9.13.2012

Yang Tersisa

Terbersit sedikit penyesalan telah mereduksi apa yang pernah Urip
sampaikan. Berharap ada kesempatan kedua, tapi tak mudah untuk
menemukan Urip. Selain Urip hampir tidak pernah membawa selular juga
terdengar kabar jika Urip masuk ke hutan menemui Datu Yana yang tak
jelas posisinya. Di hutan mana, sedang perangkat tekhnologi yang
dimiliki hanya mampu melacak sinyal. Sedang urip pergi tanpa alat
komunikasi yang memiliki sinyal.
Mentah dan Urip, dua hal yang sekarang berkuasa, sedang apapun yang
dilakukan Andika terasa hampa.

"Lima, lima, lima..., lima luka Kristus, tapi benarkah ini
berhubungan?" dalam hati Kojin, meraba kemungkinan terkait dengan lima
penggal dari kunci rahasia nasib yang tadi malam disebut-sebut Beng.
Kebuntuan yang akhirnya membawa kojin kembali pada Mahkota Mawar.
"Bunda Maria..."sebut Kojin dalam hati demi ratu dari semua devosi,
sedang matanya tertuju pada lima manik penghubung yang berujungkan
salip.

"Lima Perkara yang menjadi rukun dalam ajaran Islam, ya rukun Islam"
Hadi tidak yakin itu terkait dengan pembicaraan yang tadi malam.
"Jali... , dia benar tahu atau olkohol yang membuatnya sok tahu?"
Hadi melipat sajadah dan bangkit, sedang otaknya masih meraba-raba.
Sambil melangkah keluar dari surau Hadi berusaha melupa.
"Tombo ati iku limo sak wernane...
Moco Al-Qur'an angen-angen sak manane..
Kaping pindho sholat wengi lakonono..
Kaping..." Hadi menghentikan tembang, dan ingatannya menerawang jauh
pada seorang Kyai di tanah Jawa.

Malam yang buruk tentu akan menyisakan hal buruk, namun bagi Beng dan
Didik justru itu menjadi harapan demi jelas. Keduanya siang itu
berangkat mencari Urip. Mengandalkan insting Kai Didik juga Kemampuan
Beng melacak.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...