9.25.2012

Sore Bersama Datu Yana

Hari keduabelas Urip menjadi tamu Datu Yana, hampir semua yang
diketahui Datu Yana telah didengar Urip dengan gamblang, tak satupun
ada yang terlewatkan.
Sore menjelang senja keduanya turun ke tepi Hutan sekedar membuang
lelah pikiran.
"Aku sangat tahu akan Wahab, dia sudah lebih dari cukup untuk kau
ambil pengetahuannya. Aku semasa muda dulu bersama Wahab larut dalam
pencarian tentang kebenaran Tuhan dan nasib dari hidup manusia, tak
beda seperti apa yang sekarang ini kau cari. Rupanya Wahablah yang
lebih tanggap daripada aku untuk menyerap informasi alam yang
menyimpan rahasia itu, sayang sungguh sayang, yang didapat bukanlah
kebahagiaan seperti yang diinginkan, tapi justru kesedihan yang
mendalam, betapa tidak, karena setelah itu Wahab justru banyak
kedatangan tamu, namun orang-orang yang datang kepadanya hampir semua
tak pernah bisa diingatkan, sedang Wahab dengan jelas mengetahui nasib
yang bakal terjadi pada mereka. Hampir disetiap hari Wahab harus
kehabisan energi untuk mengabarkan kebenaran, namun yang didapat tetap
kekecewaan. Orang-orang tetap tak bisa memahami apa yang telah
disampaikan. Semua peringatan dari Wahab hanya dianggap kalimat sakti,
bukan untuk dicermati, dianggapnya kalimat itu sebagai jimat, yang
hanya pantas untuk disimpan sebagai keberuntungan. Tentu itu salah.
Dan aku sangat tahu jika Wahab bakal sedih.
Andai kau tahu, sebenarnya Wahab masih mengambil sebagian pengetahuan
nasib. Belum semua. Andai seluruh rahasia nasib itu diambil, mungkin
Wahab akan sembunyi dari kehidupan, aku rasa dia akan makin tertekan
melihat manusia yang sibuk menyusun kehancurannya sendiri. Sejak awal
manusia memang telah sia-sia dan larut dalam tipu daya"
Datu Yana mengambil nafas lalu menghempaskan dengan panjang, bersamaan
dengan kepalanya yang menengadah, melapangkan pandang, melepas tiga
perempat dari sisa yang di ketahui tentang Wahab pada langit. Datu
Yana tidak bisa menceritakan semua tentang Wahab, hanya langitlah
tempat yang lapang untuk menerima apa yang ada dalam perasaan dan
pikiran Datu Yana walau tak terucap.

Langit sore memerah, matahari makin menepi. Senja lukisan terindah karya alam.
"Urip, memiliki pengetahuan tinggi bukan berarti kebahagiaan,
melainkan mempertegas kebodohan. Sungguh sedikit yang engkau akan
ketahui, namun begitu banyak yang tidak engkau ketahui. Orang yang
sungguh-sungguh pintar adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya
terlalu bodoh" Datu Yana meninggalkan Urip sendirian duduk diatas
rumput, ditemani angin sepoi dan ilalang yang menari. Sedang burung
pipit masih sayang melewatkan sere yang sempurna.
Pelepas lelah jiwa.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...