1.31.2013

Tak Ubah

Dan jika kau tahu aku masih tak jauh beda, masih tak lebih pintar, tak
seperti yang seharusnya pria dewasa lakukan.
Seharusnya aku tidak perlu mengatakan hal yang seharusnya orang lain
tak perlu mendengar. Entah, aku masih saja ingin mendengar balasan
darimu, ingin sekali rasanya kau mengatakan sesuatu yang sebenarnya
sesuatu itu samasekali tidak ingin aku dengar.

Atau ini lebih pada menghabiskan sisa energi, tentu ini akan sedikit
mempertegas ketidak mampuanku untuk meraih sesuatu, lebih pada
penggambaran sisi lemah alias kegagalan.

Melakukan hal yang seharusnya tidak aku lakukan..., ya

1.30.2013

Bukanlah Kesalahan

Mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan, berada dalam kondisi
yang tidak seharusnya, salah dan selalu salah, tapi setidaknya itulah
indikasi dari kehidupan yang bukan hanya bisa di program dengan aturan
yang tetap dan baku. Benar atau salah.

Dulu aku sering menghabiskan malam bersamanya, bersama dia yang selalu
menginginkan sesuatu yang lebih dari yang telah dia dapat.

1.23.2013

Dialog Menjelang Maghrib

"Seolah kau sangat mengetahui seluk kehidupan dengan utuh, tapi yang
aku herankan mengapa kau selalu melakukan sesuatu yang kau sendiri
sudah sadari sesuatu itu akan berdampak kurang menguntungkan untuk
kehidupanmu sendiri?" tanya Saman setengah merendahkan yang ditanya.

"Aku hampir tidak mampu mengendalikan diriku sendiri, bahkan ketika
akal cerdasku telah menyadari kemungkinan setelah terjadinya apa yang
aku lakukan sesuatu itu.
Satu hal yang aku rasakan berbeda dengan cara pandang orang kebanyakan
terhadap anak panah yang terlepas dari busurnya, kebanyakan orang
mengatakan jika anak panah bergerak menuju sasaran bidik tapi bagiku
bukan, anak panah itu tidak sama sekali bergerak melainkan digerakkan
dari satu titik ke titik lain.
Orang sering menyatakan berpindah berarti bergerak, bagiku sungguh
berbeda, anak panah itu digerakkan bukan bergerak.
Anak panah tidaklah bisa menentukan arah kecuali arah telah ditentukan.
Saman, aku hanya seolah tahu, sedang kalimat yang keluar dari mulutku
hampir aku pastikan tidaklah ada gunanya kecuali lebih pada menjalin
silaturrahmi denganmu"

Teringat Sahabat

Salah satu alasan, mungkin ini lebih pada caraku belajar untuk tahu
apa itu penyesalan dari setiap kesalahan. Bodohnya aku yang justru
menikmati disetiap saat detak jantung makin meningkat, sedang telah
tahu jika itu hanya menjadikan aku merasa sudah gila.

Ketika menghadapi situasi seperti ini selalu membawaku pada ingatan
tentang sahabat yang sudah hampir sepuluh tahun tak pernah lagi
bertemu, waktu itu dia bilang "barangkali inilah hidup, yang mereka
nyatakan sebagai bukanlah sebuah tujuan, melainkan perjalanan dari
petualangan yang tak pernah diketahui kapan setiap pribadi bisa
berhenti"

Ada yang hilang setelah aku mendapat.

1.17.2013

Krisis

Peduli apa, bertahan atau memang aku hanya ingin memandang cara dia
bersikap, bahkan aku lakukan itu hampir disetiap hari, namun ada
perasaan berharap semua ini tak pernah terjadi.

Tentu mereka kini mulai tahu siapa aku, tak lebih pada diambang
masalah dengan kejiwaan.

1.08.2013

Satu

"... Tuhan hanya kepada-Mu aku memohon, kuatkanlah imanku, karuniailah
kami kesehatan, panjang umur...Ya Tuhan mudahkanlah urusan kami,
limpahkanlah rizki......."

Belum lagi terselesaikan doa yang akan sangat panjang dari mulut Saman
namun Galih malah tertawa.
Sesaat terbelah keseriusan Saman mendengar Galih, namun segera tak
hirau dan meneruskan doanya kembali.

Lalu setelah doa selesai
"Mengapa Galih?"
"Gak apa Sam, hanya saja aku menjadi geli mendengar doa yang kau
panjatkan. Seolah susah membedakan antara doa dengan kumpulan nafsu.
Kamu berharap semua itu terkabul?
Wah banyak benar jika terkabul, tapi aku yakin jika doamu tadi
terkabul dan benar terlimpah pasti esok kamu akan memanjatkan doa yang
sama supaya lebih terlimpah, walaupun kamu esok sudah diposisi
berlimpah sekalipun. Dalam arti terkabul lalu minta tambah, minta
tambah lagi, terus dan terus.
Salahkah aku, jika menyatakan doa tadi sebagai kumpulan nafsu?"

"salahkah jika aku berdoa Galih?"
"Doa tak salah, tapi terasa serakah dengan begitu banyaknya
permohonan. Tak bisakah jika satu saja doa? Tentu itu apa yang kau
anggap sangat perlu.
Sam, bukankah kau percaya Kesucian menjadi kunci pendekatan diri
kepada Tuhan? Maka pabila kau berpikir waras baik jika letakkanlah
nafsu serakah ketika menghadap Tuhan, baik jika satu saja permohonan
dan itu benar-benar kau perlukan, jangan lalu kau meminta sedang
sesuatu itu sudah kau miliki. Contohnya kesehatan, tanyakan pada
dirimu sendiri apa kau tidak sedang sehat? Jika sedang sehat mengapa
masih kau minta lagi?
Sam, Tuhan itu satu, aku juga satu, pun kamu satu. Bahkan arah pandang
kita juga satu, satu objek dan satu subjek, tak mungkin jika subjek
berhadapan dengan subjek, memang benar jika objek lima orang
contohnya, tapi bukankah lima orang itu semuanya objek. Dua juga satu,
lima juga satu, seribupun juga satu. Ada lima yang hanya itu, jika ada
lima yang lain lalu seperti apa limanya itu?
Yang limi? atau limu? atau lilili? Coba buat lima yang lain.
Hanya satu Sam, lalu mengapa doa menjadi begitu banyak? Tidakkah baik
jika satu saja tujuan tapi bersungguh-sungguhlah sehingga hasilnya
maksimal.

Aku jadi teringat Urip, dia memiliki rindu, tentu rindu itupun hanya
satu, dan hanya untuk satu perempuan"

1.06.2013

Kekasih

Ketidak harmonisan malah membentuk harmoni tersendiri dan kau tahu itu.
Adanya ketidaknyamanan yang menjadikan kudeta, dan kudetalah yang
melahirkan susunan kalimat hingga menyentuh perasaan, aktifitas
berlebih, pun mengubah paksa kasta rendah untuk melek.

Kebahagiaan hanya membuat mati lebih awal, syurga teramat membosankan.
Pernahkah kau berfikir jika di syurga tak perlu ada harapan, karena
sebelum kau harap sesuatu itu maka telah ada sesuatu itu. Hampa.

Bukankah kau sudah membuktikan jika tanpa kalimat akan justru
membentuk kalimatnya sendiri yang menembus perasaan. Bukankah jika aku
tak berkalimat malah akan menjadikan aku lebih nyata dan bukan lagi
sekedar maya.
Apa kau berfikir aku tak merasakan kegelisahanmu jika kau tak
menunjukkan kalimatmu.

Aku bertanya padamu, mengapa masih saja ada perasaan inginmu, sedang
akal cerdasmu jelas menyatakan tak mungkin, jelas menolak.

Benci atau cinta, mungkin hanya rindu apapun itu wujudnya.

1.05.2013

Kudeta?

Sudah tak ada alasan untuk tetap bertahan, mungkin terlalu pendek
hidup untuk menjadi pribadi yang bukan seperti kita sendiri inginkan.

Harapan aku sebut khuldi dan kau lebih suka menyebut pandora, harapan
menjadi enginer dari kudeta. Pembangkangan, sangat sah. Seperti ajaran
prilaku modern, tentukan dan jangan sekedar menerima nasib.
Sayangnya aku kolot, aku sekedar menerima nasib.

Khuldi, khuldi..., yang menjadikan Adam dan Hawa menginjakkan kaki di bumi.
Setelah khuldi termakan oleh ibu Siti Hawa maka menjadilah kedua buah
dadanya , bukankah kaum Adam sering tertarik untuk mengarahkan pandang
pada tonjolan dada perempuan, pun setelah khuldi termakan oleh Adam
dan menjadi buah jakun di tenggorokkan, bukankah kaum Hawa sering
terpikat mendengar bujuk kalimat yang keluar dari tenggorokan kaum
Adam.

Tapi....sudahlah. Keep going on move! Enjoy by your self.

1.04.2013

Ya

Tentu.., mengapa tidak.

Sulit

".... apa yang kau pikirkan, dimana sebagian dari sisi terbaikmu yang dulu itu?"

Sedikit tersirat harap kau akan tahu jika aku tak memilikinya kecuali
telah bersekutu dengan iblis yang dikutuk dan dirajam. Tentu demi
mendapatkan perhatian darimu seorang perempuan yang aku anggap titisan
dewi dengan harum cendana syurga.

Dan kau tahu semua akan makin sulit. Jua jika kau mengetahui aku
terlahir untuk siap dengan sulit yang telah pernah dibisikkan sebelum
adzan pertama terdengar ditelinga.

Esok makin jelas lebih pada meneruskan garis, suka atau tidak. Dan
sungguh memang tak pernah ada titik.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...