12.30.2013

Yang Tersisa

Yang ada hanya semakin kacau. Konsekuensi dari keberanian telah
mengambil pengetahuan yang jelas penuh resiko.
Menyisakan pengalaman masa sulit dari perkembangan jiwa.
Sedang kesadaran jelas mengajak berpaling, agar jangan hanya
menghasilkan sesuatu yang semakin membuat jauh menenggelamkan diri
sendiri pada tipuan yang direkayasa oleh kemampuan otak sendiri.
Tapi keyakinanku masing-masing tak akan bisa lari dari cerita yang
mereka telah buat sendiri.

Atau kau hanya ingin mengatakan bahwa ini hanya penggambaran dari pola
mekanisme dasar konsep bertahan hidup, menggeluti cinta sekedar meniti
anak tangga dari proses berkembang biak. Aku rasa darahmu telah penuh
dengan budaya cerdas yang kompleks dan tak mungkin kau nyatakan itu.
Kau amat rumit.
Barangkali ini sekedar asah kemampuan memposisikan ego pada realita.

Kekasih, kenyataanya aku masih tak bisa takut pada rasa takutku
sendiri. Aku masih nyaman dengan takutku sendiri. Aku masih terkuasai
keyakinan pun sangka kosong. Dangkal.
Benar aku selalu memikirkanmu dan barangkali aku telah benar-benar mencintaimu.

12.27.2013

Membaca Surat

Nirmala tertawa kecil, membaca surat elektronik dari Angga yang telah
beberapa hari ditunggu. Hal-hal bodoh Anggalah yang selama ini mampu
membantunya untuk melupa penat, atau memang Nirmala selalu ingin tahu
seberapa parah kegilaan Angga terhadap dirinya.
Terkadang Nirmala sadar jika Angga telah menjadi candu yang sulit
dibuang pun Nirmala juga tahu jika itu berarti buruk.

"Kita mendapat banyak hal disini, tapi tidak dengan kenyamanan seperti
di negeri sendiri"
Ucapan Nirmala sekedar menyakinkan bahwa dia sedang tidak sendiri.
Lebih pada keinginan Nirmala mewujudkan Angga dihadapannya tapi di
kenyataan kedua matanya hanya menangkap sosok Mirna.
"Ya" jawab Mirna pendek.
Mirna tahu jika ucapan Nirmala tak memerlukan penyambung kalimat,
Mirna tahu jika kesadaran Nirmala sedang jauh, bukan ditempat dia
sedang duduk menghadap layar monitor.

Ada kebencian Nirmala untuk mengakui bahwa dirinya telah jatuh cinta.

12.25.2013

Jawab Nungkai

"Tidak adakah disini pemikir handal yang tidak melibatkan klenik?"
"Aku tidak mempercayai klenik, sesuatu terjadi karena sebab yang bisa
dianalisa jika kecerdasanmu memadai dan mereka yang tidak memahami
mengatakan itu sebagai klenik, dan sebagian diantaranya mengatakan itu
sebagai sihir.
Kecerdasan bukan hanya logika, mereka yang cerdik akan melibatkan
kecerdasan hati dan perasaan, maka akan ditambahkan kepada mereka yang
benar bersungguh-sungguh kecerdasan sukma pun ketika mereka
benar-benar dalam keikhlasan maka kecerdasan ruh akan
menyempurnakannya.
Tapi kau tergesa-gesa menilai seseorang hanya berdasarkan kulit tanpa
melihat kedalam.
Prinsip mereka yang telah memahami kelima kecerdasan itu adalah
mengetahui apa yang tidak mereka pernah ketahui apalagi yang
kebanyakan orang telah ketahui. Mengetahui apa yang telah orang lain
ketahui sama sekali tak memiliki arti.
Kami belajar kepada yang tidak tahu, bukan kepada mereka yang telah
tahu, pun kami percaya terhadap apa-apa yang tidak bisa dipercaya,
bukan apa-apa yang bisa dipercaya" jawab Nungkai.
"Kalian tak beda dengan Angga"
"Benar, Angga memilih menjatuhkan cintanya kepada perempuan yang tidak
pernah dia bisa miliki, maka Angga secara tidak sadar akan mendapat
cinta yang sebenarnya, cinta yang bukan seperti kebanyakan orang
lalui. Maka dia berhak tahu kebenaran bahwa cinta yang benar justru
kesakitan yang mendalam, bukan romantisme seperti yang selama ini
diagungkan" Nungkai tak sedikitpun ragu atas ucapannya.

12.24.2013

Angga

Angga mendengar apa yang tetua ucap tapi ucapan tetua sama sekali tak
bisa dipahami. Pun tetua sangat mengerti itu, maka senyum tetua cukup
untuk mengganti tanda atas kemaklumannya, sedang setengah hati tetua
menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bijak memandang lawan bicara.

"Hari, bulan, hingga tahun berganti namun tak pernah aku bisa
berpaling darinya, setiap nafas selalu tentang dia" Angga menunduk
kalah. Kalah oleh perasaanya sendiri.
"Bahkan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta seluruh yang
ada diantara keduanya tak akan bisa mengantikannya" ucap Angga lagi
dengan tatapan mata yang kosong.
Tetua makin yakin jika tak satupun kalimat bisa menarik kembali
kesadaran Angga yang telah jauh berusaha menyentuh kekasihnya itu .
Tetua merasa jika Angga terlalu berani mengambil resiko dengan
menjadikan Nirmala sebagai idaman, sesuatu yang menurut tetua terlalu
kecil peluang yang dimiliki jika melihat kondisi Angga yang
berbanding terbalik dengan Nirmala. Pungguk merindu bulan.
Jauh diluar dugaan tetua, ternyata Angga memang benar-benar telah gila.

12.22.2013

Nirmala Bagi Angga

Tetua sungguh memahami Angga yang makin tak tentu arah.

"Dahulu aku berpikir akan ada orang lain yang akan bisa membatuku
untuk memilih nasib seperti apa yang aku inginkan.
Kenyataannya telah beribu orang aku datangi namun tak satupun diantara
mereka ada yang benar-benar bisa, sedang yang memberi tipu muslihat
sangatlah banyak.
Akan tetapi ada satu orang diantara yang aku temui itu sedikit lebih
bijaksana. Beliau mengatakan,
jika ada seseorang mengatakan kepadamu bahwa dia bisa merubah nasibmu
maka tengoklah kepada orang itu, apa dia bisa merubah nasibnya
sendiri. Sudah barang tentu tidak, sedang untuk dirinya sendiri dia
tak mampu apalagi untuk membantu orang lain.
Beliau lalu memberi tahu jalan yang paling mungkin untuk mencapai apa
yang aku mau.
Ujar beliau,
diawal keberadaan Adam terjadi sedikit konflik antara iblis dengan
Tuhan soal penstatusan Adam, singkat cerita akhirnya Tuhan bertanya
kepada Adam untuk membuktikan kebenaran dari apa yang Tuhan maksudkan
"sebutkan kepada-Ku semua nama (benda) ini, jika engkau orang yang
benar"( Al-Baqarah 31)
maka mereka menjawab "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau
maha mengetahui lagi mahabijaksana" (Al-Baqarah 32)
Kalimat yang menjelaskan bahwa Adam berusaha tidak memaksakan
pikirannya untuk mengetahui apa-apa dari yang sedang dia hadapi. Adam
memilih meletakkan apa yang dia ketahui, memilih untuk tidak merasa
bisa. Adam tidak tunduk terhadap kecerdasannya. Memilih kosong dan
membiarkan Tuhan mengajarkan apa-apa yang memang benar" tetua
menghentikan kiamat, diam sejenak lalu menyalakan rokok setelah
menawarkan kepada Angga untuk menghisap juga.
Pun Angga turut menyalakan untuk mengurangi tekanan yang ada dalam perasaannya.
"Kembalilah kepada Tuhan, agar Tuhan mengajarkan kepadamu apa-apa yang
benar tentang nasibmu. Jika ada lapang hatimu setelah ibadah malam
maka ucapkan seperti yang Adam pernah ucapkan kepada Tuhan dengan
penuh kesungguhan. Pahami maksud membersihkan diri yang berarti
mengosongkan, bersih berarti kosong dan tidak ada apapun, bodoh, pikir
baik tidak apalagi buruk, hati suci tidak apalagi kotor, sangka baik
tidak apalagi buruk sangka. Kosong ya kosong. Terserah onggokmu mau
diapakan oleh Tuhan, lalu katakan
SUBHANAKA LA ILMALANA ILLA MAALAMTANA INAKA ANTAL ALIMUL KHAKIM
seratus dua puluh tuju kali" tetua menghentikan kalimat sambil
menyalakan tiga bilah dupa lidi.
Semerbak harum tercium lembut bersamaan asap yang dengan ringan mengepul keatas.
Angga menunduk, semakin gelap perasaan dan makin tak terbendung.
Nirmala seperti bulan yang terlalu indah dan terbalut seluruh
keagungan dewi, tak mungkin dirinya boleh menyimpan rasa untuknya.
"Nirmala"

12.21.2013

Angga

Angga hanya bisa merasakan kecemasan Nirmala tapi dia tak pernah tau
apa yang seharusnya diperbuat.
Gumpalan gelisah dan sedikit takut di dada Nirmala benar-benar Angga
ikut merasa.

"Kau dewi yang seharusnya agung" ucap Angga.
Hampir gelap, justru membuat Angga lebih bisa menumpah seluruh
pemujaan terhadap Nirmala. Sket berubah menjadi gambar sempurna. Angga
benar-benar larut, lupa diri. Seluruh kesadaran hanya tertuju pada
Nirmala, sedang gelap telah sempurna.
"Nirmala" ucapnya ketika terasa tiup angin dingin mengembalikan
kesadarannya pada tubuh.
Barangkali ini saat Angga terlihat sangat bodoh, ketika Angga dikuasai
perasaan, ketika tak sedikitpun terlihat memiliki kecerdasan yang bisa
diandalkan untuk menopang hidup agar bisa lebih baik.
Tak terlihat ada kesungguhan hati yang benar-benar bisa konsisten
untuk tujuan hidup, tak memiliki prioritas selain larut dengan
perasaan.

Cinta Keduanya

Angga tahu jika pelayanan yang diberikan hanya akan sedikit saja bisa
mengurangi apa yang Nirmala harap. Nirmala yang memiliki trah walau
itu dari garis ibu namun dia tetap membawa darah agung.
Layaknya perempuan garis biru yang lain, Nirmala memiliki selera yang
Angga tak akan pernah bisa mengerti.
Tapi hidup tak pernah ingkar, apapun yang seseorang sedang hadapi
sebenarnya adalah hal yang seseorang itu sendiri pernah harap. Hidup
mengabulkan apa yang seseorang itu sendiri minta bukan apa yang
seseorang itu pikirkan.

Cinta dari keduanya hanya permainan dari keinginan, bukan kemauan.
Terbukti dari Nirmala yang tak pernah benar-benar mau terhadap Angga,
namun hanya rasa inginnya disentuh oleh cinta sajalah yang lebih
menguasai, dan setelah Nirmala kembali pada kesadaran pokok dari
kehidupannya sendiri maka status menjadi penting dan ternyata Angga
adalah hal yang tidak mungkin.
Tapi bagi Angga status bukanlah prioritas. Angga memahami cinta
sebagai pelayanan yang menuntut iklas, yang berarti tak pernah ada hak
baginya.
Angga tak pernah main-main pun dia tak pernah tahu apa itu sungguh-sungguh.

12.18.2013

Kekasih

Tentu semua orang mendapatkan cerminnya masing-masing. Mendapat
seseorang yang mampu mengambil fungsi pemenuh atas apa yang mereka
tidak pernah miliki, terlalu jarang ada seseorang bisa begitu
bersemangat dengan apa yang mereka telah miliki.
Gejala umum ketertarikan setelah seseorang mengabaikan fisik dari yang
mereka jadikan cermin itu. Mereka sebenarnya tak pernah mencinta
setelah hasrat seksual terpenuhi kecuali teman memenuhi sunyinya hati
dan perasaaan.
Tekanan sosial yang berdampak pada kecemasan hingga menimbulkan
depresi adalah hal umum, kecuali seseorang mengabaikan atas
kecenderungannya berprilaku sosial.
Hampir semua orang akan memenuhi takdirnya sendiri, seperti apa yang
mereka mau bukan seperti yang mereka ingin.

Dan kau sedang bercermin melihat semua ketidakmampuanmu menyata pada
diri seseorang yang kau sebut kekasih.

12.17.2013

Cermin

Perasaan itu masih, Nirmala tidak tahu lagi cara melenyapkan. Bahkan
untuk apa dilenyapkan Nirmala juga tidak tahu.
Ingin menjauh? sedang terlalu dekat tak pernah, apalagi seiya-sekata.
Kegilaan Angga terhadap dirinya adalah jawaban atas adanya rasa itu,
mungkin, dan itu hanya kemungkinan.

Nirmala hampir tak menyadari jika apa yang ada pada diri Angga adalah
cermin dari setiap nafasnya sendiri yang terasa berbeda dengan yang
lain.
Jauh dan gelapnya Angga setara dengan sepi dan takutnya sendiri.
Kebodohan Angga cermin dari hal yang dia merasa benar-benar tidak mampu.
"Apa yang ada dalam pikiranmu Ga" gumam Nirmala.
Sedang mata terpejam menahan setengah dari perasaannya yang telah lelah.
"Bukan kau Angga, kau salah"

12.16.2013

Kemauan

"Kau hanya ingin apa yang menurutmu sia-sia segera berakhir. Tapi kau
tak memiliki cukup kemauan.
Ingin bukan mau, kemauan lebih berbentuk sugesti dari dalam yang
dengan mudah mempengaruhi kemana arah kesadaran menuju, mampu
mempengaruhi pola pikir hingga hati dan perasaan.
Sedang ingin hanya hasrat sesaat, hanya memberi pengaruh pada pikir
dan itu akan sulit sampai ke hati" ujar Mirna tanpa sedikitpun menoleh
pada lawan bicaranya.
Nirmala hanya diam mendengar ucap Mirna.
"Mudah mengucap, itu benar dan aku tak akan jauh beda denganmu jika
aku ada di posisimu" lanjut Mirna mengetahui lawan bicara tak
bereaksi.

12.12.2013

Kejut

Apa yang mempengaruhi fungsi otak menjadi demikian kacau hingga parah,
hilang ingatan.
Ibu Hana termasuk yang parah. Kemungkinan disebabkan oleh saking
lamanya ibu Hana tak mendapat penanganan secara serius, hingga
berdampak fatal. Bahkan ketika di awal kesediaannya berkomunikasi
untuk meminta makanpun ibu Hana menggunakan bahasa isyarat
(mengarahkan tangannya ke mulut sendiri secara berulang, lupa bahasa
yang tepat untuk menyatakan makan/lapar) Semua memori bahkan yang
sangat dasar hampir semua hilang. Sisi pencirian bahwa dia makluk
sosial hampir tak ada. Semua hilang waktu itu.

Sekarang Nirmala terdiam, nalarnya berusaha mencari kemungkinan paling
efektif untuk mengkonstruksi ulang kesadaran ibu Hana. Walau sudah
lebih dari 50 persen ingatan ibu Hana telah kembali namun Nirmala
merasa masih ada beberapa bagian dari ingatannya itu palsu. Bagaimana
mungkin sesuatu yang tidak pernah ibu Hana alami seolah dengan benar
ibu Hana mengalaminya.
Nirmala semakin yakin jika ingatan itu palsu setelah dia memastikan
apa yang diceritakan oleh ibu Hana di cek kebenarannya, ternyata tak
pernah ada catatan dari pihak kepolisian daerah tentang adanya
kecelakan yang meruntuhkan jembatan pada tahun 2005 di tempat seperti
yang ibu Hana maksud.
Sedang dari cara ibu Hana bercerita tidak menunjukkan adanya
permasalahan dengan kondisi jiwa. Cerita yang benar-benar mampu ibu
Hana ceritakan secara berulang tanpa ada perbedaan kronologis dari
cerita satu dengan cerita yang lain.

" Kau seperti ayahmu, terlalu larut untuk mencapai sesuatu, kadang
abaikan terhadap hal yang kau anggap tidak ada kaitannya dengan yang
kau tuju, walau itu sebenar hal dasar.
Kau kadang merasa tak yakin dengan dirimu sendiri, itu membuat kau
susah bergaul. Kau baru sedia berkawan jika perasaanmu telah
memastikan keadaan benar baik.
Kau sedang terjebak romantisme sesaat yang pernah kau alami dan
sekarang kau tak bisa melawan perasaanmu sendiri" ucap ibu Hana dengan
senyum tuanya. Tergambar jelas sisa-sisa kecantikan masa lalu dari ibu
Hana.
Nirmala terkejut bukan main, darah seperti terhenti pun wajahnya
memucat. Tak ada yang luput apa yang diucap oleh ibu Hana. Bagaimana
dia bisa tahu.
Ibu Hana tahu jika dia telah salah berkalimat berusaha lekas menggapai
tangan Nirmala, namun Nirmala menghindar.
Ibu Hana surut kebelakang terlihat ketakutan, wajahnya berubah.

