2.17.2017

Luka

"Coba angkat dagumu, aku pernah lebih buruk dari apa yang kau alami. Aku tahu sulit bukan sekedar ucap, tentu sangat buruk ketika semua jalan telah buntu dan menyisakan satu-satunya harapan yang berarti hanya menyerah.
Aku tahu ucapanku tak membantu"

Matahari panas menyengat sedang ilalang menari. Tak jauh tampak burung pipit terbang melawan arah tiup angin yang menerbangkan kerinduan tentang negeri elok tempat pulang, kenang yang hanya menenggelamkan perasaan pada setiap dosa dan luka.

2.03.2017

Pri

Aku membuka dasbort dan hanya menemukan serenteng kemasan kopi instan dan dua bungkus mi goreng instan. Yang penting ada dan bisa aku berikan pada Pri.
Orang sekitar mengatakan Pri gila, mungkin karena penampilannya yang tampak tak layak. Pakaian lusuh pula celana yang sudah rusak dibagian reselting ditambah ikat pinggang tali rafia alakadarnya belum lagi topi dengan bendera kecil merah putih yang dijahit asal.
Pri tinggal di gubuk kecil di tengah tanah kosong miliknya dengan ukuran sekitar 4 hektar. Gubuk di dirikan diatas bekas pondasi rumah miliknya yang telah pernah di bakar oleh orang.

Pri bukanlah gila, setiap kali aku dengar dia berbicara apa yang diucap memiliki susunan yang terarah, tak sekalipun lepas dari rel. Memiliki alur, runut yang sesuai.
"Ada orang yang melapis sertifikat tanahku dan mau memperkarakan. Kau tahu apalah artinya aku. Barangkali mereka akan mudah untuk mengusir aku karena mereka punya banyak duit untuk mendapat kemenangan di pengadilan.
Aku dengar tanah ini telah ada yang bersedia membeli dengan harga 25 milyar. Ah..."
Sejenak Pri memandang langit dan kemudian terdiam.
Aku sodorkan rokok barangkali akan bisa membantu sedikit mencairkan rasa sedih Pri.
"Tak perlu aku mendengar dari yang manusia katakan, aku sudah tahu apa yang mereka mau dengan tanah ini.
Ada dua pilihan, aku bunuh mereka atau aku menjauh. Kau tahu taklah mereka menganggapku sedang sekarangpun mereka sudah menyebutku orang gila, bagaimana mungkin aku bisa menang di pengadilan. Mungkin sebelum aku menginjak masuk pengadilan mereka telah menangkapku terlebih dahulu untuk di serahkan pada dinas sosial"
Pri terdiam lagi dan menghisap rokok dalam-dalam.
"Kau menyimpan gejolak yang rumit. Garis di keningmu mencatat urusan hati. Cinta?
Gak perlu kau ceritakan. Aku rasa dia yang disanapun juga tak benar-benar yakin dengan apa yang ia lakukan denganmu, barangkali dia hanya perlu teman untuk meledakkan perasaan. Dia hanya perlu teman yang seimbang untuk gelisah dan ketidak tahuannya tetang hidup. Perjalanan hidup yang seharusnya telah bisa ia nikmati seperti teman-temanya yang lain.
Dia hanya berharap kau ada, sehigga dia tak merasa hampa"


Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...