Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan
sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu
mengetahui kondisi Beng apalagi Dimah, benaknya mengatakan bahwa dia
dalam posisi yang kurang menguntungkan atau justru sebaliknya,
barangkali malam ini akan terasa lebih panjang, atau justru bisa
berubah akan terasa terlalu cepat, karena di sebagaian wajah Urip
tegas menggambar sesuatu yang Salma sebenarnya sudah menyadari tapi
Salma telah lebih dulu percaya diri dan merasa jika ketiganya akan
mudah diatasi.
"Urip, seluruh tubuhmu mengatakan jika hidupmu hanya mengandalkan
keberanian semata tanpa perhitungan yang memadai sebelum pertaruhan,
hidup bagimu tak ubahnya pertaruhan diatas meja judi.
Disini tak pernah ada racun, pun Nungkai telah memberi bekal yang
cukup, tapi dia tidak pernah memperhitungkan isi hati dari siapa yang
dilindunginya itu, air teh yang aku sajikan hanya teh sedu menggunakan
penyertaan doa dari keinginan lubuk terdalam hati masing-masing
peminum, bukan doa seperti apa yang aku ingin.
Rupanya kau bukan sedang ingin istirahat seperti dua temanmu yang
sudah pulas" ucap Salma,
Seolah Salma benar-benar tahu siapa yang
dihadapi. Tapi sesungguhnya tidak, yang ada di setengah dari hatinya
mulai resah. Salma mulai memutar akal demi bisa menunjukan siapa dia
sebenarnya, dan tak ingin tampak rendah. Sedang sebagian dari hatinya
yang lain bertanya siapa sebenarnya Urip, bagaimana mungkin bisa tak
menunjukkan reaksi setelah hampir habis teh yang diminum, dan sebagian
dari hatinya yang tersisa mengatakan jika semua hanya kebetulan dari
keberuntungan Urip yang masih berpihak.
Kejut Salma, dia mulai menyadari betapa mata Urip telah berubah cara
memandangnya, tapi itu kesadaran yang sudah terlambat. Salma
merapatkan penutup tubuh pada bagian yang sedikit terbuka di daerah
dada. Dia berharap dengan tertidurnya Beng pun Dimah bukanlah justru
kesalahan yang fatal.
sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu
mengetahui kondisi Beng apalagi Dimah, benaknya mengatakan bahwa dia
dalam posisi yang kurang menguntungkan atau justru sebaliknya,
barangkali malam ini akan terasa lebih panjang, atau justru bisa
berubah akan terasa terlalu cepat, karena di sebagaian wajah Urip
tegas menggambar sesuatu yang Salma sebenarnya sudah menyadari tapi
Salma telah lebih dulu percaya diri dan merasa jika ketiganya akan
mudah diatasi.
"Urip, seluruh tubuhmu mengatakan jika hidupmu hanya mengandalkan
keberanian semata tanpa perhitungan yang memadai sebelum pertaruhan,
hidup bagimu tak ubahnya pertaruhan diatas meja judi.
Disini tak pernah ada racun, pun Nungkai telah memberi bekal yang
cukup, tapi dia tidak pernah memperhitungkan isi hati dari siapa yang
dilindunginya itu, air teh yang aku sajikan hanya teh sedu menggunakan
penyertaan doa dari keinginan lubuk terdalam hati masing-masing
peminum, bukan doa seperti apa yang aku ingin.
Rupanya kau bukan sedang ingin istirahat seperti dua temanmu yang
sudah pulas" ucap Salma,
Seolah Salma benar-benar tahu siapa yang
dihadapi. Tapi sesungguhnya tidak, yang ada di setengah dari hatinya
mulai resah. Salma mulai memutar akal demi bisa menunjukan siapa dia
sebenarnya, dan tak ingin tampak rendah. Sedang sebagian dari hatinya
yang lain bertanya siapa sebenarnya Urip, bagaimana mungkin bisa tak
menunjukkan reaksi setelah hampir habis teh yang diminum, dan sebagian
dari hatinya yang tersisa mengatakan jika semua hanya kebetulan dari
keberuntungan Urip yang masih berpihak.
Kejut Salma, dia mulai menyadari betapa mata Urip telah berubah cara
memandangnya, tapi itu kesadaran yang sudah terlambat. Salma
merapatkan penutup tubuh pada bagian yang sedikit terbuka di daerah
dada. Dia berharap dengan tertidurnya Beng pun Dimah bukanlah justru
kesalahan yang fatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar