9.19.2012

Logam Mulia Jali

"Dulu aku juga membenci banyak hal, banyak hal yang tidak sesuai
dengan kemauanku. Tapi Urip mengatakan jika banyak orang juga
membenciku ketika aku sedang mabuk. Setelah itu aku sadar, baik jika
kita membiarkan tiap orang melakukan apa yang orang mau, asal jangan
menganggu atau menyinggung orang lain" ucap Jali.
"Wau! Kalimat bijaksana Tuan Guru Jali" ledek Kojin yang menjadikan
tawa bagi Rian pun Hadi, sedang Jali tampak blingsatan, Jali tersadar
jika kali ini dia memang agak berlebihan dengan sok bijaksana.
" Jali, di KTP agamamu Islam! kau tahu tidak? Kotoran babi itu
termasuk najis berat atau disebut dengan najis mugholadhoh dan kotoran
ayam termasuk najis tingkat sedang, tapi tetap najis yang membatalkan
dari suci. Hebatnya kau tak pernah batal dari suci sedang pekerjaanmu
mengelola kotoran ayam dan segala jenis hewan, atau jangan-jangan juga
termasuk dari...kotoran...ma...manu.." ujar Hadi setengah menahan
tawa. Sedang Rian, Kojin pun Jali bingung mendapati pernyataan itu.
"Kenapa begitu Hadi?" tanya Kojin. Sedang yang ditanya justru tertawa.
"Bagaimana hendak batal dari suci? Bukankah Jali bersuci saja tidak
pernah, batal itu hanya berlaku kepada orang yang menjalani bersuci,
jika tidak pernah menjalani bersuci sejak lahir, lalu batal apanya?
Sudah batal lebih dulu, lalu batalnya orang yang batal, seperti apa
itu?"
Mereka semua melepas tawa habis-habisan, mendapati kekonyolan dialog,
mereka akhirnya saling lempar canda yang mengocok perut dan baru
berakhir setelah kehabisan bahan lelucon.
Waktu tak terasa telah setengah hari berlalu, dan Hadi meninggalkan
mereka berdua begitu mendengar kumandang adzan dari masjid yang tak
jauh letaknya. Sedang Rian telah lebih awal pulang karena punya
kewajiban sekolah.

"Jali ini desain yang aku buat" Kojin mengulurkan gulungan kertas
berisi desain bangunan yang telah digambarnya.
"Aku sebenarnya tak begitu menguasai desain bangunan, aku bukan
arsitek, tapi setidaknya sudah aku lakukan yang terbaik" keduanya
merebahkan tubuh dalam waktu hampir bersamaan, terlihat kehabisan
tenaga.

Duabelas tahun usaha Jali mengumpulkan logam mulia berupa emas, demi
mimpi untuk memiliki usaha penginapan di tepi pantai dengan jendela
besar yang menghadap laut, hingga bisa menampakkan betapa erotisnya
air laut yang sedang bercumbu dengan angin. Kini telah 1,8 kg logam
mulia itu terkumpul dari hasil usaha kotoran ternak.
"Aku tak mengira omongan Urip kau nyatakan, sedangkan Urip sendiri
sampai sekarang masih sibuk dengan pembahasan sebab akibat dari
keberhasilan, yang dia sendiri tak pernah melakukannya" Kojin tertawa
ringan setengahnya memuji Jali. Matanya dari keduanya tertuju pada
tulisan di atas papan kotor yang duabelas tahun lalu menjadi awal
inspirasi Jali untuk menyetarakan kalimat tahi yang dibenci dengan
emas yang dipuja. Tulisan diatas kayu menggunakan sepidol warna hitam,
dan Jalipun juga masih ingat ketika Urip menulis, waktu itu Jali
sedang mabuk berat karena putus asa. Kini tulisan itu agak kabur.

JANGANKAN EMAS, TAHI SEKALIPUN BISA DiJADIKAN UNTUK MENDIRIKAN HOTEL.
TINGGAL KAU !!!

"Kini semua sudah terlalu dekat, tapi sayangnya Urip masih terlalu
jauh" ucap Kojin lirih karena kehabisan suara.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...