9.04.2012

Gerutu Rian

Bukan soal baik buruk, tapi mengapa malah kegelisahan yang ada ketika
Mita memenuhi ruang hati. Bagi Rian baik itu Jali, Andika, Urip pun
Didik yang sudah kakek dan bau tanah itu tak lebih dari sekumpulan
orang gila yang selalu mengumbar khotbah dan sok tahu. Yang Rian tahu
dan rasakan hanya tak semenitpun bayangan Mita bisa beranjak dari
ingatan, terlalu banyak ingatan tentang Mita, setidaknya senyum indah
yang pernah dialamatkan padanya di sore itu atau begitu sempurnanya
tubuh Mita yang dibungkus kain warna merah solid.
Mita bagi Rian adalah tempat membubungkan mimpi tentang esok, saat
langit menjadi cerah dan semesta tersenyum menyaksikan.

"Hai!, apa yang kau pikirkan pemalas" Andika meneriaki Rian dengan
keras, membuyarkan angannya.
Semua drum sudah terisi solar dengan penuh. Mereka harus bergegas
menjauh dari tongkang jika tidak ingin berurusan dengan PolAirud yang
mungkin melihat mereka saat berpatroli, karena solar yang mereka
langsir merupakan solar bersubsidi.

Rian terlihat cekatan dan sangat trampil melakukan apa yang diminta
Andika, walau dengan hati yang setengah menyumpah.
"Kalau mereka memang orang yang pintar dan mengetahui tentu akan
menyelesaikan, bukan justru berkhotbah" keluh Rian dalam hati,
terngiang ucapan Andika juga kai Didik yang telah menceramahinya.

Terasa ada benarnya, khotbah tak lebih dari kemampuan diucapan, dan
sering lemah di pembuktian. Orang-orang yang melakukan akan sibuk
melakukan dan tak punya waktu untuk menyampaikan kecuali telah selesai
dengan apa yang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...