3.31.2012

Perempuan Itu

Aku tiba-tiba merasa sedikit curiga, biasanya guru Wahab meledekku ketika aku bicara soal wanita, jarang sekali beliau serius ketika berdua denganku, biasanya kebersamaan justru diisi dengan canda untuk melepas segala penat dari hari-hari yang dipenuhi dengan melayani tamu dan santri.

"Benar apa kata guru Wahab" suara perempuan yang tadi sebelum guru Wahab datang terdengar dekat sekali dengan telinga kanan, aku menoleh dan tepat beradu muka dengannya. Aku bingung, namun ketika aku menoleh kearah guru Wahab, beliau sudah tidak ada.
"Begitu suci perempuan itu dimatamu, kau agungkan perempuan melebihi dewi, bukankah dia yang terbaik dari semua perempuan yang pernah kau kenal. Lihatlah bidadaripun cemburu ketika kau memujanya.
Ayolah... katakan ya, dan tak akan lebih dari kedip mata, maka kau sudah dapatkan hatinya"sambil ujung jarinya menyentuh pipiku.

Otakku buntu, yang ada hanya tentang dia, teringat ketika dia bercerita tentang Royal Albert Hall yang berada di kota Westminster, London, Inggris, dia menceritakan jika waktu itu berada di balkon kedua dan larut diantara ribuan penonton yang dibuai Adele dengan konsernya. Dia bercerita betapa megah hall bundar itu, tentang kagumnya pada Adele sosok perempuan yang mampu mengkombinasi antara kemampuan konstrusi nalar hayal yang disuport dengan perasaan dan berhasil mengungkap melalui vokalnya yang terasa all out.




3.30.2012

Neraka menunggu


Makin hari bukanlah makin lega nafas ini, justru makin sesak, justru makin sering  mata berkaca. Bagaimana tidak sedang aku makin tersadar neraka jahanam yang terdalam telah didepan mata. Kalimat ampun tak berguna setelah mengingat semua yang aku lakukan.

“Bagaimana mungkin aku mengharap surga sedang aku telah sia-sia terhadap pemilik surga yang sesungguhnya. Bukankah Adam dan Hawa sungguh penghuni surga sebelum dilempar ke bumi.
Bukankah Adam laki-laki dan Hawa perempuan. Bukankah laki-laki pun perempuan berasal dari rahim. Lalu apa terlalu berbeda kalimat rahim ibu dengan rahim-Nya. Lalu apa terlalu berbeda Surga dengan kandungan perempuan.
Seharusnya aku bersungguh- sungguh melayani dia ketika aku mendamba surga. Bukan justru sebaliknya malah menyakiti, menjadikannya dalam kebimbangan.
Ya Rahman, Ya Rahim, benar aku ateis, benar aku telah memutar balik norma, terimalah airmataku  sebagai tanda sesalku, yang tidak bisa berjalan seperti laki-laki lainnya, yang umumnya selalu dilayani perempuan, yang selalu minta diatas, yang selalu menganggap perempuan dibelakang. Aku justru menjadikan perempuan yang seharusnya dilayani.
Ya Rahman, Ya Rahim, aku iklas menerima menerima neraka jahanam”

Guru Wahab menyalakan bilah rokok yang sejak aku bercerita hanya dimain-mainkan, lalu menghisapnya dalam-dalam.
“Biarlah Dia pemilik sekalian alam menentukan kau pantas apa tidak mendapat surga perempuan itu. Jalani tanpa keluhan, jika memang kau berhak atas surganya tak satupun mampu menghalangi, namun jika bukan hakmu maka semua ini hanya pikiran yang membentuk sangka”

Kasih


Setelah selesai tuan guru Wahab bercerita beliau menepuk punggungku seraya tersenyum “ Lalu bagaimana arti cinta menurutmu?”
Aku tertunduk “ Sungguh tak ada cinta dihatiku, mungkin jika ada cinta juga telah berkarat, yang tersisa hanya rasa kasih dan sayang kepadanya. Aku bisa menerima cintanya ketika dia telah menjadi lemah dan tak berdaya, bukan ketika dia sempurna. Cukup menjadi pemujanya dan tak akan pernah berani menerima cintanya disaat segala keelokan yang dimiliki masih mempesona setiap mata, ketika dia masih sempurna tentu cintanya hanya menjadi hak pria sempurna”
Guru Wahab hanya manggut-manggut “lalu?”
Aku menghela nafas“ Bukankah kasih berarti memberi, memberikan pelayanan atas segala keinginannya. Bukankah dia perempuan, bukankah dia sama seperti  ibu yang telah melahirkan aku, bagaimana mungkin aku tak melayani apa-apa yang menjadi keinginannya, bukankah aku seharusnya melayani  dia hingga nafasnya berhenti, aku hanya rindu melayani.
Dan sayang bukankah berarti menjaga, menjaga dari segala keburukan yang menimpa. Lalu apa yang terjadi,bukankah aku justru membuat hancur hatinya, bukankah aku telah meremukkan perasaanya.
Persetan dengan cinta dan sungguh aku pengecut, Aku hanya peduli terhadap perasaanku sendiri yang selalu didera rindu kepadanya, lalu dimana arti melayani, dimana arti melindungi, apa sekedar kata manis perayu agar mendapat tubuh mulusnya. Seharusnya aku memahami lagi arti kata kasih dan sayang. ”
Tak terasa sesalku menusuk perasaanku sendiri, nafas terasa berat, air mata meleleh tanda sesal yang telah melebihi batas. Aku tersadar, segera aku hapus air mata.

Guru Wahab berdiri“Sudahlah… dia juga rindu kau layani.”

3.29.2012

Wahab

Tuan guru Wahab sudah berada disebelahku dan berkata.
"Dulu ada seorang pelacur yang bertaubat dan akhirnya menjadi sufi perempuan , namanya Rabiatul adawiyah. Pada suatu hari perempuan itu dilamar tiga laki-laki. Untuk menerima ketiganya tentu tak mungkin, lalu Rabiatul bertanya kepada ketiganya apa gerangan yang membuat mereka tertarik.
Laki-laki pertama menjawab jika mencintai karena keelokan yang tak tertandingi.
Laki-laki kedua menjawab jika mencintai karena Rabiatul telah bertaubat.
Dan laki-laki yang ketiga menjawab jika nafas Rabiatul yang selalu mengodanya siang pun malam.
Dikehidupan ini segalanya menjadi mungkin, bagaimana jika keelokan itu tiba-tiba sirna, bagaimana jika ternyata keburukan menimpa lagi, lagi, dan lagi, akankah cinta itu sirna.
Tentu Rabiatul waspada dan menerima yang ketiga, bukankah selama dia masih memiliki nafas laki-laki itu tetap setia. Bukankah nafas kerinduan tak menyoal apa atau siapa. Biarkan hidup menuntun bukan pikiran menuntun"

3.26.2012

Bisiknya

"Aku bisa mengambilkan titik peluhnya yang lebih bening dari kristal dan lebih harum dari melati untukmu, dan tak akan lebih lama dari kedip mata" ucapnya lirih bersamaan dengan jari tengah tangan kanannya menyentuh pipiku, lalu dia mendekatkan wajah dengan telinga kananku, dan perlahan dia menurunkan jari hingga menyentuh bibir, dengan lembut terus merayap hingga ke ulu hati. Tapi tiba-tiba lembut itu perlahan berubah, seolah menyentuh jantung dan menjadi nyeri yang teramat sangat seperti diremas.

"Bukankah seperti ini rasanya ketika kau berpisah dengannya, apa lebih sakit ?" bisiknya, dan aku hanya bisa menahan rasa sakit itu hingga perlahan-lahan mereda.
Aku tak mampu berpikir lagi. Semua ingatan tentang dia yang dijauh sana makin tergambar.

"Cukup katakan ya, pasti aku akan ambilkan hatinya untukmu" bisiknya diiringi senyum seolah pasti aku akan setuju.

3.24.2012

Terbangun

Akumulasi dari perasaan dan pikiran lelah berubah menjadi mimpi yang mendekati halusinasi. Segala keindahan dan kenagan justru menjadi stimulan untuk membangunkan iblis betina yang selalu mengusung pemuas dari surga.
Dengan janji pengetahuan dan kematangan pribadi yang terselip racun halus mendekati tanpa rasa disuguhkan.
Dan aku sungguh tak bisa membeda antara malaikat dengan iblis.

3.23.2012

Kau tahu siapa aku.

"Mengapa kau menjadi lemah" suara lirih membuyarkan, aku mencari asal suara, tapi tak terlihat perempuan selain perempuan kecil disebelah sana.
"Apa yang kau cari" suara yang sama tapi terdengar lebih lembut dan mesra tepat ditelinga sebelah kiri dengan diikuti harum cendana yang menggoda. Ketika aku menoleh sudah ada perempuan yang sangat menawan berwajah ayu memancarkan kematangan dan kedamaian. Belum selesai aku mengenali dia sudah tersenyum lembut dan berkata " bukankah dia dicipta begitu indahnya dengan segala keindahan dari syurga dan bukankah dia dicipta untukmu, jangan kau biarkan dia terlalu lama, sentuh lehernya lalu tiupkan buluh perindu, dan setelah itu biarkan lembut kasihnya mengalir di tiap hela nafas dan di tiap denyut nadimu".
Senyum diumbar dengan sorot mata meminta dipercaya.

