12.31.2012

Bagaimana Aku Menjawab

Emosi yang mendasari ketertarikanku padanya, bukan berdasar pada
kalkulasi logis.

Akhir Tahun

"... Semua hanya kesalahan bodoh, tentu berapa kalipun mencari alasan
lebih cerdas akan selalu berakhir pada hal yang sama"

Satu hal yang aku tahu, cinta penuh dengan hal yang mengejutkan tapi
aku tak heran ketika jadi membingungkan bahkan menyesatkan akal
sekalipun.

12.23.2012

Baik Biarkan

"Jika semua hal kau jadikan logis tentu semua hal itu akan selalu
memiliki alasan yang logis, walau kadang setengah kau paksakan untuk
menjadi logis.
Rip, kadang aku lebih suka jika ada sesuatu yang tidak aku mengerti
tetap menjadi ketidak mengertianku, aku biarkan tetap seperti
datangnya dan aku jaga agar tetap dalam keagungan keyakinanku. Tak
perlu alasan, karena bagiku alasan hanya berujung pada pendangkalan"
Kojin berbicara tanpa memandang lawan bicaranya.

"Rip, kau memiliki seorang kekasih yang menurutmu terindah, haruskah
itu kau logiskan?"

Urip Linglung

"sekarang aku melihatmu begitu polos, ada apa denganmu?" pertanyaan
Beng tadi malam masih lekat dalam ingatan Urip.
"...auto pilot" pun ucapan dia masih jelas di telinga Urip.

"Mungkin ketika manusia berdiri lalu berekspresi dengan sepenuh hati
maka pribadi itu akan hilang dan karya menggantikan centre of
interest, lalu menjadi rancu antara karya atau rupa pembuat karya yang
sebenarnya. Dan ketika seseorang memandegkan karya maka penikmat karya
jadi bingung, mengapa pribadi pembuat karya begitu rendah, bukankah
seharusnya pribadi akan setara dengan karya?
Karya hanya satu sisi komunikasi ekspresif dari potensi pribadi yang
kompak, potensi yang terpendam oleh tatanan sosial dan itu dimiliki
setiap pribadi, kadang tersampaikan tanpa perlu kewarasan dalam
penyampaian, sama dengan perasaan yang tak memerlukan alasan untuk
sebuah ketertarikan, dan justru menjadi rendah ketika terukur berdasar
warisnya logika sosial" ucap Urip.
Kojin hanya manggut-manggut. Kojin tentu lebih tahu apa itu karya,
Kojin hanya mendengar ucapan Urip yang tak lebih pada menutupi
kegelisahan hati yang tak mampu menyelesaikan tarian jiwa besama
kekasihnya.

12.17.2012

Persis

Benar terasa seperti merasakan hal yang sama. Ini yang ada ketika kau
dan aku telah lebur dalam satu cinta, tak ada lagi untuk saling gapai,
kehilangan kalimat rayu pun sapa yang sedikit menggoda. Hal terakhir
yang harus diterima dari peluang, kesempatan dan resiko.

Resiko, tinggal satu hal yang masih menguatkan rasa rindu dan sangat
besar resiko jika kita satukan jua. Bentang ruang.

Bukan kasih, aku merindu bukan dengan logika motifasi entrepreneur,
resiko bagiku justru awal pertanyaan seberapa besar keinginan merajut.
Benar aku sedang kehilangan kalimat, tapi rinduku tak. Kau tahu itu,
seperti aku mengetahuimu.

12.14.2012

Hari Hujan

"Bukan, bukan aku mengabaikanmu Rip, tapi yang aku tahu hanya peluang,
kesempatan dan resiko. Aku hanya tahu pasar, mana segmen-segmen
potensial atau jenis produk yang laku jual"

Hujan masih belum juga reda, maklum, karena ini bulan Desember. Aku
terdiam mendengar ucapan Beng, kalimat itu sekaligus memangkas
kesahku.
Aku kini mati kutu dan hanya bisa menghela nafas.

"Kasih... Sejauh mana permainan ini menghancurkanku. Yang aku tahu
hanyalah aku yang merindu"

12.10.2012

Ya Aku Rindu

Yang aku tahu ketika aku mencoba meniadakanmu hanya menyisakan wajah
yang telah erat didalam otak dan sumsum, telah mengakar dalam ingatan.
Ada yang benar-benar nyata.
Jangan kau bilang "laki-laki dan perempuan tak biasa berteman", karena
setahuku kalimat itu hanya diucap oleh seorang kekasih yang mencoba
ingkar atau dari bibir orang ketiga, andai aku balik kalimat
"laki-laki dan perempuan bisa menjadi kekasih" tentu itu akan terucap
dari seorang teman yang menginginkan peluang dari temannya untuk
menjadi kekasih atau dari ucapan oleh orang ketiga. Dan setahuku kita
tidak melibatkan orang ketiga, kecuali kita tak pernah tahu harus
seperti apa layaknya kekasih.

Terlalu rumit, ya seperti kau sebut inilah hidup yang telah benar
memaksakan tarian.
Sebagian kecil dan terlalu kecil dari yang terlihat, dari ritual yang
menghukum kecerdasan.

12.06.2012

Tentu Kau Indah

Aku hanya bisa melihatnya yang sedang bercermin, tapi bukan untuk
menyisir rambutnya melainkan lebih pada berbicara dengan bayangan yang
ada didalamnya.
"Why ?" ucapnya lirih.

Dan aku sekarang tak bisa berkalimat lagi, pun tanpa bisa
menghilangkan hasrat untuk menatap dia di setiap kesempatan.
"Mengapa ya?"

12.04.2012

Dia

Dan dia sedang melakukan, bukan sekedar ingin.
Atau dia ingin menyatakan dirinya, sedang yang aku tahu kalimat tak
cukup untuk mewakili dirinya, bahkan dia juga sadar dirinya lebih dari
yang terlihat.

Berkunjung Pada Abah Wahab

Bukan saat yang senggang, namun sore itu aku sempatkan untuk berkunjung.

"jika ingin maka kamu ingin menjadi seperti apa lagi? Apakah kamu
menolak adanya dirimu sendiri?
Itulah adanya kamu, ingin hanya wujud kurang syukur terhadap
keberadaanmu" ujar beliau.
"Apakah jika saya ingin lebih baik juga tidak usah?" tanyaku ragu.
"Ya, tepat. Jangan pernah. Aku tidak pernah mempercayai keinginanku
sendiri, tapi aku percaya apa yang aku lakukan saat ini akan berdampak
di kemudian hari.
Apa yang bisa kau lakukan terhadap yang ada sekarang, bukan kau
inginkan yang tidak ada sekarang.
Aku tahu mustahil manusia tanpa keinginan, tapi aku lebih percaya pada
orang yang mengedepankan perbuatan daripada keinginan" ujar beliau.

12.01.2012

Senyum

Baru sekali ini aku melihat senyum cerah dan terasa ringan dari bibir
lembutnya, tak untuk diartikan, jelas tanpa beban rumit kaum dewasa.

Ya, yesterday has gone.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...