“Cinta tak lebih dari sekedar kesiapan
reproduksi alami, Mita pacarmu itu secara alami mengeluarkan kimia feromon yang
membuatmu mabuk kepayang. Aku tidak menyalahkan karena kau memang ada di saat
yang masih sangat takjub mendapati sensasi kimia feromon tipis lembut yang terkeluar dan menyebar dari
tubuh Mita, kimia yang berasal dari kelenjar endokrin , aroma tak terkategori
sebagai aroma wajar, yang memikat seksual, hebohnya aroma itu bisa membuatmu limbung
dan lupa dartan hingga otak kananmu menuntut untuk selalu mendapatkan
aroma itu kembali, akibatnya otak kiri jadi sama sekali terabai. Mita adalah perempuan yang siap dibuahi secara
alami, Mita mengundang pria untuk datang membuahi, repotnya Mita maupun kau
sama-sama tidak memahami apa yang yang sebenarnya terjadi, kemudian kau asumsikan
sebagai cinta.
Jangankan kamu, Urip yang
seharusnya sudah terlalu dewasa untuk itu saja dia masih harus kehilangan akal
waras ketika mendapati perempuan yang memikatnya ”
Andika mencoba menjelaskan cinta
yang sedang melanda Rian di usianya yang masih belasan. Namun bagi Rian terlalu
naïf jika cinta sekedar diasumsikan sebagai rangsangan seksual, penyampaian
Andika dianggapnya kebohongan yang dicari-cari.
“Tapi bagaimana mungkin om.., jika
itu hanya aroma feromon mengapa Urip bisa terpikat oleh perempuan yang aku
dengar jarak jauhnya ribuan kilometer? Apa sebegitu tajam penciuman Urip”
sanggah Rian.
“Urip orangnya tak begitu pintar
dan lemah, dia hanya terhipnotis kalimat dari selembar surat yang ada di tangannya.
Dia sok tahu, padahal dia sendiri tidak memahami apa-apa yang diucapkannya. Urip
hanya sedikit lebih cerdas dari simpanse” Andika terbahak sambil menepuk
punggung Rian dengan keras hingga Rian terhuyung.
Matahari sudah diatas kepala dan
semua peralatan telah siap, drum-drum minyak telah tertutup terpal dengan rapi,
segera Andika melepas tambat jukung (perahu) miliknya dan segera menghidupkan
mesin, keduanya berencana melangsir solar dari tongkang minyak yang biasa menjadi
partner dalam menjalankan bisnis gelap penopang kesejahteraan
mereka selama ini.
"Urip orangnya gila, dia tak lebih dari faham mistik belaka, bagaimana mungkin perempuan yang cerdas terpikat olehnya, Urip hanya bercumbu dengan angan-angannya sendiri, perempuan itu tidak pernah mencintainya" dengan berteriak Andika terus mengisahkan tentang Urip, suarannya timbul tenggelam diantara kerasnya suara diesel jukung yang mereka berdua naiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar