"Bagaimana mungkin? Ini tak lebih dari mempercayai omong kosong,
nyata Tuhan tak pernah mendengar, mungkin juga Tuhan diada-ada. Tuhan
hanya alasan untuk mereka yang menyerah dan tidak mampu" Andika
memotong diskusi yang makin mengerucut, dua jam lebih pembicaraan
mencari kebenaran yang tak pernah ada yang benarnya. Tentang ketentuan
nasib.
"Kau suatu ketika akan belajar memahami apa itu hal terakhir yang
harus dipelajari dalam hidup dan apa yang kau ukur akan diukurkan
padamu" sahut Beng.
"Apa itu berarti aku mengukur Tuhan dan ukuran itu akan diukurkan
padaku?" Andika mulai memantulkan pertanyaan yang berarti siap akan
segala kemungkinan, tapi yang jelas akan keruh, sedang Beng hanya
tersenyum tipis, mempersilahkan Andika mendiskripsi sendiri. Kai Didik
tak jauh beda dengan Jali, keduanya mengabaikan kitab ditangan yang
sedang mereka bedah, ditutup kitab, dan menyisakan rasa tertelan liur
masam.
Adu kapasitas logika dan kecermatan sepertinya akan menjadi pilihan,
ini berarti sampai akal mereka tak waras lagi.
nyata Tuhan tak pernah mendengar, mungkin juga Tuhan diada-ada. Tuhan
hanya alasan untuk mereka yang menyerah dan tidak mampu" Andika
memotong diskusi yang makin mengerucut, dua jam lebih pembicaraan
mencari kebenaran yang tak pernah ada yang benarnya. Tentang ketentuan
nasib.
"Kau suatu ketika akan belajar memahami apa itu hal terakhir yang
harus dipelajari dalam hidup dan apa yang kau ukur akan diukurkan
padamu" sahut Beng.
"Apa itu berarti aku mengukur Tuhan dan ukuran itu akan diukurkan
padaku?" Andika mulai memantulkan pertanyaan yang berarti siap akan
segala kemungkinan, tapi yang jelas akan keruh, sedang Beng hanya
tersenyum tipis, mempersilahkan Andika mendiskripsi sendiri. Kai Didik
tak jauh beda dengan Jali, keduanya mengabaikan kitab ditangan yang
sedang mereka bedah, ditutup kitab, dan menyisakan rasa tertelan liur
masam.
Adu kapasitas logika dan kecermatan sepertinya akan menjadi pilihan,
ini berarti sampai akal mereka tak waras lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar