Nada panggil berbunyi dan sesaat kemudian Pram mengeluarkan selularnya
dari dalam saku. Pram terdiam melihat nama panggilan yang masuk dan
kemudian menekan tombol merah, bukan untuk memutus panggilan melainkan
mematikan selular itu.
Langit pagi masih terselimuti mendukung tipis tak memberi kesempatan
pada matahari untuk memberikan sinar hangatnya pada bumi. Pagi yang
tak sempurna bagi sebagian orang dan mungkin sangat sempurna bagi
sebagian orang yang lainnya lagi.
Pram menghentikan kursi rodanya di bawah pohon trembesi yang tinggi
menjulang sedang matanya tertuju pada kelincahan burung penghisap
madu yang terlihat sibuk memilih bunganya. Pram hanya ingin sendiri,
tidak untuk apa. Langit malah makin gelap, semakin jelas jika hujan
tak akan lama lagi bakal turun. Pram menyalakan rokok yang sejam lalu
sempat dibencinya untuk mengusir dingin.
Benar, hujan turun bahkan petir juga menyambar. Pram tak ingin berlalu
walaupun air hujan yang menembus dedaunan telah cukup membasahi
dirinya. Ada perasaan ingin membiarkan apa saja yang ada untuk
menghukum dirinya lebih dalam. Jelas tergambar ada konflik di dalam
tubuh Pram, sesuatu yang tidak akan bisa dia bahasakkan.
Pram yang mahir bersilat lidah untuk berkelit tapi dia tak pernah
mampu melawan perasaannya sendiri.
9.15.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar