2.25.2016

Saling

"...Akademis sangat perlu. bayangkan jika seseorang tak mengerti baca
tulis atau berapa angka kematian bayi jika tak tertangani secara medis
atau mungkin kau yang bersinggungan langsung dengan pasar rakyat apa
lantas tidak berguna pemilihan segment untuk melepas produk, belum
lagi soal managemen. Apa cukup asal tanpa bidik, tanpa kelola.
Setidaknya mereka yang telah menempuh akademi memiliki alasan yang
cukup dari sukses yang mereka dapat, pula mereka memiliki prediksi
yang memadai sebelum kemungkinan ada kemerosotan dan penanganannya.
Nah, jika non akademis mereka mendapat keberhasilan dengan kebetulan
dan tak tahu kapan kemerosotan dia dapat. Lalu mereka menyerahkan
setiap kegagalan pada Tuhan, dia lupa jika Tuhan telah menjadikan
manusia sebagai kalifah yang berarti pemimpin dimuka bumi. Bukankah
pemimpin seharusnya mampu menyelesaikan masalah dan bukan malah
mengembalikan masalah pada Tuhan yang telah memberi kepercayaan atas
akal yang telah di berikan pada manusia itu" ujar Dimah.
"Betul lol lol lol ...seeratus persen" timpal Kojin dengan muka konyol.
Urip hanya diam dan menghisap rokoknya dalam-dalam. Urip tahu keduanya
datang untuk tujuan lain dan bukan untuk memberi kuliah. sesaat
ketiganya terdiam saling tunggu. Dimah melirik kearah Kojin berharap
Kojin memulai pembicaraan kearah topik yang mereka berdua telah
rencanakan tapi kelihatanya Kojin juga menunggu Dimah.

Tapi Urip mulai meraba jika keduanya akan menariknya lagi kepersoalan
Tanah dalam. Urip melepas nafas berat teringat keruatan yang sulit
diurai. Berat rasanya memasuki lagi dunia yang tak tentu arah.

2.14.2016

Ledek Dimah



“Jika seseorang yang disebut kekasih tak ada maka sungguh diharap untuk ada, pun ketika kekasih itu ada maka kekasih itu malah sangat membosankan.  Apakah itu kurang cukup untuk membuktikan bahwa seseorang memang tak pernah bisa mencintai orang lain dan hanya bisa mencintai imajinasinya sendiri.
Lalu apa yang sebenarnya seseorang cari, bukankah ia mencari kemauannya sendiri, pula bagaimana mungkin mencari sesuatu yang hanya ada didalam imajinasinya sendiri.
Imajinasi untuk awal, sebelum sesuatu menjadi bentuk. Imajinasi menyusun bentuk di dunia maya yang menuntut bentuk untuk di cipta pada dunia nyata.
Sekarang kau bisa menentukan, kau bisa mncipta robot yang bisa kau program seperti apa yang kau mau atau kau adaptasi dengan dengan yang lain dan itu berarti menerima seseorang yang bukan kau cinta”
“Wah... , caramu bicara sudah kaya datu”  ejek Dimah.
Kojin tertawa menertawai dirinya sendiri menderangar ledek Dimah. Pun tawa Dimah menyusul.

2.12.2016

Hati



"Sakiti aku dengan tanganmu. Hanya itu yang Kemala mau, tak lebih. Mungkin Kemala tak pernah mencintai Arya tapi dengan melihat Arya Kemala menemukan rasa sakit di hati.  Arya menjadi cermin bagi Kemala, bertemu Arya sekedar untuk mendapat gambar lebih rinci atau seperti mendapat protetipe dari hati Kemala sendiri. Bertemu Arya akan berarti mendapat gabaran seberapa tak memungkinkannya hati bisa dimengerti akal.
Itu berarti seseorang  tidak pernah bisa mencintai orang lain, tapi seseorang itu justru mencintai imajinasi yang ia bangun dengan menggunakan elemen yang diambil dari hatinya sendiri. Seseorang kelihatannya malah suka isi kepalanya memberi gambaran tersendiri tentang syurga seperti yang seharusnya ia mau" ujar Kojin

Dini Hari



Dini hari jam 01:35 Urip baru memasuki kecamatan Jorong dan masih 2 jam lagi baru bisa sampai di kota Banjarmasin. Urip mengurangi kecepatan bermaksud singgah di warung pinggir jalan untuk mencari minuman hangat karena rasa kantuk mulai terasa mengganggu keamanan.

Meninggalkan Urip.
Ada banyak hal yang masih sulit dimengerti dari pertemuannya dengan Dewi membuat Dimah susah tidur. Dimah bangkit lalu menuju keluar rumah.
“Mana Datu, kok sendiri?”
“Eh Dim, terjaga ya?”
“Gak dijawab malah ganti nanya lagi”
Kojin mengambil rokok yang ada disebelahnya untuk memberi tempat duduk Dimah. Benar Dimah mengambil duduk disebelah Kojin, tapi Dimah tak tahu lagi harus apa. keduanya terdiam  untuk beberapa saat mencari-cari apa yang bisa mereka bicarakan.
“Mengapalah Kemala masih belum bisa melepas Arya dari ingatannya, apa sih istimewanya Arya” tanya Kojin.
Dimah tak segera menjawab, dia malah memasukkan kayu pada bara yang masih menyala dengan sedikit api. Otak Dimah masih penuh dengan pertanyaan tentang kemunculan Dewi tiga hari yang lalu dan belum siap atas pertanyaan Kojin.
“Menurutmu?” jawab Dimah mengembalikan pertanyaan Kojin.
Kojin mengambil sebatang rokok lalu menyalakan dengan menggunakan ranting kecil yang diambil dari api didepannya. Kojin ragu menyampaikan asumsi yang dimiliki. Toh pertanyaan yang diajukan sekedar basa-basi untuk mencairkan suasana yang tak kunjung bisa nyaman.
“Tak juga istimewa si Arya menurutku ” ujar Kojin lagi.
Dimah menghela nafas mengambil apa yang ada didalam benak.
“Mungkin, tapi menurutku tidak sesederhana itu cinta bisa terbentuk di hati perempuan, apalagi Kemala bukan perempuan kampung, dia rumit. Barangkali Kemala sudah jengah dengan kehidupan modern yang memberi banyak tuntutan, di tempat dia menjalani hidup tak banyak orang yang sedia berbagi dengan menggunakan hati .
Dikesehariannya Kemala selalu berbagi ruang dengan orang-orang yang memiliki logika cerdas juga memiliki keteraturan jadwal, orang-orang yang bekerja dengan mengedepankan profisionalisme sudah pasti akan mengabaikan hati dan perasaan.
Celaka berawal ketika dia meladeni si Arya yang bodoh, orang yang tak bisa berkomunikasi setara dengan pola pikirnya, mungkin waktu itu Arya disetiap kali berbicara hanya bisa mengandalkan perasaan dan sudah pasti ketika dia menyampaikan tak pernah ada kejelasan konsep akademik, tentu itu hanya jadi bahan tertawaan. Celakanya pula Kemala terhibur dengan setiap penyampain konyol  dari Arya. Kemala terbiasa menikmati obrolan aneh yang hanya satu-satunya dia bisa temui. Kemala tidak sama sekali sadar jika Arya pula orang yang menggunakan perasaan ketika berbagi ruang dan waktu dengannya.
Sedang Kemala sudah terlalu letih, dia ingin tempat bersandar, dia ingin ada tempat untuk hati dan perasaan. Celakanya hanya ketika bersama dengan Arya dia bisa menemukan hati. Kemala tersentuh.
Arya yang aneh, seaneh hati yang tak pernah logis”

2.10.2016

Sebentar Lagi Malam

"La yo ndak seperti itu to Rip, itu kan menurut  kamu. Nah... kalau aku menggunakan penerawangan malah perempuan itu ndak akan gelisah kalau kamu ndak memainkan hati dan perasaannya, begitu Rip.
Memang perempuan kaya itu. Kau ada salah, kau pergi makin salah. Dia benci kamu karena kamu menyakitkan tapi hanya kamu yang bisa menjadi obat untuk sakitnya. Binggung to kamu.
Kalau menurut paham kejawen dari leluhurku yang ada di jawa sana maka apa yang ada dipikiran merupakan doa, pikiran merupakan doa diam yang sangat tajam. Itu artinya kalau sebuah hubungan yang dianggap sebagai keisengan untuk mengisi kekosongan hati kemudian secara tidak sadar selalu ada dalam pikiran maka itu akan menjadi doa, nah celaka to jadinya.
Rip.., Urip. Jangan bermain dengan pemikiranmu sebab pemikiran yang menjadi awal dari perwujudan, hati-hati.."
Urip terdiam membenarkan ucapan Kang Didik, tahu jika ada kesalahan dengan apa yang telah pernah ia lakukan.
"Kemana lagi akan mengantar setelah dari sini"
"Sudah habis. Mungkin akan langsung pulang" jawab Urip
"Langsung menuju Banjar?.. Jam berapa sampai sana?"
"Biasanya dini hari, berkisar jam dua"
"Mbok uwis.., nginep saja disini, apa kau kejar. Wong ada kamar kosong disini"
Langit mulai gelap oleh awan, dari kejauhan terdengar gemuruh sesaat setelah kilat di sela awan hitam, mungkin sebentar lagi hujan lebat. Kang Didik mempersilahkan Urip untuk meminum kopi yang masih panas  sambil meminta ijin beranjak untuk menutup tokonya karena sebentar lagi malam.
Urip masih ragu akan tawaran menginap mengingat dia harus berkejar dengan waktu untuk memenuhi target. Tagihan dari Bank tinggal 3 hari lagi sudah jatuh tempo, rasanya tak mungkin dia bisa sedikit lebih santai. Terbersit dipikirannya, dia telah terjebak pada pola hidup yang sebenarnya dia tak pernah ingini, tapi itulah nyatanya.
"Sudahlah Rip. Aku dulu juga sepertimu yang ndak mengingat waktu. Masing-masing sudah punya jatah, kalau memang belum ya belum kalau sudah waktunya ya ndak akan kemana. Rejeki, jodoh, mati sudah ada kontraknya, ndak kemana. La malah kamu membawa catatannya sudah mulai dari alam lauful mahfudz dulu. Ndak akan bisa kamu cari sebab itu ada pada dirimu sendiri, bagaimana mencari wong itu ada di dirimu sendiri. Malah sesat nanti kalau kau mencarinya"
Kang Didik sangat bisa merasakan tertekannya Urip. Kang didik melihat pola hidup yang tak karuan  yang sedang dijalani Urip dan ingin meluruskan pada yang seharusnya

2.09.2016

Luka



Kecepatan hanya 50/km, tak ingin tergesa untuk sampai di desa Karang yang menjadi tujuan akhir Urip untuk menurunkan barang pesanan pelanggan. Udara masih terasa agak gerah sedang ac pendingin sudah berada di level maksimal. Perjalanan rutin yang membosankan melalui perkebun sawit milik perusahaan dari orang-orang kaya dan jika tidak itu maka galian sangat dalam dan lebar bekas dari pegerukan batu-bara. Sisanya hanya lahan-lahan kecil milik rakyat yang tak begitu luas. Negeri yang kaya bagi orang yang memaknai hidup dengan arti menumpuk kekayaan.

Di depan surau Urip berhenti, rasa penat  memaksanya untuk turun sekedar melemaskan otot karena sudah setengah hari lebih duduk di belakang kemudi.
Berteduh di bawah pohon asam menjadi pilihan yang paling nyaman apalagi angin mulai semilir menghibur membawa aroma wangi tipis kembang kopi dari perkebunan. Urip memandang  jauh ke awan di langit biru, ada yang terusik dari kesadarannya ketika wangi kembang kopi itu tercium semakin kuat, ingatan tentang tanah dalam.
Ada terlalu banyak hal dari kebersamaan dengan orang-orang yang telah ditinggalkan. Dan ketika Urip memandangi beberapa luka di tubuh, ia tersenyum, luka yang akan selalu diingat, tapi sesaat kemudian wajah Urip berubah, ia menjadi tampak pucat, jelas menggambar sebagian dosa bangkit,  luka yang dipandangi tadi kelihatannya berubah menjadi kutuk dan menghukum. Rupannya Urip lebih dalam mengingat perjalan yang telah ia lalui, ada banyak hal yang telah pernah ia lakukan hingga menyakiti orang-orang yang ia cintai. Sekarang semua kenangan menyesak, memenuhi sadar hingga terasa berat nafas Urip.  Rasa sesal yang barangkali akan abadi.  Bagaimana tidak, Urip telah membuat  orang yang di cintai menangis, Urip sadar akan kebodohannya, dia telah membiarkan orang yang dicintai menunggu.

Waktu terus mengalir menghanyutkan Urip. Sedang disetiap sepi hangat nafas dari orang yang ia cintai masih terlalu dekat dengan telinga.
Urip bersandar dan memejamkan mata dan tak tahu harus apa.

2.06.2016

DI Balkon

Malam telah tinggi tapi gerimis masih belum mau berhenti  di kota Batulicin. Di balkon atas  dari penginapan sederhana tepi kota Urip sengaja membiarkan waktu terus mengalir bersama Andi juga Uji. Walau bukan akhir pekan dan jelas pekerjaan esok hari menunggu ketiganya tampak tak hirau.

" Sebulan yang lalu salah satu dari mahasiswaku mengajukan pertanyaan yang sebenarnya hampir tak pernah aku tahu jawaban secara tepat. Dia menanyakan relefansi dari kebijakan ekonomi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah anjloknya pasar global. Pula dia tanyakan perubahan  pola yang terbentuk dari mekanisme pasar dan dampaknya terhadap ekonomi mikro yang jelas menyentuh langsung kehidupan masyarakat" Ujar Uji

Sambil menahan pedih mata dari asap rokok yang di hisap Andi berusaha mengajak Uji untuk melupa apa yang mengganggu pikiran

"Sudahlah, hampir semua sektor di negeri ini tertekan. Jika berkaitan dengan ekonomi maka para pelaku usaha yang diingat hanya hutang-piutang, tentu itu akan meninggikan tensi. Sudah jelas sekarang serba tak menentu sedang kewajiban tehadap perbankkan sudah tentu harus mereka selesaikan" ujar Uji.

Tawa Urip keras terdengar, tawa yang lebih menunjukkan pada dia  tak mau kalah, tawa yang lebih pada mengajak kedua temannya untuk menjadikan pembicaraan lebih ringan.

Benar setelah itu ketiganya bisa tertawa menertawai apa yang baru mereka bicarakan sendiri, terasa melapang.

 

Sudah hampir jam 3 tapi gerimis masih tak henti.

"Besok ada tamu dari Jakarta dan aku seharus datang ke kantor. Kabarnya  GM jakarta yang akan turun kesini dan kabarnya lagi akan diadakan perombakan menegemen. Tahun kemarin dan sampai saat inipun memang sangat berat, penjualan merosot. Itu terjadi di seluruh distributor di Indonesia. Apalagi Fort yang tak terduga hengkang dari Indonesia, sedang fort termasuk rekan pengguna produk kami yang cukup tinggi permintaanya.

Ya sudahlah, mungkin sejam lagi aku akan pulang ke Banjarmasin" ujar Andi dengan nada rendah menunjukkan sudah dia kelelahan.

"Kita tak akan pernah tahu esok bahkan kaum analis yang kesohorpun kesulitan menentukan variabel yang memungkinkan untuk dianalisa, mereka saat ini hanya bisa membuat prediksi yang masih mengambang. Aku tidak lagi menggunakan kemungkinan. Aku juga gelap, tapi percalalah setiap dari detik putaran waktu akan ada hal baru dan masing-masing dari kita siap apa tidak tetap harus berbentur dengan hal baru.

Masing-masing dari kita memiliki kecerdasan yang kita sendiri hampir tak pernah sadari, kita punya autoproteksi terhadap setiap kemungkinan buruk. Kau , aku pun yang lain sama.

Barangkali aku terlambat terhadap apa yang sekarang aku sadari, aku gagal justru karena akademis yang telah tertanam di otakku terlalu sering mengambil alih keputusan. Aku terlalu banyak pertimbangan yang justru mematikan langkahku, aku tak pernah bisa all aout. Walau aku sadar jika akademis hanya piranti pendukung dan yang seharusnya dominan kemampuan adaptasi tapi apa nyatanya, aku tetap tak bisa seperti yang aku telah pahami.

Aku tahu jika banyak dari pengusaha sukses atau mereka yang berhasil mencapai apa yang diinginkan justru bukanlah orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademis. Mereka yang berhasil justru mereka yang memiliki kesederhanaan, justru mereka yang tak memiliki kemampuan presentatif.

Kesadaranku yang terlambat. Sudahlah, esok adalah esok dan jika aku makin tenggelam biar tenggelam sedalam-dalamnya. Setidaknya aku masik memiliki auto proteksi terhadap kemungkinan buruk " Urip mengakhiri pembicaraan bersamaan dengan dia berdiri lalu membuang puntung rokok

2.05.2016

Arya



“... menurut cerita Arya bukan orang yang memiliki lingkungan untuk presentasi kecerdasan, dia hidup bersama orang-orang yang memiliki latar belakang ketertinggalan, pun dia sendiri bukan orang yang cerdas. Bagaimana mungkin dia bisa berubah menjadi memiliki kapasitas hinggga tampak berbudaya dan dengan waktu yang begitu cepat, apa mungkin secepat itu perubahan  pemikiran Arya”
Datu tersenyum tipis mengerti arah pertanyaan yang diajukan Dimah, berbeda dengan Dewi yang justru menampakkan mimik cela, seolah ingin mengatakan tahu apa kau soal Arya.

“Benar, Arya bukan orang yang memiliki kapasitas, sama sekali bukan. Tapi bayangkan jika kamu yang tampak lembut tiba-tiba di kejar anjing hutan yang ganas kira-kira apa tindakanmu, tetap berprilaku lemah lembutkah atau justru sebaliknya. Tak usah dijawab kira-kira kita sudah tahu jawabannya.
Arya sama sekali tidak berubah. Waktu itu dia memiliki kesempatan dekat dengan perempuan yang memiliki kecerdasan lebih, apa mungkin seorang laki-laki mau disebut bodoh dihadapan perempuan yang telah menarik perhatiannya. Aku kira laki-laki manapun akan berusaha membuat dirinya tampak lebih baik dihadapan perempuan yang dia suka supaya dia bisa diterima perempuan itu.
Arya tetap Arya tak sekali-kali berubah menjadi orang lain, hanya saja orang terkejut ketika Arya menggunakan cara komunikasi yang berbeda, pun aku waktu itu juga sempat terkejut. Cara komunikasi yang sebenarnya dia sendiri telah miliki tapi tak pernah sekalipun dia gunakan sebelumnya. Sama seperti kau yang bisa lari sangat cepat  ketika di kejar anjing, sedang yang sebelumnya orang lain ketahui hanya kau yang lemah lembut, orang lain tak pernah sekalipun mengetahui kau mampu berlari sangat cepat atau bahkan kau sendiri tak pernah sadar jika memiliki kemampuan itu. Bukankan sebenarnya manusia normal  tak perlu diajari sekalipun suatu ketika akan menggunakan kemampuannya untuk berlari walau kesehariannya dia selalu berjalan. Lalu ketika kamu berlari apa berarti kau berubah sehingga tidak menjadi kau lagi.
Pun Arya, dia tetap bukan orang yang cerdas tapi dari situ aku memahami  jika pada waktu itu Arya telah bersungguh terhadap perempuan yang bernama Kemala.  Arya telah pernah berdiri di sisi lain selain dari kebodohan yang telah melekat pada dirinya” datu menghentikan cerita dan tampak berusaha mengambil lagi ingatan yang dimiliki. Datu menyalakan rokok untuk lebih menata apa yang di ingat .
"Tak pula jauh beda dengan Urip yang telah meninggalkan kalian bersama dengan keributan soal Tanah Dalam pun Tanah Luar. Urip mengambil keputusan tentu memiliki alasan yang memadai. Kau, aku atau siapapun bisa tampak sangat berubah tapi jika kau menyimak ceritaku tadi sebenarnya tidak sama sekali dari kita bisa berubah. Kita hanya beralih pijak di deretan angka negatif atau sebaliknya di angka positif dan sungguh angka-angka itu adalah kita yang seutuhnya. Sama halnya kiri atau kanan. Kiri ya kiriku, kanan ya kananku, bodoh ya bodohku cerdas ya cerdasku.
Arya, Urip, kau semua dari kita pernah berurusan dengan rasa cinta. Sudah tentu cinta yang memiliki sisi tangis, tawa, sakit, berbunga yang lekat dan benar ada sehingga bisa di sebut cinta"
Ujar datu menyisakan sepi dan kejut ketika tiba-tiba suara serangga malam berhenti, sama sekali tak terdengar dan udara berubah terasa sedikit gerah sedang seharusnya hutan tak pernah henti dari keributan suara serangga juga seharusnya dingin menyelimuti.
Kojin menoleh kearah Dimah tapi alangkah kejut karena justru Dewi telah tepat di depan mata
"Dan kau tau apa yang terjadi dengan Kemala sekarang. Arya meninggalkan ingatan yang membusuk di ruang hati Kemala, menjadi duri dan sangat menggagu di setiap langkah Kemala" bisik Dewi.

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...