3.22.2012

Salam 2


Aku menyaksikan kearifan alam untuk mengasuh jiwa-jiwa yang masih lugu, seolah semesta memanjakan mereka. Bunga liar yang bermekaran tampak ramah memamerkan pesona, tak sedikitpun menampakkan keluhan, sedang lebah madu tapak sibuk menikmati hidangan yang tersajikan, suara gemricik air bening mengalir menambahkan sejuk suasana.
Di seberang ladang tampak beberapa rumah kayu beratap daun rumbia dan ilalang berjajar, kelihatan asap tipis mengepul, menunjukan aktivitas dapur.

Aku menjadi teringat ketika dia berandai di masa tua nanti, dia ingin melaluinya dengan angun, lalu sesekali dia akan jalan-jalan menikmati alam Indonesia yang damai dengan segala kesegarannya, waktu itu aku mengatakan jika dia akan lupa dengan aku, karena aku akan menjadi petani yang tua keriput dan sangat jelek. Waktu itu wajahnya tampak memerah dan langsung memukul-mukul punggungku dengan kedua tangannya, dan aku hanya tertawa.  
Aku pejamkan mata mengingat semua tentang dia, masih ada rasa pukulannya dipunggungku. Masih jelas ekspresi wajahnya ketika dia meledekku.

3.20.2012

Salam


Pagi ini tampak langit membiru, kicau burung diladang menyajikan simponi alam diantara bulir kembang jagung. menyuguhkan lembut kedamaian, angin tak mau kalah menghibur dengan semilir sejuknya. Terlihat gadis kecil berlari sambil menggendong boneka, rambut terurai tampak polos tanpa beban seolah semuanya begitu indah, jauh sekali dari bahasa duka apalagi lara. Di sisi lain tampak laki-laki kecil asik menangkap capung dengan langkah yang sangat hati-hati, aku tersenyum geli ketika melihat bocah itu gagal, kemudian tampak dia mengulangi dengan cara yang sama dan gagal lagi. 

Aku pejamkan mata dan menarik nafas panjang terasa sekali aroma tanah ladang. Ada kelegaan yang alam sajikan, ingin rasanya berlama-lama, aku merindu suasana.  Rasanya aku ingin terbang diantara ilalang dan hembusan angin, membiarkan hari berlalu, bebas dari nalar dewasa. 

“Angin bagikan damaiku pada dia yang dijauh sana” itu kalimat yang aku ucap lirih ketika perasaan berbunga.

3.17.2012

Malam


Menurut cerita orang-orang aku dipungut guru wahab sejak umur berkisar tiga tahun. Aku tak pernah ingat bagaimana kejadiannya,  hanya saja aku terkadang ingat pernah tinggal bersama keluarga dimana ada ayah, ibu, dan dua orang kakak perempuan, tapi selalu gagal tiap mengingat kelanjutannya. Sisanya yang kadang mengusik perasaan yaitu sebuah kejadian dimana aku mulai siang menunggu ibu itu didepan pintu rumah sambil menggambar di tanah dengan berharap ibu lekas kelihatan, tapi tak kunjung datang hingga larut malam yang dingin dan aku belum mandi, mata terasa kantuk, lalu kantuk makin berat, kemudian aku menutup pintu kayu warna kuning dan menuju tempat tidur sambil berlinang air mata. Dan ketika terdengar adzan subuh aku terbangun berharap ibu ada disebelahku. Tetap tak ada.
Sungguh kenyataan yang buruk sejak awal aku sudah dibuang.
Pernah aku menayakan pada perempuan yang sekarang kuanggap sebagai ibu, anak siapa aku sebenarnya, jawab ibu “ya anak ibu, lihat samakan senyumnya
Malam mulai dingin aku menatap langit yang penuh bintang tampak mempesona.

Sudah…, teringat dia lagi?” ibu tiba-tiba sudah disamping dan mengejutkanku
Nanti juga baikan, kau sudah bayak berubah, ibu yakin perempuan itu memang sangat pintar, padahal kau tak mudah dipengaruhi, tapi perempuan itu bisa mempengaruhimu” aku hanya tersenyum.
Kok ibu jadi ingin ketemu dengan dia, bawa dia kemari.., kenalkan pada keluarga kita” Terkejut aku mendengar permintaan ibu. Bagaimana tidak, sedang aku tak pernah berani membantah ibu.

3.15.2012

Gundah


Aku makin tersulitkan , Ibu sosok masa lalu yang mengambarkan ada apa sebenarnya dengan cinta, sedang selama ini aku hanya hidup dengan mengandalkan insting dan logika. Aku tak memahami lagi apa itu perasaan, dan bagaimana menjalankannya. Yang ada hanya takut kehilangan dan ingin melihat senyum dari lembut bibirnya, sekalipun aku tak berani lagi menyentuh.

Sayup terdengar kumandang adzan pertanda maghrib, aku bergegas pulang ke pondok. Aku simpan segala gulana, tak ingin sampai ibu tahu jika aku tetap memikirkannya.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...