Alih

Ibu Hana sudah bisa memakai lipstik dengan baik, jauh dari dulu ketika
Nirmala menemukannya. Waktu itu kondisi ibu Hana sangat parah, rambut
kumal, bau dan sulit diajak berkomunikasi. Gangguan jiwa yang parah.
Ibu Hana bukanlah Proyek.
"Awalnya dia sangat takut dengan air, ketika aku paksa untuk di
mandikan tubuhnya menggigil terkena air, bergetar hebat, jelas sekali
jika organ tubuhnya sudah sangat lupa dengan air. Seolah seumur hidup
baru sekali itu dia tahu yang namanya mandi air.
Perlu hampir tiga bulan aku membuatnya terbiasa untuk mandi,
mengenalkan kembali yang namanya membersihkan tubuh.
Perlahan dia mulai percaya dengan lingkungan dan mulai bisa meminta
makan, minum atau hal sederhana lain.
Sedikit demi sedikit dia bisa menyebut cermin, sisir, bedak dan yang
paling mengharukan ketika dia minta ijin untuk menggunakan benda itu
walau tampak sekali keraguan. Luar biasa keterharuanku.
Kemarin aku terkejut lagi, karena ibu Hana bercerita bahwa dia pernah
di beri hadiah kebaya warna ungu yang selalu diidamkan waktu itu dan
dia menyebut jika kekasihnya yang menghadiahi itu.
Perkembangan yang jauh diluar dugaankau, ibu Hana mulai menemukan
memorinya kembali. Sangat positif.
Aku justru banyak belajar dari ibu Hana. Seluruh perkembangan justru
memberi pengetahuan dengan tepat setiap duduk masalah. Mulai dari
dasar tentang kondisi utuh manusia" ujar Nirmala.

Mirna tahu jika kegiatan sosial yang diceritakan Nirmala hanya
pelarian atas kegalauannya.
Dan semua yang diceritakan Nirmala adalah hal yang Mirna juga sudah tahu.

12.11.2013

Desember

Bulan desember kepingan-kepingan halus dan empuk berwarna putih bersih
turun dari langit, semua pohon, atap, jalan, halaman tak luput bebagai
jenis kendaraan yang terparkir diluar semua tertutup tumpukan warna
putih. Salju.
Baju tebal terasa masih kurang bisa menahan dingin, Nirmala sudah
jenuh dengan ruang kerja yang memang membosankan.
Tak beda dengan jalanan yang hampir setiap hari dilaluinya. Rutinitas
membosankan.
Dulu eropa merupakan tempat yang terlalu indah, tanah harapan untuk
bisa merajut mimpi. Sekarang takjub itu telah berganti dengan bosan
walau Eropa tetap karya besar manusia yang tak tertandingi pun kagum
itu masih.
Namun Eropa tempat dia berpijak sekarang seperti hanya memberi
kegelisahan yang makin menumpuk waktu demi waktu. Nirmala ingin
menjerit menumpahkan semua beban, tapi tak.
Setiap kali ingin menangis tapi tak jua bisa.
Dulu dia sempat bangga ketika mampu mandiri, mampu terbang lepas
melampaui batas harapan dari kebanyakan perempuan dimana dulu dia
berasal. Tapi mengapa sekarang semua terasa petaka. Pengejaran
berbalik arah menjadi dia yang dikejar. Dan semua bertambah parah
ketika Angga masuk dalam kehidupannya.
Sesekali Nirmala berharap bisa melihat catatan nasib walau dia tahu
itu tak akan mungkin.
"Ga, aku dulu meremehkanmu, aku salah. Kau ternyata lebih dari cukup
membuat sulit.
Ga, maafkan aku, pergilah dari hadapanku" ucap setengah dari batin
Nirmala, dan setengah dari batinnya ada masih rasa tak ingin
membiarkan Angga berlalu.

12.10.2013

Diamnya Mala

Bebet bibit bobot bukan isapan jempol semata. Trah biru yang memiliki
kecenderungan logika cerdas atas dasar verifikasi saint akan sulit
ketika berbenturan dengan trah bawah yang hanya memiliki pengetahuan
akar rumput.
Mala terdiam mendengar setiap ocehan Angga bukan karena dia tak mampu
bicara, tapi Mala merasa bodoh ketika harus menghadapi orang bodoh.
Bukankah lebih baik memilih diam ketika ayam yang dihadapi, semua
orang akan berpikir dua kali jika hendak berbicara dengan ayam.
Kecuali orang itu sakit.
Analogi sederhana yang bisa menjelaskan mengapa Mala sering membisu
ketika Angga membual.

Pun Angga, dia tak sepenuhnya bodoh. Hanya saja Angga selalu memiliki
cara pandang berbeda terhadap setiap masalah, cara pandang yang tak
lazim. Dibilang benar tapi tak bisa diikuti, pun ketika dibilang salah
ternyata masih ada benarnya.

Ah..., kaum akar rumput yang selalu aneh, jauh dari tatanan.
Sayang Angga tak bisa memilih harus lahir dari keturunan apa.

12.09.2013

Lamun

Barangkali satu-satunya alasan karena Nirmala selalu terhibur melihat
kesalahan-kesalahan Angga, Angga lucu dengan kekonyolannya. Kebodohan
Anggalah yang tak dimiliki laki-laki lain. Lagi pula Angga
satu-satunya laki-laki yang setia.
Angga tak pernah cemburu, walau itu berarti Angga memang tak pernah
berani untuk cemburu.
Sesekali Mala mengharap Angga sedikit memiliki keberanian, atau yang
lebih, melamar.
"Setan kau Ga!" serapah Mala keras mengejutkan Mirna yang sedang asyik
dengan selulernya. Pun Mala sendiri juga terkejut, buyar semua
lamunan. Mala baru sadar jika dia tidak sendiri.
Keduanya hanya lempar tawa kecil. Diluar dingin, sedikit terasa angin
menerobos lewat jendela yang belum ditutup.
Mala menuju meja rias, duduk bercermin memandangi pantulan wajahnya.
"Aku masih cantik" ujarnya.
Mirna sejenak ikut memandang pantulan wajah Mala lalu tersenyum.

Pemuja

Bagaimana mungkin seorang perempuan cerdas yang terbiasa melakukan
pengkajian ilmiah dengan metode kerja sistematis di setiap
proyek-proyek empirisnya bisa larut dengan laki-laki pembual.
Bagaimana mungkin Nirmala bisa meladeni ucapan laki-laki yang hanya
berlagak tahu. Laki-laki yang hanya memiliki pengetahuan ngawur, hanya
batinisasi tanpa ada alur pun urutan yang jelas. Laki-laki yang setiap
ucapannya hanya berdasar pada semangat pembelaan keyakinan rasial
semata.
Sedang banyak mata memandang tapi Mala masih belum risih. Atau memang Mala buta.
Barang kali nasib benar-benar memaksa. Dan kesadaran waras Mala kalah
oleh naluri perempuannya ketika mendapat sanjungan, ketika dipuja.
Bukan pula sanjungan kosong karena memang pantas Mala mendapat
sanjungan itu, karena Mala memang perempuan yang melebihi harapan.

Sayang sang pemuja itu Angga.

12.08.2013

Tawa Mirna

Bukankah Angga yang mampu memenuhi penyetaraan atas kelamnya perasaan
yang selalu disimpan, walau nyata Angga merupakan pilihan yang tak
masuk akal. Walau Mala tahu jika Angga pelepas rasa haus yang diseduh
dengan pestisida.
Bagaimana mungkin alam terasa seperti menghukum.
"Dia aneh, kadang terlihat cerdas kadang konyol, kadang banyak bicara
kadang pendiam. Gila kali"
Mirna menahan tawa mendengar ucapan Mala.
"Gak beda sama kamu" sambung Mala yang merasa ditertawakan.
Makin keras tawa Mirna mengetahui Mala yang makin sewot.
"ah..., mana mungkin kalau gak sama bisa nyambung komunikasi, ya
nggaklah. Nah siapa yang gila" jawab Mirna yang masih tak bisa
menghentikan tawa.
Mala tersadar jika ucapan sahabatnya itu ada benarnya.

"Angga, mengapa kau ada dan bukan yang lain"

Nirmala

Terik matahari ketika pulang sekolah di tepat pukul satu siang membuat
tenggorokan terasa kering, tapi gosip dari mulut Santi masih bisa
menghibur.
Keceriaan belasan tahun silam terkadang masih terasa.
"Huh..." Nirmala rindu masa yang telah lalu, masa bersama kawan yang
sekarang entah seperti apa mereka. Masa-masa bersama malaikat kecil.
Masa cinta tak perlu kerumitan pun tuntutan. Cinta hanya warna indah
juga pesona.

Sekarang semua sudah lain, sama sekali tak terbayang jika akan sesulit
ini. Nirmala sudah tidak bisa lagi memilih, entah apa, seperti apa,
kemana. Terasa tanggung, serba sulit yang ada.
Makin jengkel lagi dengan adanya Angga, seolah hidup hanya permainan
kosong. Pria yang dibuang tak bisa pun ketika disimpan akan makin
terasa jika dirinya telah jauh lepas dari alur kehidupan yang
seharusnya.

Nirmala semakin tak yakin dengan jalan hidup yang dulu diyakini.
"Ya Robb."

12.07.2013

Angga

Apa yang mengikat perasaan, begitu kuat mengakar. Laki-laki yang tak
begitu pintar telah berani melepas isi hati pada perempuan yang
nyata-nyata bukan untuknya.
Jika jawabnya cinta bukan hal logis maka untuk apa bahas.
Di negeri tanpa human error, orang-orang tergabung. Mereka
mengandalkan perasaan tanpa berani menganalisa lebih jauh.
Cinta adalah perasaan, cinta membuat mabuk kepayang.

Angga tak lagi tergantung pada tetua, Angga telah bisa menata perasaan sendiri.
Pagi-pagi Angga telah menyiapkan beberapa kertas ukuran hvs beserta
tinta pelik, dia ingin keluar menuju pohon Asam di perbatasan. Angga
ingin menuangkan apa yang menggumpal dalam perasaannya pada kertas.
Selalu begitu cara Angga mengungkap apa yang tak bisa diutarakannya,
karena Angga tak secakap Pram dalam penyampaian, dan sketsa merupakan
penumpahan.

12.06.2013

Negri Tak Masuk Akal

Di negeri tanpa human error, negeri sempurna. Maka setiap kekacauan
merupakan kutukan dewa, pun setiap keberhasilan merupakan bagian dari
rencana dewa jua.
Pram juga Angga bergabung dengan mereka demi semua hasrat yang kandas,
karena logika, hati dan perasaan bukan hal yang mereka berdua bisa
imani lagi.
Setiap sanggahan dari apa yang disampaikan lawan bicara bukan untuk
pencapaian melainkan hanya basa-basi, menyambung tali silaturrahim,
tak lebih.

Cara penyelamatan hidup yang buruk bagi sebagian orang, namun bagi
sebagian yang lain mengatakan bahwa hidup tak memerlukan penyelamatan
melainkan apa yang telah ditanam.

12.04.2013

Catatan Angga

Suatu ketika ada seorang pemimpin umat, yang belakangan beliau di
agungkan sebagai nabi besar. Namun semasa awal beliau menyebar syiar
sering diperolok sebagai majnun alias gila, beliau tak bisa
menghentikan kalimat syiar itu karena beliau sangat tahu dengan
senyata-nyatanya tentang apa yang disampaikan.
Wajar sekali ketika orang tidak mengerti akan menolak, menghujat
sesuatu yang baru didengar, jika yang baru didengar itu berbeda dengan
kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sosial. Walau bukan sekali
orang yang tidak mengerti itu mendengar penyampaian maka tetap akan
menganggap gila penyampai jika orang tersebut masih tidak mengerti.
Aneh.

Jalan untuk menjadi waras, tidak aneh maka nabi harus merelakan,
membuang apa yang dia ketahui tentang kebenaran. Maka setelah itu nabi
akan waras seperti kebanyakan orang, hidup berlaku keji, keji adalah
hal umum, jika nabi seperti yang umum berarti normal.
Sayang nabi tidak melakukan.

Kasih aku mencintaimu dengan tak wajar.
Dan aku suka kamu tak seperti apa yang bisa aku sendiri gambarkan. Kau
lebih bagiku, lebih dari yang kau sendiri kira.
Aku tak akan pernah bisa menyatakan kebenaran seperti nabi.

12.03.2013

Sihir

"...semesta beserta isi bersifat kekal, tak satupun lenyap yang ada
hanya perubahan bentuk. Kayu dibakar jadi abu, kayu bukan musnah tapi
berubah bentuk, kau tahu itu.
Manusia umum hanya menggunakan 20 persen kemampuan otak, jika kau
ingin bukti maka lihatlah dirimu yang setiap hari hanya berlaku
kebiasaan tanpa berpikir, kau hanya berpikir ketika terbentur masalah,
itupun sering kau berpijak pada perasaan bukan logika cerdas.
Sihir mengandalkan optimalisasi kemampuan otak untuk merubah wujud.
Kau harus jenius"
Pram sadar jika Nungkai memang memiliki logika sihir. Bukan sekedar
kabar burung jika nungkai telah menggabungkan mantra sihir dengan
logika cerdas, ilmiah.
"Kau hanya memerlukan sedikit materi yang bisa kau ubah untuk menjadi
tampak berjuta, pun sebaliknya. Seperti kau memerlukan kalimat awal
dari lawan bicara ketika kau jatuh cinta, kalimat awal yang akan bisa
kau kembangkan layaknya kalimat milik para pujangga. Materi yang itu
jua, tapi kau sihir menjadi panjang dan bertele-tele alias gombal.
Sihir tak membantu nasib kecuali menghibur mata" lanjut Nungkai.

?

"Kau tahu jika masa depan bukan untuk kita"
Angga mengangkat wajah, dia tak bisa membeda antara pemujaan atau mendamba.

12.02.2013

Angga

Sungguh tahu jika kekasih yang dipujanya menganggap lelucon terhadap
semua apa yang telah di lakukan, tapi pujaan tetap yang terindah, bagi
Angga semua bukan sekedar joke, walau setengah kesadarannya sendiri
membenarkan anggapan itu, ketika Angga berpikir layaknya orang-orang
yang waras tentu.
Merasa, Angga merasa bukan manusia cerdas yang memiliki kemampuan
adaptasi dalam interaksi sosial modern dan itu bukanlah hal yang
menyenangkan.

"Kecerdasan manusia bukanlah sekedar kemampuan logika pun analisa,
karena hidup memiliki unsur lain. Ada hati pun perasan yang menurut
Pram melibatkan empat instrumen pikir, hati, naluri, pun ego individu,
sedang bagiku melibatkan lima hal, karena perasaan juga terlibat.
Sedang hati dan perasaan memiliki arti yang berbeda.
Jika benar apa yang kita pikirkan dari setiap analisa yang telah kita
lakukan, sehingga bisa kita imani pikiran itu tentu hidup kita akan
membaik semua, hidup akan berjalan seperti apa yang kita pikirkan.
Apa yang membayangimu setiap di kesendirian, apa-apa yang terlihat
mudah diucap tapi tak pernah kau capai setidaknya itu sedikit bukti
bahwa kau bukan apa yang kau pikirkan, benar ternyata salah" ujar
tetua.

Angga terdiam, tak ingin dia bertemu dengan kekasihnya lagi. Bukan
karena suka atau tidak suka tapi Angga merasa jika kekasihnya terlalu
indah baginya hingga dia malu untuk menyentuh. Namun ada deretan
ketentuan yang memaksa perasaannya untuk tak pernah bisa
melewatkannya. Dia kekasih.
Sedang beribu doa telah dilepas. Sia-sia.
Hal yang dianggap kebanyakan orang sebagai lelucon, sedang bagi Angga
adalah keseriusan akan pemahaman hidup yang terikat dengan perjanjian
hidup, perjanjian dengan Tuhan yang hanya bisa dipahami ruh.
Sudah barang tentu akan menjadi bahan tertawaan jika tersampaikan
kepada yang lain.
Angga sadar jika dirinya terlalu konservatif di era yang serba
praktis, era digital, era anak baru lahirpun sudah mengenal fisika
plasma.

Ah... Angga. Setengah dari kesadarannya sakit.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...