9.29.2014

Mulai Gelap

"Apa setiap yang jatuh cinta selalu bodoh?" tanya Rian.
Laya hanya mengangkat alis, sambil menarik nafas panjang, tak segera menjawab.
"Nanti kau akan mengalami sendiri, seperti mabuk kepayang rasanya.
Kau tahu namanya kepayang?" tanya Laya.
Rian hanya menggeleng dan tak ingin tahu apa itu kepayang. Rian hanya ingin tahu kelanjutan cerita orang yang kasmaran.
"Kepayang itu kluwak muda, itu... yang kulitnya keras, dalamnya berisi seperti pasta warna hitam, biasa digunakan untuk memasak rawon.
Wah....,jadi lapar deh" tawa ketiganyapun pecah.
Hari mulai gelap, namun perjalan belum lagi sampai, tapi rasanya sudah tak jauh lagi.

"Hati sangat unik, jauh sekali dari logika, aku tak bisa mengambarkan seperti apa perasaan ketika sedang jatuh cinta.
Kau akan tersakiti tapi sakit itu yang membuat hati terasa ada memberi sesuatu yang tak pernah ada kau rasakan  sebelumnya. Kau membici tapi kau juga sangat ingin ada didekatnya selalu. Kau tak mau tapi matamu tak ingin lepas memandang. Ah... kau tak akan bisa mencari pengganti walau nyata didepanmu ada yang jauh lebih baik.
Seperti terkena teluh, tak akan bisa lari walau kau menyesal bertemu dengannya.
Barangkali itu yang dikatakan terlihat bodoh.
Mungkin hadiah terindah dalam hidup ketika manusia diberi kesempatan untuk jatuh cinta.
Mungkin" Laya tersenyum memberi kesempatan Rian untuk tahu jiwanya yang mekar ketika  mengenang hubungan dengan kekasih.


9.28.2014

Laya

"Kau percaya dengan apa yang kau pikirkan, itu sangat bertolak belakang dengan Urip. Urip sering mengatakan padaku bahwa apa yang ada dipikiran tidak bisa dipercaya" ujar Rian yang terlihat bodoh.
"Kaum salafi, memang seperti itu mereka. Benar, Urip memang memegang prinsip terbalik dari logika cerdas, Urip juga pernah mengajukan teori yang seolah benar tapi aku meragukan itu semua jika dibentur dengan peradaban modern" sambung Laya sambil mengikat rambutnya yang terurai sedang kerudung warna merah hati yang di pundak menari tertiup angin.
"Mana rumah guru Wahab?" ujar Laya tak sabar.
Perahu kayu kecil terus melaju didorong masin tempel 5 pk, sedang kabut asap terasa sangat mengurangi jarak pandang sore itu.
Sudah hampir tenggelam matahari di ujung barat namun sungai Barito masih terasa sibuk seolah sangat ingin menyempatkan hari untuk segala kepentingan.
"Urip otaknya terganggu" suara keras Andika memastikan Laya bisa mendengar apa yang di ucapkan.
"Dia menggunakan hati dan perasaan untuk bertahan hidup, bukan terganggu" timpal Laya walau setengah dari perasaannya membenarkan apa yang Andika nyatakan.
Laya tahu sekali kelemahan urip tapi Laya mencoba menjadi cover bagi Urip.

Tak sering cinta itu hadir dalam kehidupan manusia, tak mudah membuat hati untuk sepakat dalam kompromi. Kadang terandai apakah bisa ada cinta seindah seperti tergambar dalam bayangan yang bisa diatur-atur oleh logika.
Laya menghela nafas mengingat betapa bodohnya Urip.

9.19.2014

Ah

"Sejak eksis maka esensi awal kehidupan manusia malah resiko, lalu lahir konflik sebagai konskwensi tumbuh kembang. Koflik yang mendorong hidup mengambil peluang dari luasnya kehidupan dalam bentuk kemungkinan" ujar Andika.
"Kau terlalu cerdas, aku ga' ngerti apa yang kau ucapkan" sambung Rian.
Angin berhembus menghibur keduanya dari terik matahari, sedang burung-burung camar terlihat dalam kelompok terbang sibuk dengan ritual penangkapan ikan.

"Ah..., seperti matematika, kau boleh mengatakan menjengkelkan, sulit, atau apasaja. Bagiku matematika adalah seni. Bagaimana tidak, ketika kau mendapat pemecahan yang stabil maka kau benar mendapati ketepan yang secantik kristal, tersa bening dan wow sempurna.
Tak ubah dengan kehidupan. Semua kerumitan bagiku bentuk seni"

9.18.2014

Balasku

Aku baik-baik, tapi aku rasa tidak akan lebih baik sebelum bisa
memastikan bahwa seorang sahabat telah jauh lebih baik.
Bukankah kita telah sepakat bermain di ruang hati. Bukankah esensi
bahagia adalah berbagi.
Tunjukan dimana bahagiaku itu ketika aku tahu kau belum bahagia.
Masing-masing dari hati kita telah lama saling tahu seberapa gelisah
itu ada, haruskah aku mendusta perasaan itu sedang semua jelas terasa.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...