"Tentu diperlukan objektifitas sebelum justice, sebelum generalisasi
pada sesuatu. Akan kacau dalam keputusan ketika informasi pembanding
yang dijadikan pertimbangan didapat dari ingatan yang sebenarnya tak
sekalipun pernah ada pembuktian. pula menjadi lebih kacau ketika hati
dan perasaan yang terlibat. Baik itu keyakinan, cinta atau sebaliknya.
Semua data terasa nyata tapi sebenarnya tidak sama-sekali.
Apapun sebelum sesuatu terputuskan cobalah untuk lebih objektif.
Rasionalisasi kembali apa yang ada didalam ingatan, hati dan perasaan
jika hendak diambil sebagai bahan pertimbangan.
Secara umum yang menjadikan sesuatu bisa kuat memberi pengaruh pada
ingatan hingga berdampak pada prilaku justru termulai dari bawah
sadar. Sesuatu yang didapat secara terus menerus namun sesuatu itu
bisa memberi arti atau jawaban atas resah yang disembunyikan, walau
jawaban yang tersampaikan dusta belaka. Jawaban atas resah yang
tenggelam dibawah kesibukan interaksi sosial, bersifat privasi dan tak
elok ketika didengar yang lain, ada tapi tak mudah dibagi.
Maka ketika kita berinteraksi akan ada banyak hal yang berlaku monoton
hingga kita bersikap mengabaikan. Namun sesuatu yang terabaikan itu
tanpa tersadari malah berpeluang memunculkan sesuatu yang tak terduga
dan jika yang tak terduga itu ternyata mampu memberi jawaban atas
keresahan maka sesuatu yang kita abaikan itu akan tertanam sempurna
didalam ingatan, menjadi ketidak sadaran yang mempengaruhi pola pikir.
Ada di ingatan, terasa nyata walau sebenarnya belum tentu.
Dan ketidak sadaranlah yang sulit dikendalikan oleh sadar. Bagaimana
mungkin sadar mengendalikan sesuatu yang memiliki posisi berbeda,
posisi uncontrol.
Jika seseorang menginginkan lupa atas sesuatu maka baik jangan ingin.
"Ingin" adalah bentuk sadar, melupakan sesuatu dengan kesadaran
terasa aneh, bukankah kesadaran tidak lupa.
Jika kau telah memutuskan untuk melupakan sesuatu barangkali dengan
mematah apa yang ada didalam ingatan adalah cara terbaik, melakukan
pembuktian untuk menggeneral apa yang hendak kau lupakan, klarifikasi,
cari sisi sebaliknya dari apa yang ada di ingatan hingga membuyarkan
semua bayangan yang ada di dalam ingatan itu sendiri.
Bisa juga dengan membawa kesadaran untuk menerima logika atas sebuah
hubungan dalam arti membiasakan logika mendominasi seluruh kesadaran.
Jika dua hal masih tak membantu maka memalsukan ingatan bisa menjadi
pilihan. Memaksakan ingatan agar mencatat apa yang hendak kita lupakan
itu sebenarnya sebagi hal terburuk, bahkan ketika teringat adalah hal
terbodoh"
ujar Pram.
"Tapi aku hanya bisa bicara namun aku membiarkan segala sesuatu
berjalan semau-maunya. Tak aku ingin baik apalagi ingin buruk. Tak
peduli digeneral sebagai apa, atas pertimbangan apa.
Biar. Tak lebih. Ketika ada cinta berbunga, ketika segalanya tak lagi
mungkin ya sudah. Tak perlu aku lupakan walau itu sakit sekalipun.
Aku sembarangan saja mengambil keputusan, tak memerlukan objektifitas.
Aku membiarkan hati dan menguasai hidupku. Aku membiarkan cinta
singgah mengacak-acak kehidupanku karena dengan hati dan perasaan aku
mendapat warna hidup" lanjut Pram.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar