12.03.2017

Haruskah

Anggrek yang aku bidik mengunakan canon tua 1100d dengan lensa 250 mm, speed 500, iso 200 dan f 5,6 sedang cuaca bagus dengan matahari masih seperempat condong.
Anggrek endemik Kal-Teng yang lebih banyak di wilayah Katingan dengan tanah berpasir granit.
Terlalu indah dan aku tak tega untuk memetik apalagi untuk mencabut tanamannya. 
Barangkali aku tak pintar. Seharusnya aku cabut batangnya dan aku bawa pulang untuk bisa aku tanam di rumah hingga dengan mudah memandang setiap keindahannya ketika bunga itu mekar.

7.01.2017

Menuju Ladang

"Isi kepalamu sendiri yang meramu, bukan lawan bicaramu yang bikin masalah. Konstruksi kepalamu sendiri yang menjadikan sesuatu menjadi ringan atau berat, suka atau tidak, benci apa cinta semua tergantung kau.
Konsep yang kau ajukan tak lebih dari olah otak cerdas yang mengajukan permohonam untuk bisa dipahami apa yang ada di kepalamu.
Kau buang-buang waktu saja!" 
"Ah..., kenapa kau jadi sensStif"
Urip seharusnya tahu Kojin yang kalah judi tadi malam.
"Salma gimana" tanya Kojin melemahi pembicaraan.
"Masih malas di rumah mungkin"
"Kok mungkin, bukankah tadi malam dia bersamamu.
Kau bertengkar?"
"Sudahlah, ayo lekas ke ladang kita sudah kesiangan ni!"
"Sudah siang trus mau diapakan?
Rip, kau dulu mengajari aku tentang hidup yang memerlukan konflik untuk menjadi  bahan bakar pendorong dari tujuan seseorang, untuk sebuah pencapaian.
Kenapa kau sekarang cenderung melemah?"
Urip hanya diam, ia  sadar tak bisa sejalan dengan apa yang ia pernah ucapkan.
Tak mudah ketika terbentur.

"Dia yang benar-benar telah menjadi bagian dari hidup, bagaimana mungkin aku melupa.. kan....nya"  ledek Kojin dengan suara parau dibuat-buat.

6.12.2017

Hanya kau

Akan sulit menentukan kemana harus berlalu, seperti mati akal ketika sekedar berusaha jauh dari Urip.
Salma sadar jika Urip tak sekalipun meniupkan mantra tapi Urip memiliki stimulan yang berbeda dari semua pria yang telah pernah ia kenal.
Urip mampu memicu  sel romantis yang memberi kejut. Urip gila, sok tahu dan juga bodoh. Tapi entah mengapa kegilaan dan kebodohan Urip menjadi dominan dari apa ia andai tentang arti cinta.

Salma sadar jika cinta hanya konstruksi imajinasi yang ia sendiri telah susun di kepala dan ia sadar jauh dari panggang untuk menyatu dalam ikatan bersama Urip.
Salma masih perlu Urip untuk memastikan bahwa ia masih memiliki perasaan yang tak terungkap dan Urip satu-satunya yang mampu menjamah.

Terkadang ia rindu Urip yang menggila tak tentu arah untuk sekedar menyapa dirinya.
Pun andai hal itu terulang ia juga tak yakin untuk pernah sama dengan yang dulu.

"Urip biarlah semua berjalan dalam ikatan dan hanya kau dan aku yang tahu"

5.27.2017

Senyum Salma

Tak ingin beranjak, malas, tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali memandangi selular yang justru ia benci.
Pikiran tak mau diam dan malah menyusun kebencian pun hati sesak menjadi dongkol.
Sedang perasaan seolah memilih ingkar dari apa yang ia mau.
"Urip aku salah sangka terhadapmu. Kusangka hangat yang aku dapat tapi malah asap yang makin pekat kudapat"
Salma tersenyum kecut menertawai kesalahan yang ia sendiri telah buat.

5.23.2017

Pagi

Malam berlalu menyisakan kabut tipis dan dingin tapi jelas di ujung pepohonan yang tinggi menjulang tampak berkas sinar mentari kekuningan tanda tak lama lagi kabut akan berlalu.
Tak akan hilang dari nafas apa-apa yang kau ucap tadi malam sedang  kita telah meninggalkan malam.
Pagi benar-benar telah tiba sedang kita harus menjaga kehidupan agar tetap berjalan seperti yang seharusnya.

"Beranjaklah aku masih malas sebentar lagi aku juga akan keladang"

4.25.2017

Kata

"Bukanlah sesuatu yang memiliki ukur dengan diucap mungkin hanya batin yang memiliki ukur.
Atau barangkali kau pilih kata-kata yang akan menjadi peti mati"
Kalimat Beng yang tak henti mengusik Urip

4.21.2017

Akan Hujan.

Angin kencang dari barat membawa mendung hitam sedang pohon-pohon tinggi berayun mengugurkan dedaunan kering. Mungkin sebentar lagi hujan.
Urip menepi ketempat yang sedikit luas dan cukup untuk bisa parkir. Entah apa, yang jelas ia turun dan sesaat kemudian merentangkan kedua tangan sabil memejam ia mendongak kepala ke langit.

Ingin sudah di ubun-ubun tapi keinginan berteriak sekuat mungkin tetap ia urungkan. Urip kini hanya diam dan pilih sibuk mengumpulkan sebanyak mungkin apa yang ia ingat tentang perempuan yang telah pernah dan sedang mengambil lebih banyak porsi dalam ingatan.

4.06.2017

Kau

"Aku sangka benar dengan ucapannya.
Bukanlah tindakan destruktif apa yang telah kau lakukan tapi kau telah dengan benar menyusun satu demi satu dari bentuk kehidupan dan itu hanya kau sendiri yang bisa memahami. Masing-masing dari kita akan memiliki bentuk, masing-masing dari kita saling terkait, seperti, sejauh, sedalam apa   hanya kita sendiri yang bisa merasa.
Kau taklah harus tenggelam dalam kebersamaan bersamanya pula jangan kau sirna dari pandangannya.
Aku rasa kau dan dia telah menemukan bentuk yang seperti seharusnya"
Beng menghentikan ucap lalu mengambil  bungkus rokok kretek.
Keduanya hampir bersamaan tampak melemahkan syaraf dengan menyandarkan punggung ke dinding.

Udara terasa gerah, obat nyamuk bakar sudah hampir habis sedang malam belum terlalu larut
"Entah bagaimana bermula, yang aku ingat waktu itu aku hampir tak pernah henti ngomel ketika dia menegur, mengejek, atau ketika dia mengingatkan aku. Yang aku ingat aku sibuk berkilah tak mau kalah, sedang telingaku tetap mendengar apa yang dia ucap.
Dan yang tak akan pernah aku lupakan ketika dia bercerita tentang pandora.
Pandora yang ia ceritakan tak aku sangka telah benar-benar mengubah arah hidupku. Dia telah menterjemahkan arti kemungkinan dan apa itu peluang dengan baik.
Dia yang terbaik dari semua perempuan yang telah pernah aku kenal"
Urip menghentikan cerita lalu menghisap rokok dalam-dalam seolah segera ingin menyimpan semua kenangan dengan baik.
Semua yang baru saja perempuan itu katakan benar. Semua telah seperti memutar kembali cerita yang hanya bisa menusuk hati sendiri.

Urip beranjak meninggalkan Beng sedang langit penuh bintang. Semua telah berubah tapi ingatan masih walau semua tidak akan pernah lagi sama.
"Kau yang terbaik"

4.02.2017

Saat Lelah

"Setiap dari kita yang telah lelah selalu ingin pulang, ke suatu tempat dimana ada orang-orang yang telah pernah selalu bersama menjalani hidup bersama kita, tempat dimana ada seseorang yang biasa diajak saling berbagi.
Apakah kau telah benar lelah sehingga kau datang kembali padanya?
Sekarang kau mulai mengerti apa arti dirinya bagimu.
Sekedar pelarian, pelampiasan atau apa. Aku rasa dia lebih dari itu. Bukankah kau lebih nyaman ketika berbagi dengannya" ujar Beng dengan mata yang tajam memandang.
"Ya, dia yang selalu ada di pikiranku ketika aku lelah"

3.25.2017

Cela

"Selalu memiliki alasan setiap kejadian, tak sekalipun kejadian
berdiri sendiri tanpa adanya komponen yang cukup untuk membentuk
kejadian tersebut.
Pula bagaimana seseorang bisa meniadakan kejadian tanpa menyusun
komponen yang cukup untuk meniadakannya.
Meniadakan kejadian merupakan kejadian yang wajib memiliki komponen
penyangga untuk membentuk peniadaan itu sendiri.
Sekarang aku bertanya, apakah kau sudah merasa menyatukan komponen
yang cukup untuk sampai pada tidak mengingat dia lagi.
Aku ragu jika kau melupa.
Kau katakan ingin membuatnya bahagia. Apa kau yakin dengan tidak
bertemu dengannya lagi bisa membuat dia bahagia? Aku ragu rasanya.
Kau sebenarnya sangat mengetahui jika dia hanya perlu kau ada. Pula
aku rasa dia akan gagap ketika kau tiada"
Urip tertunduk membenarkan apa yang Beng katakan.
"Aku buta tanpa dia tapi petaka ketika aku tetap bersamanya. Aku tak
punya pilihan" jawab Urip.
"Bukan tak punya pilihan, kau tak mengambil pilihan akan lebih tepat
menurutku" cela Beng dengan nada kecewa.

Gerah udara terasa sangat tidak nyaman sedang nyamuk terus mengerubut
tak mempan oleh asap obat nyamuk bakar. Urip mengenggam perasaan tak
karuan sambil sesekali membuang pandang jauh-jauh mengingat apa yang
telah ia lakukan sedang ingatannya tak pernah lepas dari perempuan
yang telah pernah membengkokkan jalan hidupnya.

2.17.2017

Luka

"Coba angkat dagumu, aku pernah lebih buruk dari apa yang kau alami. Aku tahu sulit bukan sekedar ucap, tentu sangat buruk ketika semua jalan telah buntu dan menyisakan satu-satunya harapan yang berarti hanya menyerah.
Aku tahu ucapanku tak membantu"

Matahari panas menyengat sedang ilalang menari. Tak jauh tampak burung pipit terbang melawan arah tiup angin yang menerbangkan kerinduan tentang negeri elok tempat pulang, kenang yang hanya menenggelamkan perasaan pada setiap dosa dan luka.

2.03.2017

Pri

Aku membuka dasbort dan hanya menemukan serenteng kemasan kopi instan dan dua bungkus mi goreng instan. Yang penting ada dan bisa aku berikan pada Pri.
Orang sekitar mengatakan Pri gila, mungkin karena penampilannya yang tampak tak layak. Pakaian lusuh pula celana yang sudah rusak dibagian reselting ditambah ikat pinggang tali rafia alakadarnya belum lagi topi dengan bendera kecil merah putih yang dijahit asal.
Pri tinggal di gubuk kecil di tengah tanah kosong miliknya dengan ukuran sekitar 4 hektar. Gubuk di dirikan diatas bekas pondasi rumah miliknya yang telah pernah di bakar oleh orang.

Pri bukanlah gila, setiap kali aku dengar dia berbicara apa yang diucap memiliki susunan yang terarah, tak sekalipun lepas dari rel. Memiliki alur, runut yang sesuai.
"Ada orang yang melapis sertifikat tanahku dan mau memperkarakan. Kau tahu apalah artinya aku. Barangkali mereka akan mudah untuk mengusir aku karena mereka punya banyak duit untuk mendapat kemenangan di pengadilan.
Aku dengar tanah ini telah ada yang bersedia membeli dengan harga 25 milyar. Ah..."
Sejenak Pri memandang langit dan kemudian terdiam.
Aku sodorkan rokok barangkali akan bisa membantu sedikit mencairkan rasa sedih Pri.
"Tak perlu aku mendengar dari yang manusia katakan, aku sudah tahu apa yang mereka mau dengan tanah ini.
Ada dua pilihan, aku bunuh mereka atau aku menjauh. Kau tahu taklah mereka menganggapku sedang sekarangpun mereka sudah menyebutku orang gila, bagaimana mungkin aku bisa menang di pengadilan. Mungkin sebelum aku menginjak masuk pengadilan mereka telah menangkapku terlebih dahulu untuk di serahkan pada dinas sosial"
Pri terdiam lagi dan menghisap rokok dalam-dalam.
"Kau menyimpan gejolak yang rumit. Garis di keningmu mencatat urusan hati. Cinta?
Gak perlu kau ceritakan. Aku rasa dia yang disanapun juga tak benar-benar yakin dengan apa yang ia lakukan denganmu, barangkali dia hanya perlu teman untuk meledakkan perasaan. Dia hanya perlu teman yang seimbang untuk gelisah dan ketidak tahuannya tetang hidup. Perjalanan hidup yang seharusnya telah bisa ia nikmati seperti teman-temanya yang lain.
Dia hanya berharap kau ada, sehigga dia tak merasa hampa"


1.23.2017

Tak Beralasan

"Rip, Urip..., apa yang kau inginkan, bukankah ia mulai terbiasa untuk tanpa kau, lalu mengapa kau memulainya lagi?"
Urip terlihat tak memiliki alasan dari apa yang telah ia lakukan. Ia menutup mata rapat mungkin ia berharap bisa restart hingga bisa memulai lagi dari awal lalu semua akan lebih baik.


1.16.2017

Tak Mengerti

"Jika itu fiksi maka semua akan logis, semua kejadian akan berjalan seperti seharusnya nalar bisa mencerna, bahkan untuk suatu kebetulanpun masih memiliki alasan yang logis jika itu sebuah dongeng, apa kau masih berpikir hidup ini logis? 
Ada kompleksitas sitem dalam hidup yang sulit untuk bisa kau baca arahnya dan jika aku menginginkan sesuatu maka aku akan pilih keluar dari sistem, karena aku jelas tidak akan bisa menyentuh sesuatu yang ada dalam sistem itu. 
Begini saja, jika aku masuk pada sesuatu dan kemudian aku tak menemukan jalan keluar maka aku akan pilih masuk lebih dalam untuk apapun yang bakal terjadi" 

Urip mengalihkan pandang membongkar isi otak untuk menyangkal.
"Aku seperti tersesat tak tahu arah tanpa dia pula aku hanya menuangkan pestisida ketika dia menginginkan seteguk air" ujar Urip dengan setengah menahan nafas.

"Ya, kau masih menggunakan logika, ini hidup..., bukan fiksi. Bagaimana aku menjelaskan agar kau faham"

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...