Sungguh tahu jika kekasih yang dipujanya menganggap lelucon terhadap
semua apa yang telah di lakukan, tapi pujaan tetap yang terindah, bagi
Angga semua bukan sekedar joke, walau setengah kesadarannya sendiri
membenarkan anggapan itu, ketika Angga berpikir layaknya orang-orang
yang waras tentu.
Merasa, Angga merasa bukan manusia cerdas yang memiliki kemampuan
adaptasi dalam interaksi sosial modern dan itu bukanlah hal yang
menyenangkan.
"Kecerdasan manusia bukanlah sekedar kemampuan logika pun analisa,
karena hidup memiliki unsur lain. Ada hati pun perasan yang menurut
Pram melibatkan empat instrumen pikir, hati, naluri, pun ego individu,
sedang bagiku melibatkan lima hal, karena perasaan juga terlibat.
Sedang hati dan perasaan memiliki arti yang berbeda.
Jika benar apa yang kita pikirkan dari setiap analisa yang telah kita
lakukan, sehingga bisa kita imani pikiran itu tentu hidup kita akan
membaik semua, hidup akan berjalan seperti apa yang kita pikirkan.
Apa yang membayangimu setiap di kesendirian, apa-apa yang terlihat
mudah diucap tapi tak pernah kau capai setidaknya itu sedikit bukti
bahwa kau bukan apa yang kau pikirkan, benar ternyata salah" ujar
tetua.
Angga terdiam, tak ingin dia bertemu dengan kekasihnya lagi. Bukan
karena suka atau tidak suka tapi Angga merasa jika kekasihnya terlalu
indah baginya hingga dia malu untuk menyentuh. Namun ada deretan
ketentuan yang memaksa perasaannya untuk tak pernah bisa
melewatkannya. Dia kekasih.
Sedang beribu doa telah dilepas. Sia-sia.
Hal yang dianggap kebanyakan orang sebagai lelucon, sedang bagi Angga
adalah keseriusan akan pemahaman hidup yang terikat dengan perjanjian
hidup, perjanjian dengan Tuhan yang hanya bisa dipahami ruh.
Sudah barang tentu akan menjadi bahan tertawaan jika tersampaikan
kepada yang lain.
Angga sadar jika dirinya terlalu konservatif di era yang serba
praktis, era digital, era anak baru lahirpun sudah mengenal fisika
plasma.
Ah... Angga. Setengah dari kesadarannya sakit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar