"Aku hanya ingin membakar dupa untuk merangkul rasa luka yang
menyakitkan, lembut mencengkeram di ulu hati dan kadang seperti
membakar dada. Aku sama sekali tak ingin mengucap mantra. Hanya
membiarkan. Aku ingin tahu sejauh mana luka itu menghancurkan aku,
menyita dan memporak porandakan akal warasku, meludahlah kau
diwajahku. maka aku akan mengatakan, ya.., aku bergabung dengan iblis.
Demi kau perempuan yang telah menyusupkan rasa yang aneh pada hidupku"
ucap Urip, sedang tangan kiri memegang beberapa dupa lidi dan tangan
kanan menyalakan korek api untuk menyulut dupa itu.
Duduk bersila dengan memejamkan mata, wajah jelas mengambarkan betapa
buruk perangai Urip.
"Aku tidak menolak apapun itu, tapi jangan paksa aku"
Entah apa yang ada dalam pikiran Urip, kalimat yang diucapkan
terdengar aneh dan terasa sama sekali tidak ada berhubungan dengan
kedatangannya di hutan tempat Datu Yana Menyepi.
Datu Yana sudah masuk kedalam pondok, untuk melakukan sholat malam,
membiarkan urip mengekspresikan segala kecamuk.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar