2.17.2015

Lupa Sesaat

Bagaimana melupa, sedang seseorang telah benar mengalami sendiri suatu kejadian. Maka setiap kejadian telah terserap dalam ingatan oleh mata bukan oleh telinga. Jika sekedar cerita yang didengar barangkali terhalat jam saja sudah lupa, tapi jika sesuatu itu telah melibatkan kehidupanmu yang matamu telah menyaksikan sendiri apalagi telah menguras emosi, ah... bagaimana cara melupa.

Terakhir ini ada kejadian yang menyita seluruh energi. aku mengajukan pinjaman ke perbankan, kemudian mengambil dua unit mobil sekaligus, sedang ekonomi tahun-tahun terakhir sangat merosot, sektor produksi melemah akibat permintaan pasar sangat rendah, demi ketahanan para kompetetor gila-gilaan banting harga.
Prilaku politik para elit juga pengaruh harga minyak dunia sangat berdampak, semua pengusaha berteriak.
Aku juga sekarat, tertekan oleh tagihan yang jauh diluar kapasitas yang seharusnya. secara teori jika seseorang tertekan maka seseorang tersebut akan mengeluarkan apa saja yang dimiliki untuk pertahanan diri, pun sadarku mengatakan ini tindakan konyol, memancing kemampuan bawah sadar yang belum tentu mampu menyelesaikan masalah yang telah aku buat sendiri.
Sederhana, jika kau tak berani mengambil resiko maka jangan berharap lebih. Sesuatu yang luar biasa memerlukan tindakan luar biasa.
Energi terkuras dekat dengan habis, teralih perhatian. Aku mengira telah sangat dekat untuk melupa semua hal, tentang kebersamaanku denganmu. Tidak, sama sekali bukan, kalau sesaat ya.
Terkadang aku menghitung, apa yang menarik sehingga aku demikian gila.

Barangkali karena aku tak akan pernah menemukan yang sepertimu, kau hanya kau tak akan pernah sama dengan yang lain. Bukan karena kau telah melebihi ekspektasi dari yang seharusnya pria kehendaki, tapi karena aku telah terlalu jauh masuk kedalam apa yang sedang kau rasakan dari setiap hela hembus nafasmu. Setiap lemah, kalah, tegar, kokoh, menang, benci, sunyi, semua...
Aku tak bisa memutus rasa.

2.10.2015

Lelah

"Bahkan sekarang yang kau tulis sangat jauh dari kehidupanmu, kau dalam kehidupan nyata sangat ringan melempar joke, kau suka bercanda, tawa sering lepas begitu saja.
Lelahmu sangat nampak di setiap apa yang kau tulis.
Hidup bukan lagi pilihan, itu yang sangat jelas nampak dari setiap kalimat, refleksi dari lelah yang tersimpan dan tak pernah kau bisa sampaikan.
Kemana nasib membawa?" ujar Urip sambil bersandar melepas lelahnya sendiri.
Urip terdiam, dia sendiri juga tampak lelah, entah apa beban yang di bawa dalam hidupnya.
Urip membuang pandang ketika rindu pulang telah mengisi seluruh perasaanya. Pulang itu adalah masa kecil, dimana beban tak pernah ada, hanya bahagia memenuhi mata, ketika senja telah tiba maka bunda sudah mendekap dengan sayangnya.
Urip ingin pulang tapi kemana.



 

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...