9.11.2012

Mentahkan Teori

Hanya menyisakan arak sebagai pilihan terakhir untuk Jali dan harus
diambil peluang itu, jika dia tidak mau otaknya putus mendengar
tekanan Andika. Sedang kai Didik dan Beng hanya bungkam dibantai
Andika dengan kalimat yang makin sulit dicerna.
Rian, Kojin juga Hadi tetap pada posisi dan tak terpengaruh. Atau
mungkin tidak mau mendengar, atau justru tidak mengerti apa yang
dibicarakan. Hanya saja sayup terdengar jari mulut kojin "kau abaikan
Roh Kudus yang menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman" dan Hadi tak kalah menyambutnya "Subhanallah"

" Apa yang kau benci Dika?..., mengapa kalimatmu hanya berisi
hujat?..., aku heran..., mengapa dunia yang begitu luas justru
menjadikanmu seperti ada didalam penjara..." Jali rupanya sudah mabuk.
Beng tersenyum mendapat sokongan Jali, setidaknya cukup untuk sedikit
melemahkan kegilaan Andika yang tak terbendung. Memanfaatkan kalimat
Andika yang di putus oleh Jali, Beng segera mengambil peluang.
"Urip, pernahkah kau mengira kunci itu ada empat penggal, sedang
yang sesungguhnya lima.
Teori yang kau sampaikan bagus, tapi itu tak lebih dari kulit saja,
kau mengabaikan teori potensi energi reaktif pun yang fakum dari
massa, pun itu sebenarnya pernah disampaikan oleh Urip jua. Sedang
penggalan paling dasar justru ada ditangan perempuan yang dipuja Urip
itu. Lalu dua lainnya dimana? Berisi apa?"
Andika terkejut dan pucat mendengar, menjadi pahit ludah, senyum yang
dilempar justru lebih menunjukkan betapa Beng telah dengan mudah
mementahkan teori yang telah diusungnya itu.

Dengan patahnya Andika justru menyisakan pandangan mata saling curiga
diantara yang turun di pertemuan itu.
"kemungkinan yang dua itu ada disini, tapi setahuku bukan ada pada
kita yang ada di ruang ini..." ucap Jali yang justru menambah ruwet.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...