6.06.2016

Dua sisi



Terkadang aku masih tidak mengerti  ketika memahami apa yang telah pernah nabi ajarkan.
Terkadang terdengar berusahalah seolah engkau akan hidup seribu tahun lagi dan beribadahlah seolah engkau akan mati esok pagi.
Dalam satu kalimat jelas tapi memiliki dua sasaran yang kontradiktif. Rasanya jika kalimat itu aku asumsi sebagai konsen dalam satuan waktu yang berlaku maka terasa akan berantakan apa yang akan aku lakukan, akan sulit jika dalam satu busur memiliki dua anak panah dengan arah bidik berlawan arah. Kecuali aku memiliki hidup dalam satuan waktu yang berlaku paralel.
Aku bukanlah orang yang beragama dengan baik dan benar. Aku memandang ajaran dalam kitab bukan sebagai keyakinan yang cenderung menelan pemahaman dari para kyai  dan kemudian tanpa olah logika akan aku iya-kan. Kitab bagiku berlaku sebagai pola matematis yang logis dan akan menuntun manusia berkait mekanisme rumit kehidupan.
Aku rasa kita sangat tahu jika bayak lagi kalimat dari ajaran yang terasa kontradiktif. Misal, nasib suatu kaum tidak akan berubah sampai kaum itu sendiri merubahnya dan di sisi lain menyatakan manusia tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.
Mana yang benar, tuhan atau kita yang bisa merubah nasib.
Analogi yang sering aku sampaikan tentang langkah kaki atau tangan yang melambai barangkali lebih tepat daripada analogi busur yang memiliki dua anak panah.
Kiri-kanan, kiri kanan-ketika kita melangkah, kemudian  kerja-ibadah, kerja-ibadah begitulah seharusnya menggunakan waktu.
Aku adalah satu yang memiliki kiri-kanan, baik-buruk ketika menjalani waktu yang berlaku seri dan bukan paralel. Tidaklah akan aku berjalan dengan kanan-kanan- kanan untuk sampai ketujuan. Logika-perasaan, logika- perasaan terus, terus... sampai jauh kita berjalan menyusur waktu dengan satuan ukur pendewasaan sebagai bukti seseorang telah melangkah dengan baik menggunakan logika dan perasaannya.
Baik buruk hanyalah penyebutan sifat yang digeneralisasikan  oleh individu lain selain dari pelaku itu sendiri. Pun yang sebenarnya baik dan buruk bukanlah hasil. Hasil tetap hasil sedang baik buruk tetap sifat yang menjadi bagian dari sesuatu yang diantaranya hasil itu sendiri tergantung dari mana cara pandang.
Perjalanan menyusur waktu seharusnya mengatar kita pada posisi lebih mengerti tentang hidup yang sama sekali berbeda dengan apa yang kita pikirkan dan yakini sebagai benar atau salah. Bukan yang kita ingin atau tak ingin.

Ketika kau yang ada di titik A pun aku yang ada di titik B sepakat untuk menjadi KITA dan bukan lagi sebagai yang ada di titik A atau B maka apa yang terjadi?
Bisa seperti satu busur dengan dua anak panah yang memiliki dua bidik berlawan arah atau pilihan ke dua seperti langkah kaki kiri dan kanan untuk menuju.
Barangkali aku akan lebih sulit menjawab jika kau mengajukan pertanyaan kemana kita, untuk apa atau mungkin ada pertanyaan yang sama sekali tak aku duga.
Isi kepalaku tidak memiliki kegiatan lain selain dari memikirkanmu. Tapi aku sadar hidupmu akan terasa salah jika bersamaku

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...