Bagaimana mungkin seorang perempuan cerdas yang terbiasa melakukan
pengkajian ilmiah dengan metode kerja sistematis di setiap
proyek-proyek empirisnya bisa larut dengan laki-laki pembual.
Bagaimana mungkin Nirmala bisa meladeni ucapan laki-laki yang hanya
berlagak tahu. Laki-laki yang hanya memiliki pengetahuan ngawur, hanya
batinisasi tanpa ada alur pun urutan yang jelas. Laki-laki yang setiap
ucapannya hanya berdasar pada semangat pembelaan keyakinan rasial
semata.
Sedang banyak mata memandang tapi Mala masih belum risih. Atau memang Mala buta.
Barang kali nasib benar-benar memaksa. Dan kesadaran waras Mala kalah
oleh naluri perempuannya ketika mendapat sanjungan, ketika dipuja.
Bukan pula sanjungan kosong karena memang pantas Mala mendapat
sanjungan itu, karena Mala memang perempuan yang melebihi harapan.
Sayang sang pemuja itu Angga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar