Angga mengangkat wajah memandang langit yang biru, dia sadar betapa
orang-orang hanya memenuhi panggilan alam untuk ikut dalam tarian
menyambut musim demi musim. Mitos yang akhirnya membentuk kearifan
budaya.
Tak ubah dengan cintanya, cinta pada seorang kekasih pujaan, semua
terasa hanya tarian alam.
Angga sadar betapa dia tak mampu berpikir hal rumit, dia sadar atas
kebodohannya sendiri. Apalagi ketika kekasihnya diam, Angga makin
sadar jika dia memang orang yang tak berguna. Sesalnya sangat mendalam
ketika sadar bahwa dirinya ternyata tak bisa ikut menari.
Angga bodoh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar