kadang konyol, kadang banyak bicara
kadang pendiam. Gila kali"
Mirna menahan tawa mendengar ucapan Mala.
"Gak beda sama kamu" sambung Mala yang merasa ditertawakan.
Makin keras tawa Mirna mengetahui Mala yang makin sewot.
"ah..., mana mungkin kalau gak sama bisa nyambung komunikasi, ya
nggaklah. Nah siapa yang gila" jawab Mirna yang masih tak bisa
menghentikan tawa.
Mala tersadar jika ucapan sahabatnya itu ada benarnya.
"Angga, mengapa kau ada dan bukan yang lain"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar