11.26.2013

Atheis

"Mengalahlah, lepaskan semua mimpi. Jika seseorang merasa dirinya tak
pernah bisa mapan maka sampai kapanpun mapan itu tak akan pernah ada.
Konflik ada sejak awal, sebelum manusia disebut sebagai manusia,
sebelum manusia bisa menyebut dirinya sendiri sebagai AKU, sebelum
tuhan ada dalam pemahaman, sebelum konflik difahami sebagai konflik,
konfliklah yang membangkitkan kehidupan cerdas jutaan tahun yang lalu
atau bahkan milyaran tahun yang lalu.
Memang bagi sebagian orang tak akan mempercayai sesuatu sebelum
sesuatu itu memiliki bukti yang mendasari. Sebagian dari mereka justru
mengatakan tuhan ada setelah manusia ada, bukan sebelum manusia ada.
Ah..., ilmuwan yang terlalu pintar, mereka tidak boleh yakin sebelum
bukti. Perasaan hanya akan membentuk keyakinan. Dimusnahkan demi
profesional" ujar tetua.
Angga tak lagi yakin jika tetua hanya orang pedalaman yang memegang
kearifan lokal.
Teringat Angga pada kekasihnya yang dulu pernah mengajukan pertanyaan
apakah cinta seperti agama? Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban.
Hati dan perasaan masing-masing yang tahu dan akan musnah ketika
logika cerdas menterjemahkan.
Angga hanya tahu bahwa kekasihnya adalah perempuan yang melebihi
harapan. Setidaknya itu logika yang Angga miliki.

11.24.2013

Profesional

"Dulu seorang sahabat pernah mengatakan jika ada kecenderungan
seseorang dalam berkarya, yang mana karya kebanyakan tidak akan jauh
dari kondisi fisik dari sang kreator itu sendiri. Andai seseorang
pelukis bertubuh kurus maka apa yang dilukiskan cenderung berobyek
kurus jua, pun sebaliknya.
Ketika aku melihat Salma yang santun juga lembut dalam bertutur
rasanya tak mungkin dia menekuni teluh jahat seperti yang tetua
sangkakan"
Tetua tersenyum mendapati pertanyaan Angga yang dianggap terlalu lugu.
"Benar, itu benar bagi pemula atau orang yang tak pernah menjadi
profesional. Sebagian orang sudah bisa melepas ikatan dengan dirinya
sendiri, seseorang tersebut abai terhadap tubuh, pun hati dan
perasaanya sendiri, bahkan jika mungkin mengubah karakter dasar
dirinya.
Ada beberapa orang yang mampu membentuk pribadi ganda.
Contoh, andai pian suka baju bercorak lembut pun warnanya maka pian
pasti memiliki alasan atas kesesuaian menurut hati dan perasaan pian
sendiri, yang mungkin banyak terpengaruh dari lingkungan tempat
berinteraksi pian. Pian akan merasa aneh ketika menggunakan warna yang
berani pun corak yang menonjol.
Suatu ketika pian berangkat dari rumah memenuhi undangan seorang
perupa dan sebelum berangkat pian pilih busana yang pas menurut pian
dan sangat terlihat wajar, normal.
Begitu pian berangkat dan kemudian tiba dilokasi pian disambut oleh
perupa yang mengundang tadi, perupa itu mengenakan banyak aksesoris
pun pakaian terlihat kurang rapi dan setelah masuk ternyata didalam
telah menunggu beberapa rekan perupa yang lain, mereka yang didalam
tak jauh beda bahkan lebih berantakan cara mereka berpakaian, ada yang
tubuhnya dipenuhi tato, telinga penuh tindik berisi banyak anting dan
sebagainya.
Ulun yakin saat itu pian akan merasa ragu, canggung. Pian merasa
menjadi asing diantara mereka, lalu hati pian bertanya, pian yang tak
normal atau sahabat-sahabat pian yang tak normal, sedang pian telah
merasa normal ketika berangkat, dan ketika yang lain jauh berbeda maka
pian akan meragu.
Lalu pian mengandai diri pian sendiri mengenakan pakaian seperti
mereka, bisakah?
Gak akan barangkali.
Tapi bagi seorang profesional akan lain, sebut saja penjahat
profesional, maka penjahat itu akan berdandan ala seniman demi bisa
membaur, penjahat itu berusaha menjadikan dirinya seolah seorang
seniman demi mendapat apa yang dituju. Pun ketika penjahat itu
mendatangi bankir maka diapun akan mengenakan busana yang bersih dan
rapi.
Salma profesional, dia menyesuaikan tehadap yang sedang dihadapi, dia
akan sebisa mungkin menutup yang ada di hati dan perasaanya dan kita
tak akan tahu apa maksudnya" jawab tetua.

Angga makin merasa bodoh. Dia merasa selama ini tak pernah sanggup
menutupi hati dan perasaan yang rindu pada kekasihnya. Angga merasa
dirinya terlalu dangkal, murahan.

11.20.2013

Angga

Angga mengangkat wajah memandang langit yang biru, dia sadar betapa
orang-orang hanya memenuhi panggilan alam untuk ikut dalam tarian
menyambut musim demi musim. Mitos yang akhirnya membentuk kearifan
budaya.
Tak ubah dengan cintanya, cinta pada seorang kekasih pujaan, semua
terasa hanya tarian alam.
Angga sadar betapa dia tak mampu berpikir hal rumit, dia sadar atas
kebodohannya sendiri. Apalagi ketika kekasihnya diam, Angga makin
sadar jika dia memang orang yang tak berguna. Sesalnya sangat mendalam
ketika sadar bahwa dirinya ternyata tak bisa ikut menari.

Angga bodoh.

11.19.2013

Tetua Bimbang

"Empat pilar yang sekaligus menjadi pintu masuk monyet keseimbangan
turun ke bumi. Monyet empat muka yang sebenarnya turun dari neraka
namun selalu membawa aroma syurga, dia bukan penolong melainkan
mencari pengikut, dia bukan keseimbangan seperti yang ditawarkan
melainkan petaka yang tertutupi bidadari syurga dengan segala
kelembutan.
Dan batu penyangga sebenarnya tak pernah jauh kecuali monyet itu
sendiri yang mengetahui, dan dia jadikan penutup dari wujud sebenarnya
berupa semerbak wangi cendana yang tak kau temukan di timur pun barat
atau di utara pun selatan, seolah kuddus" ucap Salma.
Tetua makin tak mengerti dengan apa yang diucap Salma, bukankah selama
ini monyet keseimbangan menjadi buruan orang-orang dan dianggap
sebagai penyeimbang kehidupan.
"Nisa adalah perempuan yang dipercaya kaum tua untuk mempelajari
monyet itu lebih dalam dan Nisa memang telah menguasai kitab yang
menjadi pegangan kaum salafi.
Sementara hampir semua orang mengatakan aku ahli teluh sedang tak
sekalipun mereka pernah menyaksikan aku melakukan teluh, dan aku hanya
menjawab amien..." lanjut Salma.

Untuk kali pertama tetua ragu jika Salma ahli teluh. Tetua merasa ada
sesuatu yang salah dengan yang selama ini ia dengar tentang Salma.

11.15.2013

Ciut Nyali

Wajah lembut Salma bukanlah jaminan atas keadaan bisa membaik.
"Murdi yang dulu memiliki banyak nyali tapi sedikit kebijaksanaan
rupanya telah berubah. Sekarang kau mampu ikut bermain dalam tarian
kehidupan mengikuti genderang yang makin rancak"
"Aku hanya menjaga rohku agar tak terlepas dari tambat" jawab tetua
dengan penuh kehati-hatian karena tetua masih yakin jika mahkota teluh
itu masih dijaga oleh Salma dengan baik.
Belum lagi sempat menata perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap, aroma
kembang kopi telah memenuhi di sekitar tetua berdiri dan itu makin
menciutkan nyali. Menurut kabar bau kembang kopi merupakan tanda awal
Salma melepas teluh dan sejak dulu Salma tersohor kehalusannya dalam
teluh.
"Aku hanya kebetulan lewat untuk menikmati sore yang memiliki nuansa
indah bagiku" ucap Salma dengan lembut yang justru membuat tetua
menelan liur masam.

Sejak kandasnya perasaan Salma pada Nungkai teluhlah yang menjadi
pilihan Salma. Diam dan tak lagi menampakkan pada kehidupan lain
justru menjadi pilihan Salma walau dia sangat tahu jika itu taklah
baik.
Nungkai asyik dengan ilmu hitamnya pun Salma makin terhukum oleh
perasaanya sendiri. Tapi itulah hidup yang sering tidak memberi
pilihan.

Penakut

Sedikit angin membawa suasana yang menakutkan, sepi. Sedang tetua
sibuk dengan diamnya sendiri. Angga berpikir kehidupan alam arwah
bakal mendatangi dan Angga tak tahu kemana harus lari.

"Ulun hanya memastikan bahwa semua dalam kondisi baik. Jangan takut" ujar tetua.
"Yup" Angga asal jawab menutupi rasa takut.
Sedang perasaan takut benar-benar menguasai. Hantu dan hantu itu saja
yang ada di kepala hingga liur terasa masam.
Benar tak berapa lama tetua mendadak bangkit karena dia merasa ada
yang datang. Rupanya kejut dari tetua mengakhiri ketakutan Angga yang
telah memuncak. Angga pingsan untuk yang kedua kalinya. Tetua
tersenyum mendapati Angga yang jauh diluar dugaan. Angga benar-benar
lemah juga tolol sedang setengah dari pertanyaan meragukan bagaimana
mungkin seorang perempuan bisa mencintai laki-laki yang jauh dari
untuk bisa diandalkan.

"Gegaraning wong akrami dudu rupa dudu banda..." suara perempuan
melantunkan tembang Jawa.
"salma" tetua mengenal jelas suara itu. Benar, salma sudah ada dibelakang tetua.
"Salam laika, dulu seorang sahabat mengajarkan padaku tembang itu,
ketika aku patah.
Yang menjadi pijakan dasar sebuah ikatan pernikahan untuk membentuk
keluarga sakinah, mewadhah, warohmah bukan atas dasar harta pun rupa.
Kira-kira seperti itu makna tembang tadi. Ikatan tali kasih yang
seharusnya berdasar pada hati yang tak menggunakan kalkulasi. Angga,
penakut pun tak pintar tapi dia memiliki kesungguhan atas ketetapan
hatinya sendiri, mengapa kau ragu tetua?"
Tetua benar-benar terkejut karena Salma bisa membaca apa yang sedang
ada di pikirannya.

11.14.2013

Heran



“Pertemuan Pram dengan Nungkai hanya memberi gambaran betapa kesombongan masih lebih menguasai, walau seseorang telah paham terhadap nilai kehidupan sekalipun, walau ada kepentingan lain yang seharusnya lebih bisa menekan kesombongan akan tetapi sifat dasar manusia yang selalu menjadikan kerusakan dan pertumpahan darah semata tetap akan muncul mengambil ruangnya sendiri.
Setiap dialog tak lebih hanya menunjukan prilaku meninggikan keakuan, bahwa aku lebih tahu daripada kamu. Dorongan atas penguasaan akan tetap terjadi ketika seseorang merasa ada kemampuan dalam pemikiran, materi atau apa saja yang mereka bisa jadikan sarana penaklukan terhadap yang lain.
Tinggi ego.
 Maka menjadikan diri sendiri bodoh dengan membuang apa yang seseorang itu telah pelajari bukanlah hal yang buruk. Pun ketika seseorang menjadikan diri sendiri bodoh bukan berarti seseorang tersebut benar-benar bodoh karena sewaktu seseorang melakukan sesuatu tentu naluri akan menuntun pada penyelesaian terhadap suatu masalah yang mereka sedang hadapi. Pun  pengetahuan yang mereka lupakan  tak jua sepenuhnya hilang dan akan menjadi perbandingan dengan sendirinya, terjadi peleburan yang mematangkan” ujar tetua.

Angga hanya mengatakan ya, ya saja. Angga sebenarnya lebih tertarik dan bertanya-tanya bagimana cara kerja air dalam mangkuk hingga bisa berfungsi layaknya cctv yang ada di rumahnya, sehingga mereka berdua bisa melihat apa yang dilakukan Pram dengan Nungkai. Dalam benak "kok bisa ya, wah..." maka terpikir, sudah barang tentu Angga ingat kekasihnya dan ingin memanfaatkan kemampuan tetua.

11.11.2013

Selisih

"Aku berpikir kau sok tahu dan kau juga lebih jahat dari yang aku kira
sebelumnya"
"Ya, kau boleh berpikir seperti itu, seperti yang kau dengar, Nungkai
peneluh, Nungkai pengikut ilmu hitam" jawab Nungkai.
Nungkai mengakhiri ucapan bersamaan dengan munculnya seekor ular warna
hitam dari dalam lengan baju Nungkai, tampak mengkilat seperti
berminyak.
Pram tahu jika Nungkai sedang ingin menunjukkan siapa dirinya.
"Tak satupun di bumi tempat berpijak sesuatu ada dengan seketika, pun
tak satupun sesuatu lenyap begitu saja. Adanya sesuatu berdasar ubah
wujud, pun sirnanya sesuatu, yang ada perubahan wujud. Materi kekal.
Mendengar belum tentu melihat, melihat belum tentu mengetahui,
mengetahui belum tentu percaya, perca...."
belum lagi selesai Pram melepas kalimat namun tubuh Nungkai terlihat
seperti mengeluarkan asap, seperti ada yang terbakar dari dalam tubuh
Nungkai.
"Wyusimamubi, tatalangkup ikau, tabalik mantra nang taucap!" Nungkai
mengcover mantra Pram.
Ancaman sudah terlalu dekat pada keduanya. Tinggal menunggu siapa yang unggul.

11.09.2013

Nungkai

"Setiap terjawab dari apa yang kau tanyakan selalu menyisakan
pertanyaan baru, lalu bagaimana aku bisa memenuhi pertanyaan yang
sebenarnya kau sendiri buat?
Angga lebih cerdas dari kau. Dia diam dia tidak bertanya, apalagi
menjawab. Angga temanmu tahu bahwa apa yang dia tidak mengerti malah
jawaban yang sebenarnya, karena mengerti hanya ada di pikiran dan itu
semu. Setinggi apapun yang kau cari akan berakhir pada tidak tahu.
Maka diamlah, luruhkan apa-apa yang ada di kepalamu. Biar, biar tak
perlu kau pikirkan esok atau apa yang telah berlalu, niscaya semesta
sekalian alam akan mengajari apa yang kau tidak pernah tahu" terdengar
agak parau suara laki-laki yang sudah berdiri di depan Pram.
"Siapa kau?"
"Bukankah kau mencariku? aku Nungkai"
Jauh dari yang Pram bayangkan, Pram tidak menyangka akan bertemu
Nungkai secepat itu.
"Angga pun kekasihnya sudah siap dengan segala kemungkinan sejak awal
mereka berjumpa, mereka sudah tahu jika segalanya tidak akan mudah,
tapi permainan yang mereka mainkan setidaknya akan memberi arti akan
hidup, setidaknya mereka menemukan arti dari apa itu kekasih"
"Bagaimana kau bisa tahu Angga" Pram terkejut karena Nungkai banyak
mengetahui tentang Angga.
Nungkai tidak menjawab, tapi senyum Nungkai sudah menjelaskan lebih
dari yang Pram harap.

11.07.2013

Sulit

Pram merasa jika dirinya bukan siapa-siapa dan itu sangat menyakitkan
baginya, dia berharap untuk lebih bisa berarti. Pram telah berusaha
keras untuk menemukan arti hidup namun upaya yang dilakukan justru
menjadikan dirinya makin kehilangan arah, semakin jauh tersesat. Dia
berfikir bisa memperbaiki segalanya, tentang hidupnya.

11.04.2013

Pram Lenyap

Wajah Angga tampak pucat, tetua tahu apa artinya itu sehingga dia
segera menahan dari belakang lalu merebahkan tubuh Angga diatas
rumputan.
Kali ini Pram mulai sedikit panik perasaan was lebih menguasai, ada
sesuatu yang tidak seharusnya. Naluri mengambil alih kesadarannya
hingga dia segera mengambil dan menghidupkan kamera untuk cepat
mengambil gambar takut kehilangan moment. Tetua hanya sedikit melirik
kearah Pram.
"Wyusimamubi taungkap, tabuka ikau nang tatutup wan daun" ucap tetua.
Segera langit mendung dan terlalu cepat seorang perempuan sudah
berdiri menepuk bahu tetua hingga tetua segera menoleh dan sedikit
kejut
"Salam" tetua menunduk santun.
"Alaika salam" jawab perempuan itu lebih santun.
Pram kali ini seperti patung mendapati keterkejutan berlebih hingga
tak terasa kamera yang ada di tangannya terjatuh.
"Murdi, tetua dari wilayah Hulu Tengah, ada apa jauh-jauh hingga
sampai di Tanah Luar ini? Siapa yang pian cari?"
"Nungkai" jawab tetua.
"Dia tidak sedang berada disini, dia bersama Urip dan yang lain sedang
berada di Tanah Dalam, tapi aku bisa membatu pian lebih dari yang pian
harapkan" lanjut perempuan itu yang dengan cepat sudah terlalu dekat
dengan wajah Pram.
Harum aroma melati menyebar, sedang perempuan itu makin menggoda Pram.
Gaun yang terbuat dari kain satin warna merah menampakan lekuk tubuh
perempuan dewasa.
"Kau sama seperti kawanmu, aku tahu kau menyimpan tali asamara yang
sulit kau wujudkan, katakan permohonanmu, aku akan mengabulkan" lembut
ucap perempuan itu.

Hilang, setelah kedip mata tak lagi tetua melihat Pram, hanya ada
Angga dan kamera Pram yang tergeletak di tanah.
Senyum tetua tipis, tetua tahu sedang dimana Pram berada, tetua bukan
orang bodoh.

Gerbang Tanah Luar

Lebih menjelaskan jika Pram terbiasa mengunakan logika dan analisa,
segala yang disampaikan mengarah pada yang bersifat ilmiah. Obsesi
psikologi melalui pendekatan teologi pun mitologi kuno. Tetua sedikit
meragu jika upaya akan mengarah positif. Beberapa sampel dari
benda-benda ritual yang telah dikoleksi dan cara pendokumentasian
Pram setidaknya sudah cukup untuk menjadi alasan atas keraguan tetua.

Benar, ketika tiba di tempat pelatihan suci maka Pram segera
mengeluarkan kamera digitalnya dan mengambil gambar yang menurutnya
penting.
Tetua tersenyum, tetua sangat yakin jika Pram tidak akan mendapat
apapun kecuali dia akan segera sadar bahwa kecerdasan yang dimiliki
tak akan banyak membantu.
"Sihir tak sepenuhnya sihir sama seperti yang pian katakan jika ilmu
pasti bukanlah hal yang pasti.
Sekarang kita memulai ekplorasi sisi hidup yang sesungguhnya telah
mati oleh pikiran, hati, naluri pun ego yang pian sebut-sebut itu.
Ulun berharap keempat perkara tak menjadi hijab" ujar tetua.
Pram berusaha memahami apa yang baru saja dikatakan tetua.
Sedang Angga hanya mendengar dan mendorong kursi roda Pram sambil
berharap ada keajaiban yang memberi rasa takjub untuk menuntaskan rasa
ingin tahunya.

Tetua menahan Pram pun Angga agar berhenti, sedang tetua tetap
melangkah mendekati pohon asam besar yang tinggi menjulang.
"Salam laika salam" ucap tetua.
Betapa terkejut Angga ketika tercium harum melati lembut bersamaan
dengan hangat nafas yang telah dekat dengan telinga kirinya, sedang
tubuh seperti terhanyut. Ada yang berbeda dari apa yang di retina mata
Angga terima, sepertinya berubah situasi disekitar dia berdiri.
"Kau terlalu takut untuk mendapatkannya, sedang dia tak lagi bisa
melupa, perempuan itu sedia atasmu tapi kau penakut" suara seorang
perempuan terdengar jelas, namun ketika Angga menoleh namun dia tak
menemukan siapa pun dan apa yang dipandang dari sekitar telah kembali
seperti sedia kala. Normal.

Angin berhembus lembut menerpa wajah Angga.

11.01.2013

Layar hitam

Wajah kesal nampak jelas, bagaimana tidak, setiap dan setiap kali Pram
ingin mendekati penyelesaian teori dari yang seharusnya namun layar
mendadak hitam. Pun kali ini.
Pram terdiam, dia menarik kembali seluruh penalaran, tak ada pilihan
kecuali mengubur. Menutup laptop sedang mata mengarah pada Angga yang
sedang ada di tanah sibuk mencuci mobil, mempersiapkan perjalanan
menuju tanah luar.
"Tak untuk di sampaikan apa yang pian ketahui, seperti kata orang
bijak, membiarkan yang rahasia tetap pada tempatnya" ucap tetua sambil
menepuk bahu Pram sebelah kanan.
Pram baru menyadari jika tetua telah berdiri dibelakang kursi rodanya
sejak tadi.
"Pian masih memiliki hati pada seorang perempuan, sama seperti Angga
sahabat pian itu, bedanya pian lebih bisa menyembunyikan" ucap tetua.
"Dia yang menjadikan ulun masih mampu bertahan. Dari dia ulun memahami
kehidupan. Tapi semua hanya menjadikan dia bingung, tak lebih" jawab
Pram lemah.
Tetua menarik nafas mendalam lalu membuang lepas, tetua melihat sisi
lemah Pram, sisi yang terbelenggu dan itu sulit.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...