9.17.2012

Rian Belajar Memilih

Segerombolan laki-laki yang sibuk menampilkan kelemahan masing-masing,
walaupun mereka membungkus diri dengan kalimat yang seolah pintar dan
mengetahui.
Hanya itu yang mungkin Rian rasakan tentang Andika, Urip, Kai Didik
pun Beng. Tapi setidaknya mereka lebih disukai Rian ketika
dibandingkan dengan apa yang sedang terlihat di layar kaca. Berita
dengan menampilkan tayangan betapa brutal dan kerasnya demonstrasi
dari orang-orang yang tersinggung.
Setidaknya orang-orang tua menjengkelkan dan suka menggurui itu
sedikit lebih cerdas memilih topik perdebatan, daripada mereka yang
mudah marah ketika tersentuh agama, suku pun rasnya. Daripada golongan
yang mudah dihasut.
Setidaknya Kojin, Hadi, Urip dan semua yang ada didekat Rian melempar
kebencian yang lebih logis, bukan atas dasar keyakinan dalam beragama.
Setidaknya mereka membuat pilihan yang sedikit lebih bisa diharap
untuk memberi hasil yang enak didengar, walaupun itu sekedar omong
kosong.
Daripada mereka yang suka mengimpor masalah dan perselisihan dari luar
lalu menjadikan negri ini sebagai lahan pertempuran mereka.

Orang tua yang menjengkelkan, namun nafas mereka tetap pribumi,
kebencian satu dengan yang lain masih membawa senyum juga kesediaan
duduk bersama. Seperti semangat pribumi sebelum mengimpor budaya yang
tercampur aduk dengan agama.

Negri yang seharusnya sangatlah cukup takaran untuk pengertian kalimat
"toleransi dan menghargai" kini terlihat ngawur dan berantakan.

"Maafkan kami Ibu Pertiwi"

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...