"melihat beragam informasi nama dan wajah sama sekali tidak membantu
menjawab pertanyaan hal seperti apa yang akan aku dapat. Seperti biasa
aku memilih untuk menjadi pengecut. Mengabaikan semua pesan yang masuk
ke dalam kotak surat"
Untuk apa mencari jawaban akan hal yang akan didapat sedang sudah jelas kau sedang menanam padi, tentu padi yang kau petik, tak mungkin kau petik labu. Pernyataan yang seolah kau tak pernah sadar jika kau sedang menanam.
Apalagi jika kalimat itu berbunyi "hal seperti apa yang akan aku dapat" maka makin bingung lagi aku memahami. Sedang yang kita kerjakan setiap hari tak sekalipun seperti yang orang lain kerjakan bagaimana mungkin akan menghasilkan sesuatu hal yang seperti orang lain dapat, dari cara tidur berbeda, cara makan berbeda, cara duduk berbeda dan...., memang seperti bukan sama, tetapi ada sesuatu yang bersifat penyeragaman.
Yang aku tahu Tuhan memberi imbalan yang sesuai dengan apa yang telah manusia lakukan bukan penyeragaman.
"Seperti biasa aku memilih untuk menjadi pengecut. Mengabaikan semua pesan yang masuk ke dalam kotak surat" Bukanlah seperti maksud yang tertulis.
Seorang perempuan dengan tidak sadar telah berusaha untuk memerdekakan dirinya sendiri atas pengekangan yang telah menggurita di kesadaran semenjak dia membuka mata dari tidurnya setiap pagi.
Orang lain tak sekalipun bisa mendikte pribadi lain, setiap pribadi merdeka atas nafasnya sendiri, hanya alasan kenyamanan bersosial dan yang telah diatur dalam undang-undang yang berhak mengekang. Tapi kita orang timur dimana tak sekedar undang-undang yang mengatur namun tatapan mata orang lain bisa berubah menjadi hukum melebihi undang-undang, seolah diri sendiri harus tahu sebelum mata yang lain tajam menatap segala prilaku.
Tinggal kau ingin menjadi diri sendiri atau taat dengan tatapan orang lain.
Kehidupan tak pernah seperti apalagi sama. Jika aku gelandangan yang tak memiliki status sosial jelas mungkin akan banyak orang memandangku dengan tak sebagai manusia utuh. Haruskah aku menjadi seperti mereka? sedang aku berasal dari sperma yang berbeda.
Apa yang menjadi ukuran seseorang, menilai seseorang dari apa yang telah didapat, mendapat pemuasan dari apa yang ada dipikiran bukan ketulusan seseorang menjalani hidup, setia dengan apa yang diimani, kesediaan berbagi hingga menemukan hati yang lain.
Mata menjadi ukuran bukan hati.
Untuk apa mencari jawaban akan hal yang akan didapat sedang sudah jelas kau sedang menanam padi, tentu padi yang kau petik, tak mungkin kau petik labu. Pernyataan yang seolah kau tak pernah sadar jika kau sedang menanam.
Apalagi jika kalimat itu berbunyi "hal seperti apa yang akan aku dapat" maka makin bingung lagi aku memahami. Sedang yang kita kerjakan setiap hari tak sekalipun seperti yang orang lain kerjakan bagaimana mungkin akan menghasilkan sesuatu hal yang seperti orang lain dapat, dari cara tidur berbeda, cara makan berbeda, cara duduk berbeda dan...., memang seperti bukan sama, tetapi ada sesuatu yang bersifat penyeragaman.
Yang aku tahu Tuhan memberi imbalan yang sesuai dengan apa yang telah manusia lakukan bukan penyeragaman.
"Seperti biasa aku memilih untuk menjadi pengecut. Mengabaikan semua pesan yang masuk ke dalam kotak surat" Bukanlah seperti maksud yang tertulis.
Seorang perempuan dengan tidak sadar telah berusaha untuk memerdekakan dirinya sendiri atas pengekangan yang telah menggurita di kesadaran semenjak dia membuka mata dari tidurnya setiap pagi.
Orang lain tak sekalipun bisa mendikte pribadi lain, setiap pribadi merdeka atas nafasnya sendiri, hanya alasan kenyamanan bersosial dan yang telah diatur dalam undang-undang yang berhak mengekang. Tapi kita orang timur dimana tak sekedar undang-undang yang mengatur namun tatapan mata orang lain bisa berubah menjadi hukum melebihi undang-undang, seolah diri sendiri harus tahu sebelum mata yang lain tajam menatap segala prilaku.
Tinggal kau ingin menjadi diri sendiri atau taat dengan tatapan orang lain.
Kehidupan tak pernah seperti apalagi sama. Jika aku gelandangan yang tak memiliki status sosial jelas mungkin akan banyak orang memandangku dengan tak sebagai manusia utuh. Haruskah aku menjadi seperti mereka? sedang aku berasal dari sperma yang berbeda.
Apa yang menjadi ukuran seseorang, menilai seseorang dari apa yang telah didapat, mendapat pemuasan dari apa yang ada dipikiran bukan ketulusan seseorang menjalani hidup, setia dengan apa yang diimani, kesediaan berbagi hingga menemukan hati yang lain.
Mata menjadi ukuran bukan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar