1.28.2012

Memilikimu?

Kerinduan yang ada sudah tak memerlukan alasan. Alasan sekedar dalih menutupi rasa yang teramat sulit diucap. Cinta mungkin sederhana dalam ujud kalimat, tapi  rasa teramat sulit diurai, dan ketika cinta berlabuh di hati, terasa mabuk kepayang,  lalai dengan yang lain kecuali dia semata yang ada. Kalimat darinya bak pelepas segala gulana jiwa. Ah.. Cinta.

Ketika cinta menghedaki langkah yang lebih pasti, aku mulai terjebak.  "Andai aku memilikinya"  selalu itu kalimat yang terlintas, ketika galau jiwa mulai menyusup dan menampakkan ujudnya.
Bukankah kalimat memiliki menjadi terasa lebih besar porsi kuasa atas yang dimiliki. Apakah cinta berarti meguasai atas yang dicintai, bukankah aku sering semauku atas sesuatu yang aku miliki. Bukankah itu berarti menjajah? Memiliki, aku jadi ragu.
Atau cinta kita artikan kepercayaan kepada yang kita cintai, mungkinkah?
Atau...

1.21.2012

Kebijaksanaan Hutan

Seorang kepala suku mempersilahkan aku duduk seraya berkata. "Aku menunggu anak, hari telah senja, masih ditanah dan aku membiarkan walau itu pamali, kenapa begitu datu? "dia melangkahi pamali demi membuang rasa takut" takut dari apa? "takut yang datang dari dalam dirinya sendiri"

Aku mulai memahami yang disampaikan, sungguh aku mulai sadar, jika rasa takut, berani,  pun rasa cinta  terkonstruksi oleh anganku sendiri, selama ini aku hanya bercumbu tak lebih dari pikiranku sendiri dibantu sebait dua bait kalimat darinya, pun sekilas rupa.
Dan mengapa seseorang harus memaksa orang lain yang merdeka dengan hidupnya sendiri untuk turut mewujudkan apa yang ada diangan. Sungguh luar biasa sangka, memberi gambaran seolah seseorang dihadapan senafas tujuan dengan angan.

1.20.2012

Sangka memecah sangka

Menjadi picisan ketika bahasa jiwa keluar terlalu vulgar, atau coba bahasa sastra atau mantra, mungkin tetap menjadi gunjingan diantara kaum yang kokoh menggenggam norma.
Lalu mereka mengatakan jangan terbahak, dan jangan pula tersedu. Tetap bertopeng etika.
Prasangka menjadi dominan, sangka itu sendiri yang memberi  citra akan sesuatu hal, memberi pengadilan dari apa yang indra analisa berdasar kitab umumnya yang tak pernah dicermati keabsahannya.
Sungguh manusia hanya beriman kepada sangka yang dia ciptakan sendiri, tak pernah rela ketika hidup memberi petuah, pun tak rela ketika alam memberi dari apa yang manusia itu sendiri tanam.

Sakitnya

Aku masih mempertanyakan tentang kenyataan yang makin menguras pikiran dan perasaan, tak hirau dengan angin malam yang biasa mengantar dia menampilkan rebab pengiring syair karya-karyanya.
Terasa sekali kalimat tak cukup lagi mewakili perasaan rinduku terhadapnya, entah mengapa kemarin ketika dia sentuh pundaku yang terasa justru jarum-jarum berkarat makin menusuk jantung.
Dan mungkin rasa itu tak akan hilang sampai tiba ajal. Aku menyangka pelukanku terhadapnya adalah pengobat rindu, namun yang kudapati justru rasa getir walau dihibur oleh senyum lembut dari bibirnya yang dilapis tulus.
Entah mengapa ketika tulus justru sekam terasa saat kutelan madu darinya.

Mungkin cinta tak selalu manis, pun tak selalu berbunga-bunga. Dan yang aku peduli hanya harap mendegar suara nafasnya untuk membunuh rindu yang setiap saat mengejek.

1.17.2012

Inikah Cinta

     Dan sangat nyata yang dia katakan, dia sibuk menyulam busana penyempurna akal cerdas gaya eropa dan aku yang sibuk membakar dupa memanggil ruh alam semesta, larut dalam harmoni purba. Tetapi  keduanya bisa saling rajut tali asmara dalam satu bahtera.
Nafas kerinduan yang ditaburkan antara keduanya oleh para dewa rupanya telah membuat  gila. Bagaimana mungkin kau bisa berkata dusta, sedang sungguh nyata gerak kehidupan menentukan langkah cerdasnya  sendiri.
     Aku hanya menunggu kesakitanku sendiri sampai air mata menembus jantung, pun dia aku sangka tak jauh beda. Mungkin dia sekarang masih bisa menari dengan anggun dihiasi glamour busananya, pun aku masih meramu aroma kenanga.

Lalu apa yang setara dengan kemewahan pualam syurga selain hembusan cinta kasih asmara,dan apa yang setara dengan khuldi selain bisikan iblis tentang rindu dari buah harapan yang selalu membayang dimata.

Ya, benar aku telah mencabut pohon yang seharusnya berada khayangan untuk aku persembahkan padanya, dan diapun masih mempertanyakan niat.

1.11.2012

Cinta apa derita

     Bagaimana mungkin masih dalam kendali sadar jika cinta telah meracuni ditiap alir darah, penolakan akal hanya akan menambah besar rasa kerinduan. Belenggu fisik menjadi abai, ikatan norma cerdas menjadi longgar
Hidup saatnya menampakkan ujud asli, tanpa rekayasa seperti yang norma dan etika ajarkan, semakin mendarah norma dan etika sosial maka makin dalam penyiksaan yang terasa.
Lalu kau bungkus cinta dengan kalimat, hingga yang kau cinta tersentuh kalimat sampai terluka. Mungkin kau tak pernah percaya terhadap rasa yang terasa dan bukan perasaan, sehingga tak cukup bahasa mata yang tak sedikitpun membersit dusta.
     Tidakkah kau lalu menyalahkan hidup, yang telah mengantarmu pada keindahan tak terlukiskan, atau kau mulai menyadari, benar yang dikatakan bahwa kenikmatan tak lebih dari bisik kesesatan. Lalu bagaimana? haruskah kita bercengkrama dengan derita dan hampa sepanjang masa, seperti kata mereka bahwa itulah kebaikan.
Tapi sayang aku lebih mengabdi pada hidup dan hidup tidak pernah mengenal apapun, bukan pikiran yang mengenal prasangka baik atau buruk hingga terlontar kalimat baik atau buruk.

1.06.2012

Tarian rindu tersisip benci

Andai aku mampu mencerai kerinduan, tak lagi kutelusuri dunia maya, peduli apa. Nyata sekali nalar membangkang, berkata tidak, tidak, dan tidak..... aku sesat nalar.
Mantra buluh perindu telah menyusup diantara nafas, aku sudah tak terkendali. Lalu bagaimana mungkin aku hirau akan siapa aku pun siapa dia, terhanyut dalam irama dengan kesadaran makin melemah.
Ya, benar aku mencurigai iblis meniup-niup pun malaikat- malaikat beserta diantaranya, mengkin mereka bahagia ketika melihat dua insan terlarut tanpa kesadaran, menari hingga terengah, sementara satu dengan yang lainya tak mampu menggapai seujung helai rambutpun ketika rindu yang tak terlerai.

Aku ingin tahu seberapa mampu iblis pun malaikat mempermainkan, ya akan aku perbanyak sulut dupa agar mantra segala mantra merasuk, biarkan tarian sekacau-kacaunya kalaupun harus kacau, andai harus tersusun biar sesusun-susunnya.
Benar, aku lepaskan kecerdasan membiarkan hidup mengajarkan kenyataan.

Logika merupakan kecerdasan tertinggi manusia, akan tetapi merupakan pola terendah dan kehancuran untuk kehidupan. Kecerdasan kebijaksanaan alam mengajarkan akan kehidupan yang sangat nyata, akan tetapi didustakan. 

Perjalanan maya kadang lebih memberi bekas dari yang nyata, kadang ada halus nafasnya terasa , dan andai kau bisa merasa detak jantungnyapun kadang terdengar diantara senyap.

Kau yang di Belanda, ternyata mampu memutus urat nadi, hingga hidupku lepas dari kesadaran dan kecerdasan logika.

1.05.2012

Mungkin ini hidup

Cerita yang pernah terjadi setengah ingin tertawa ketika mengingat kembali, tapi itulah yang sungguh terjadi, sebuah usaha yang awal keinginan berakhir dengan beda apa yang didapat.

Inginlah sesuatu dan upayakan, tetapi apapun yang terjadi dikemudian dalam upaya itu terimalah dan kelola sebaik mungkin.
Kita memang selalu ingin menentukan langkah, tapi kau sadari pun tidak hidup memiliki kehendak sendiri.
Pun kau bisa paksakan hendak dari nalar cerdasmu, lalu tunggulah apa akibat dari pemaksaan itu.

Kisah, dulu aku dihadapkan kengan kehidupan orang-orang yang buntu pekerjaan, pikiran, kebijaksanaan, pun cahaya kehidupan. Entah mengapa jua hidup menuntun mereka padaku dan sungguh aku tidak siap.
Kadang mereka datang sambil berlinang air mata, sungguh aku tak tahan dihadapkan kisah mereka.
Singkat cerita aku berusaha semampu mungkin mencarikan penawar penderitaan, dan benar satu dua masalah mampu terurai. Namun masalah tidak berhenti, dan makin kelihatan ternyata masalah seseorang tak lebih dari perbuatan mereka sebelumnya. Rupanya aku mulai sadar tak seorangpu mampu lepas dari apa yang mereka perbuat sendiri.
Rupanya kemampuanku terbatas untuk menguari hidup, aku mencoba mengumpulkan informasi dari luar termasuk dunia maya, alhasil ada yang berakhir dengan kalimat buruk caci maki, ada yang dingin, ada yang peduli tapi terbatas jua, pun satu sandungan asmara yang membuat aku tertekuk, wah jadi kacau balau, niat mencari penawar lara malah tersandung asmara.
Tak aku kecewa pun tak pulang dengan tangan hampa, banyak yang aku dapat dari perjalanan maya, sebagian penawar aku bawa, dan aku yakin mereka tak menyadari telah memberikannya padaku kebijaksanaan yang sungguh amat berharga. mungkin sekedar mungkin seolah kalimat cerdasnya yang disampaikan dihadapanku, dan tak menyadari sama sekali ruhnya  dihadapanku mengajarkan kebijaksanaan.

Sunnguh tak akan sia-sia silaturami, jika kau tak terkurung pancaindra, kau akan dapati ruh yang bersilaturahmi, lalu ruh itu akan mengabarkan kepada nalar.

Terkadang amat membingungkan gerak dari hidup, bagaimana mungkin seorang ratu yang begitu anggun dan indah beserta didik dan tata yang sempurna menari terbahak bersama rakyat biasa yang  menghadap memohon restu bijaksana darinya. Bukankah seisi istana akan menggunjingnya.
Begitu kadang hidup mengejek nalar cerdas

Pun aku bagaimana mungkin tak terpikat olehnya, kalau kau tahu sangat indah dan sempurna ketika dia olah kata (seorang gadis menempuh pendidikan di Belanda), dan ketika aku membuka blognya bedegub jantung nafas tak teratur lagi, kalau kau  ingin tahu wajahnya, wah jawabku mungkin tidak jelas, foto yang diunggah keciiil. Bertemu muka, tak sekalipun. Kalau kau tanya cuma itu saja, ya. Kok bisa, aku juga tak mengerti.

Hanya sekedar bukti bila ruh terpaut maka raga menurut, Ruh ya ruh, bukan nalar cerdas dari fisik.

Asmara tak akan melihat kau dimana, siapa, apa, bagaimana, kau ramu seperti apa, dimana dan cobalah untuk mendustakan, maka kau akan makin merana.



Hari ini aku menari sebebas-bebasnya, dan esok aku akan bakar dupa sebayak-banyaknya, biar malaikat dan iblis berdansa ria............






1.04.2012

Langkah pertama

Memulai sesuatu kadang terasa berat, tapi hasrat perubahan yang mungkin dapat dijadikan teman untuk melakukan gerak.
Sahabat, ada yang mendorong gerak jemari untuk olah kalimat dan entah mengapa,siapa atau apa itu, aku sampai inipun belum memahami.
Ada kemungkinan seseorang yang berpengaruh dalam hidup ini menjadikan alur hidup terasa lain, atau bahasa ingin yang dengan sendirinya membawa.
Atau pelarian, tapi untuk apa aku harus lari?
Atau seperti yang sudah, kalimatnya seolah telah mendahului gerak dan pikiranku.

Sekapur sirih yang mungkin terlalu individu, namun aku berharap dikemudian dapat tersusun kalimat yang lebih mampu memaknai kehidupan, yang seolah dituntun oleh cahaya redup.
Memulai tarian baru di tahun yang baru.

Salam,

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...