2.19.2014

Tak tahu

Esok sudah pasti yang tidak bisa aku pastikan, karena aku tidak bisa
membaca prilaku sosial pun alam tempat aku berpijak, aku sudah tidak
mengingat apa yang aku telah pernah aku lakukan, aku tidak menahu
watak sikap mental dari orang tuaku yang mempengaruhi kwalitas sperma
cikal-bakal adanya aku.
Dan ketika aku melakukan ritual selayaknya jaman megalitik, melakukan
pemujaan kepada arwah leluhur, maka itu tak lebih hanya menyandarkan
konflik dalam diriku sendiri demi membuka kemungkinan yang dianggap
kebanyakan orang tidak mungkin.
Aku sudah tidak percaya dengan kecerdasan logika. Kecerdasan seolah
hanya menumbuhkan dusta belaka.

Aku sangat sadar ketika telah kehilangan banyak sumber daya kognitif,
terhabis oleh kalimat dusta. Barangkali kau juga tak akan jauh beda,
ketika cinta benar-benar ada di hati dan perasaan.

Ah... sudahlah, kau memang ada, untuk apa keluh.

2.18.2014

?

Meninggalkan Angga, Pram, Salma juga tetua didalam hutan.

Kopi masih hangat, setelah hujan mereda dingin sudah jamak menguasi.
Aku memilih duduk di teras, tak ingin memikirkan apapun. Tak lama, apa
yang aku harapkan dari awal telah berubah, seluler menggoda, mengajak
membuka gmail kemudian mengetik susunan kalimat.
Untuk apa?
Kamu?

Jalan hidup semakin mengantarku pada penuaan, namun masih saja
menyisakan bodoh, seolah lebih menegaskan bahwa aku yang tak pernah
mau belajar dari yang telah terjadi. Sama sekali tak bisa menjadikan
lebih nyata dari apa yang sudah susah-susah aku pahami tentang
kehidupan. Aku tidak pernah mau memetik pelajaran. Hanya berusaha
mencari sebab dan akibat dari kejadian hidup.

Tahun demi tahun sudah terlalui, juga semua kenyataan jelas terpampang
seharusnya sudah cukup untuk aku juga kau memutuskan yang terbaik.
Kenyataannya tidak, aku malah takut kehilanganmu. Egois.
Alih-alih perbaikan, yang ada malah menyusun pembenar, meminta
diwajarkan, dan jika sudah terpepet maka aku akan mengatakan bahwa tak
bisa mendustakan hati dan perasaanku.
Aku suka kau, tak pernah peduli jika itu semua jauh dari kemungkinan.
Apa akibatnya.

Sedang esok menanti, lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang? aku tak
bisa menjawab. Aku hanya tahu masih sulit kehilanganmu.
Esok biar esok.

Entah bagaimana denganmu

2.15.2014

Percaya

Ada ketetapan hati yang membuat keras kepala, bukanlah dari apa yang
diyakini, sama sekali bukan, bukan seperti agama yang berpegang pada
keyakinan. Bagi Angga Nirmala adalah sebuah kepercayaan, Angga sangat
percaya dan tak memerlukan keyakinan untuk mencinta.
Walau kadang dia berfikir jika cinta yang terbentuk lebih mewakili
konflik, wujud dari mimpinya yang sama sekali janggal namun
benar-benar ada, sedang menentukan bentuk dan rumusnya sendiri.
Cinta telah benar-benar memutus logika. Kecerdasan berlaku hanya
sebagai instrumen yang tidak harus, namun terasa hampa bila tidak
disertakan diantaranya.

Tidak mudah, tapi bukankah keduanya telah selalu dengan sengaja
memilih hal yang tak pernah mudah.
Lalu ketika setiap kecupan di bibir lembut hanya menyisakan sesak maka
keduanya tak akan pernah berani mengeluh.

2.14.2014

Angga

"kau tak belajar tahu diri"
"Sudah terlambat dan aku suka membiarkan semua, aku suka dia, aku tahu
jika semua makin jauh dari rasional. Setiap usahaku melupa malah lebih
menyatakan bahwa aku tak bisa melupa.
Aku tak bisa melawan hatiku. Aku hanya tahu dia selalu ada.
Biarkan aku bergabung dengan iblis jika itu harus menjadi pilihan"
ujar Angga makin gelap mata.

Angga tak ingin berpaling. Nirmala telah ada disepruh hidupnya.
Sebagian nafas yang dimiliki sangat jelas hanya demi Nirmala.
"Kasih maafkan aku, telah mencintaimu" Angga menarik nafas, membiarkan
bayangan senyum Nirmala menguasi darah.

2.13.2014

Iblis Bertahta

Nirmala sadar apa yang sedang dilakukan tapi dia tidak tahu apa yang
sedang terjadi pada dirinya. Akumulasi dari semua yang mengendap dalam
kesadaran darah dan sumsum menyata, memberontak dari akal cerdas.
Nirmala hanya merasa ada kebenaran tanpa logika.
Sedang Angga hanya tahu bahwa Nirmala adalah perempuan yang begitu
mandiri, perempuan yang memiliki beribu spesifikasi dari apa yang
diinginkan laki-laki. Angga sangat tahu jika Nirmala tak sekalipun
boleh disentuh olehnya tapi perasaan kagum lebih menggoda, mengajak
kesadarannya untuk menggapai.
Angga tak kuasa menghentikan kekaguman, hingga dari mulutnya terus
menerus mengalir kalimat puja.

Iblis benar-benar sempurna mengambil peran.
Dahulu Ibrahim as pernah mendapat perintah dari Tuhan untuk
menyembelih Ismail as, anak yang sangat dicintai.
Sedikit gambaran yang menjelaskan betapa cinta adalah bentuk
persekutuan dengan iblis. Manisnya cinta yang terbentuk justru menjadi
candu yang sengaja iblis tiupkan. Cinta merupakan esensi hati dan
orang-orang yang memahami mengatakan jika ibis berada disetengah hati
manusia dan setengahnya lagi ada di qomer.

Nirmala

"Manusia lebih memiliki kemampuan adaptasi dari makluk lain. Manusia
bisa hidup di padang pasir, lautan atau daerah yang paling dingin
sekalipun. Manusia bisa menjadi apapun yang manusia itu mau.
Di awal menghirup udara manusia hanya kosong, fitrah. Setelah eksis
maka manusia bisa membentuk esensinya sendiri. Manusia bisa dibentuk
menjadi kristiani, majusi atau muslim. Manusia bisa membentuk dirinya
sendiri sebagai maling, pemimpin, pendakwah atau apa saja yang mereka
mau untuk adaptasi mempertahankan eksistensinya.
Konsep dasar kebebasan manusia.

Mirna, aku sama seperti kau. Kau memiliki optimisme yang hanya kau
sendiri ketahui, pun aku. Dan kita merdeka atas nafas kita
masing-masing, semua orang juga sepakat akan hal itu.

Ketika kenyataan menuntunku pada kondisi terburuk dari kehidupan yang
telah aku lalui aku sama sekali tak kuasa menolak, walau aku sadar,
aku masih waras.
Cinta telah menancapkan jarum berkarat di hatiku, perasaanku seperti
dihimpit batu besar hingga terasa susah untuk bernafas.
Angga bodoh tapi dia bisa menyakiti aku dengan sempurna, aku hampir
tak bisa bergerak aku lemah dibuatnya.
Aku sangat tahu jika Angga tidak bangga dengan itu, karena dia juga
terbelenggu, hatinya terpenjara hingga dia juga hampir tak mampu lagi
bernafas.
Angga bodoh tapi dia memiliki kesetiaan, kesetiaan yang tidak dimiliki
laki-laki cerdas yang ada disekitarku.
Angga bodoh tapi dia sedia menahan sakit demi aku.
Aku sadar jika tidak akan mendapat apapun dari Angga kecuali berbagi
rasa sakit, rasa sakit yang tidak bisa aku beli di swalayan.

Kau benar Jika Angga merupakan presentasi dari apa yang telah hilang
dariku. Benar, aku tidak mencintai Angga, tapi aku mendapat apa yang
aku rindukan, sesuatu yang orang lain tidak akan mengerti.

Inilah esensiku Mir"

"Ih.. Keluar taringnya, Nirmala yang cantik ternyata bisa lebih galak
dari Salma ya!" tawa Mirna setengah tertahan, jelas itu ledek. Sedikit
salju yang turun diluar membawa dingin namun sama sekali tidak bisa
memberikan warna indahnya kecuali terasa tetap menyudutkan Nirmala,
terasa mencibir atas pembelaan diri Nirmala, pembenaran yang telah
disusun dan telah keluar dari bibirnya yang lembut.

2.11.2014

Mirna

"Kau bukan menyukainya tapi kau merindukan dirimu sendiri ketika masih
belia, kau merindu orang-orang disekitarmu waktu dulu atau mungkin kau
merindu kehidupan di negerimu sendiri. Bukan Angga.
Angga hanya presentasi dari apa yang telah hilang dari dirimu" ujar
Mirna dengan keras.
Mirna sudah tidak bisa lagi mendengar sahabatnya makin terpuruk
gara-gara laki-laki yang tak pernah jelas.
Nirmala mengerinyit dahi, terkejut mendengar nada tinggi Mirna.
Nirmala tak bisa membaca penyebab emosi Mirna yang tiba-tiba berubah.

"Nah.., kok jadi tinggi nadanya"
"Bukan begitu Mala, cobalah berpikir!"

Suka

"Dulu aku menyangka tak mungkin ada orang yang mau menyakiti dirinya
sendiri, tapi semua sangkaku itu salah.
Kehidupan nyata begitu rumit bahkan mungkin terasa aneh bagiku. Aku
masih bertanya mengapa banyak orang memilih menghancurkan diri sendiri
dan kelihatanya mereka suka melakukan itu, mereka suka rasa sakit yang
mereka ciptakan sendiri" ujar Angga.
Angga mengucap apa yang dia sendiri sebenarnya telah lakukan.
Angga bukan orang yang cerdas tapi dia berupaya menyampaikan apa yang
dia ketahui dan juga rasakan.
"Aku sudah tidak bisa berpikir lagi, yang aku tahu hanya Nirmala
selalu hadir kemanapun aku melangkah"
Jauh jarak perbedaan tak lagi bisa menyadarkan Angga. Nirmala memiliki
banyak hal yang tidak banyak orang miliki, Nirmala potret impian dari
orang-orang yang memiliki mimpi, jauh melebihi apa yang kebanyakan
orang harapkan.

Angga tak lagi memiliki logika.

2.10.2014

Nirmala

Nirmala tahu jika orang-orang disekitar Angga selalu resek. Nirmala
membisikkan kalimat suci demi menyentuh bagian terdalam perasaan
Angga, sebagai cara berkomunikasi, demi menjaga hubungan yang makin
terasa janggal, bukan sedang memerlukan asumsi.
Salma di mata Nirmala tak lebih dari ahli sihir yang menjadikan alam
sebagai laboratorium, jauh dari sosok yang bisa memahami kesucian
ayat. Orang-orang disekitar Angga hanya garis kiri yang lebih dekat
pada atheis. Suka membalik ayat demi menghalalkan apa yang mereka
sedang lakukan.

Nirmala merindu pada Angga. Nirmala sangat suka ketika dirinya menjadi
sosok yang diperlukan, sosok yang diperjuangkan, suka ketika Angga
menjadi gila demi mengejar dirinya. Nirmala rindu cara Angga mencintai
dirinya.

Nirmala termenung, sekarang ada perasaan takut kehilangan, sedang dia
tahu rasa tak mungkin bisa memiliki Angga seutuhnya.

Batu

"..., yang dinyalakan dengan minyak dari pohon pohon yang banyak
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula disebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir menerangi, walau tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
dikehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah mengetahui segala sesuatu.

Menyisakan utara, selatan dan tengah posisi dari pohon zaitun yang
merupakan sumber energi cahaya langit dan bumi, pohon penuh berkah
yang memiliki minyak bersinar tanpa disentuh api.
Asumsi paling mungkin dari ketentuan bumi dan langit adalah terbit dan
tenggelamnya matahari atau bulan pemilik posisi timur dan barat yang
berlaku secara universal. Dan penelaahan paling dekat adalah terbit
sebagi awal dan tenggelam sebagai akhir (timur dan barat).
Pohon zaitun itu tidak berada di awal pun akhir. Kemungkinan jika kita
berdiri diposisi menghadap barat atau timur berarti pohon itu berada
di sebelah kiri atau kanan (pengganti utara pun selatan), atau justru
tepat berada di posisi kita berpijak.

Allah menuntun kepada siapa yang dikehendaki dan terakhir disebutkan
bahwa Allah membuat perumpamaan.

Ada sedikit terbersit jika yang dimaksud CAHAYA adalah ilmu
pengetahuan, bukan cahya sebagai cahaya karena ada penyebutan
PERUMPAMAAN dibagian akhir.
Dengan asumsi bahwa ilmu pengetahuan adalah pemberi terang dalam
kehidupan" Salma diam memberi kesempatan lawan bicara untuk meraba
kemungkinan yang lain.

"Kau bukanlah manja, aku sadar kau memerlukan orang lain untuk bisa
mengaktifkan gairah kreatifmu.
Jika aku ambil dari ayat itu maka kau telah mengejar pengetahuan
(cahaya) mulai dari awal dan kini kau telah sampai pada akhir namun
kau sama sekali merasa tak pernah bisa menyentuh sumber pengetahuan
itu, dan tak akan pernah, karena lubang pengetahuan itu tak tembus.
Kau telah habis jalan dengan logika cerdas. Kau memerlukan kecerdasan
selain logika tapi kecerdasan itu bisa membawamu kearah lebih terang.

Namun sungguh Allah akan menuntun kepada pengetahuan-Nya (cahaya-Nya)
bagi siapa yang dikehendaki, maka jika kau benar dituntun-Nya tentu
kau akan mengetahui walau tanpa pernah belajar sebelumnya, kau akan
tiba-tiba tahu, mengetahui sesuatu dengan jelas.
Cobalah meletakkan pengetahuan yang kau dapat mulai dari awal sampai
akhir itu. Pohon zaitun justru berada di posisi yang tak kau
perhitungkan, kiri atau mungkin kanan, itu berarti sesuatu yang tak
kau jadikan kiblat (bukan lagi pengetahuan yang umum yang bisa kau
dapat secara akademis), kau akan mengurai sendiri apa itu pengetahuan
yang tak pernah orang lain percaya, namun pengetahuan itu nyata akan
memberi terang.
Langit dan bumi benar-benar memiliki cahaya yang tak akan padam walau
kau ambil cahayanya.
Sebut saja batu sebagai komponen bumi, jika kau tidak memaksakan apa
yang telah kau pelajari di akademi, kau membuang teori yang kau dapat
(tidak di timur pun di barat) lalu kau menjadi kosong dengan batu
ditangan, maka aku yakin batu yang menyimpan cahaya / pengetahuan itu
akan menceritakan siapa dirinya kepadamu, apa yang menjadi kandungan
pun ciri lebih spesifik yang dimiliki dan apa berkah yang dimiliki dan
bla bla bla.
Batu itu tak akan pernah kehilangan cahayanya namun batu itu telah
memberi terang atas kamu, jika mungkin kau akan mendapat lapis demi
lapis cahya-Nya, cahaya dari minyak zaitun yang tak tersentuh api.
Bumi dan langit yang luas, di teliti pun tidak diteliti tetap akan
memberi pengetahuan, menyala tanpa disentuh api, maka Tuhan telah
mengisyaratkan atas keduanya cahaya pemberi terang" Salma menarik
nafas.
Dia sadar jika lawan bicaranya sedang buntu dan mencari potensi yang
bisa dijadikan simbul atas apa yang telah jauh-jauh dikejar. Sesuatu
yang bisa dijadikan lompatan dari kondisi yang dianggapnya statis.
Salma sangat tahu jika lawan bicaranya bukanlah orang yang manja.

2.09.2014

Salma

Hujan sangat lebat tapi hawa terasa gerah. Angga tak bisa membuang apa
yang ada di kepala, gerah.
Gerah karena setengah ingatannya terisi keraguan, dulu dia mendengar
jika tanda orang yang beriman diantaranya akan tergetar hatinya ketika
mendengar seseorang membaca ayat suci. Namun Angga justru merasa
kalut setelah mendengar ayat suci, yang telah didengar justru terasa
berputar-putar di kepala, malah menghantui.

"Kitab sebenarnya diturunkan Tuhan sebagai tuntunan manusia, bukan
sebagai sesuatu yang menghukum dengan segala sakralnya, tuntunan
berarti bimbingan, bimbingan untuk berprilaku. Seharusnya kitab
berfungsi sebagai manfaat yang menyingkap rahasia kehidupan dan itu
berarti kitab untuk digunakan, bukan untuk menggetarkan hati atau
sekedar menyejukkan atau malah menjadikan ketakutan berlebih.
Cobalah berpikir jernih!
Karena manusia diberi keistimewaan untuk mampu berpikir" ujar Salma.
"Coba kita urai kalimat yang menjadi firman Tuhan itu satu-persatu.

Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang
didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara....

Allah (pemberi) cahaya (kepada)...
Merupakan hal yang mutlak dan tak bisa diganggu gugat.
...Langit dan Bumi.
Mengapa tidak kepada manusia atau langit dan bumi beserta yang ada diantaranya?
Asumsi yang paling mungkin yaitu hanya langit dan bumi saja yang
memiliki cahaya, cahaya yang telah diberikan oleh Tuhan, dan sudah
pasti cahaya itu mampu memberi peneragan kepada selain langit dan
bumi.
Cahaya itu tidak ada diberikan kepada manusia supaya manusia berlaku
sebagai penikmat atas istimewanya langit dan bumi yang memiliki
cahaya. Dengan bercahaya langit dan bumi dan tidaknya pada manusia
justru manusia yang diuntungkan, dengan tidaknya manusia memiliki
cahaya justru manusialah yang berhak memanfaatkan cahaya yang dimiliki
langit dan bumi, dengan alasan, dari ayat yang lain disebutkan bahwa
manusia telah diberi ketentuan sebagai khalifah/pemimpin (berhak
mengatur/mengelola segala potensi dari yang dipimpin).

Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti lubang yang tak tembus, yang
didalamnya ada pelita besar. Pelita itu ada didalam kaca (dan) kaca
itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara.

Asumsi, ayat itu menjelaskan jika ada dua ruang yang terhijab bidang
yang tak tembus cahaya, sebelah ruang memiliki cahaya, sedang ruang
yang lain cenderung lebih gelap, dengan asumsi cahaya hanya bisa
disaksikan rambatnya pada posisi yang memiliki intensitas cahaya lebih
rendah.
Manusia memiliki posisi gelap, langit dan bumi memiliki cahaya terang.
Langit dan bumi mati (tidak tumbuh kembang) sedang yang ada diantara
keduanya adalah makluk (yang tidak disebut diatas) hidup (tumbuh
kembang). Sudah jelas jika yang hiduplah menjadi subyek sedang yang
mati menjadi obyek.
Jelas jika yang mampu menjadi subyek justru posisi gelap, sedang yang
bercahaya justru menjadi obyek.
Bayangkan apa mungkin retina mata kita bisa melihat obyek ketika
retina kita bersinar, yang mungkin justru obyek yang bersinar, hingga
bisa ditangkap oleh retina mata kita.

Yang menjadi permasalahan justru ketika disebut ...Perumpamaan
cahaya-Nya adalah seperti lubang yang tak tembus,...
Aku sekedar meraba maksud dari ayat itu tentu akan masih jauh dari
esensi, tapi setidaknya aku berusaha mencoba, apa yang terasa ketika
aku memahami.
Setiap apa yang kau saksikan dan kau analisa secara logis sebenarnya
telah kau dapat cahaya itu, tapi jika kau paham kecerdasan lagika saja
sebenarnya masih jauh dari sumber cahaya itu sendiri (lubang yang tak
tembus). Setiap hal sebenarnya tak akan tembus oleh logika cerdas dan
waras semata, yang bisa kau hitung dengan angka-angka mati. Sama
sekali tak.
Pelapisanan hijab dari cahaya itu lebih menjelaskan bahwa setiap
materi langit dan bumi adalah pengetahuan yang berlapis, yang akan
sangat menerangi bagi yang mengetahui" Salma terdiam, mengambil nafas
untuk kembali menyusun energi.

2.06.2014

Bisik

Malam hampir pagi disetengah lelap, terdengar bisik kekasih melantunkan ayat.
Angga luluh mendengar lantunan lembut itu.
Nyala dupa seketika itu juga padam, ada terasa seperti sesuatu yang
salah dengan apa yang sedang dilakukan, sepertinya juga dengan jalan
hidup yang telah dilalui.

Cukup lama Angga terdiam memahami ayat yang telah didengar, Angga tak
tahu apa yang harus diperbuat, namun setengah hatinya bahagia ketika
sang kekasih bisa menampakkan senyumnya kembali.

2.05.2014

Angga

Angga terlihat sangat payah, hidup terjebak oleh pesona, kesadaran
Angga hampir habis tertumpah untuk seorang perempuan yang disebut
sebagai kekasih. Tak mampu berpaling, Angga memilih setia.

"Katakan jika ini salah, tapi aku tak mungkin berubah" ucap Angga.
Angga tidak tahu apa kekasihnya juga merasa seperti yang dia rasakan,
tapi setiap kalimat yang keluar dari bibir kekasihnya adalah pengobat
segala lelah.

2.04.2014

Ujar Salma

Terlalu sering sudah Angga berpikir untuk mencari ganti, dia merasa
jika ketidak pastian itu seperti ingin membunuhnya dengan perlahan,
tapi Angga tak pernah bisa berpaling.
Setiap kali upaya berpaling justru mempertegas bahwa Angga sangat
perlu Nirmala untuk tetap ada. Setiap keras upaya Angga hanya
mempertegas bahwa Nirmala tak mungkin terdua.
Angga sangat percaya jika pohon Washuta memang tanaman dewa yang
memberi isyarat kutukan atas sikap berani seseorang untuk mengambil
resiko.

"Bayangkan jika cinta itu tak pernah tumbuh di hati dan perasaanmu.
Jika cinta itu tak pernah ada mungkin kau tak tahu kalau kau masih
memiliki hati yang bisa merasa.
Dengan cinta kau bisa merasakan hidup begitu indah, indah yang tak
seperti bayangan pikiran cerdasmu.
Indah menurut hati tak mungkin bisa kau lihat, dengar atau kau raba.
Indah yang terasa di hati dan perasaanmu sangatlah sempurna, indah
yang tak memerlukan ruang dan waktu.
Pohon itu bukan tak bisa diperlihatkan kepada garis keturunan tanah,
tapi keturunan tanah cenderung melupakan hati demi pengejaran dari apa
yang mereka pernah dilihat pun dengar. Pengejaran yang mengandalkan
logika cerdas hingga melupa adanya hati.
Sedang garis keturunan cahaya sangat percaya jika dunia adalah
perhiasan palsu, tentu mereka cenderung mengimani mata hati.
Pohon Washuta hanya bisa dilihat dengan mata hati, dan kau cenderung
mengunakan hati dalam berkehidupan bukan kecerdasan logika yang
dipengaruhi panca indra.
Itulah sebabnya kau bisa melihat pohon Washuta" ujar Salma.

2.03.2014

Angga

Pohon yang memiliki batang besar dan kokoh di bagian bawah, namun sama
sekali tidak pernah memiliki daun. Pohon yang berukuran setara dengan
besar ukuran cinta kasih dari siapa yang mengetahui pohon itu.
Pohon yang hanya bisa disaksikan oleh manusia yang masih memiliki
keturunan cahaya, dan tidak akan diperlihatkan kepada garis keturunan
tanah.

Angga tak menemukan keterangan lebih detil dari pohon Washuta, pohon
yang menurut kabar memiliki pengaruh sihir asmara hingga ke urat nadi
dan itu sangat kuat. Celakanya Angga dengan tidak sengaja telah
melihat pohon asmara itu. Angga menjadi resah, seolah dia melihat
betapa dirinya tak akan bisa lari dari cinta yang benar-benar
menyeretnya pada drama tak berujung, lebih seperti kutukan.
Makin tercenung lagi Angga ketika menyadari bahwa dirinya termasuk
orang yang bisa melihat pohon itu, bukankah garis keturunan tanah
adalah manusia biasa dan manusia menurut ketentuan tak akan pernah
bisa melihat pohon itu, apa itu berarti dia bukanlah manusia
sepenuhnya.

Angin berhenti, malam terasa gerah, mungkin sebentar lagi hujan.
Lolong anjing hutan terdengar sahut-menyahut.
Angga berusaha mulai menerima kenyataan, seburuk apapun dirinya maka
itulah kenyataan dirinya. Cinta adalah permainan, harmoni kehidupan,
sedang alam memberi kesempatan kepada yang terkena api cinta itu untuk
mengolah sejauh mungkin dalam rasa, presentasi bebas.

"Nirmala..."

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...