Andika menurut kabar semasa muda sangatlah cerdas, tidak setahunpun
yang lepas dari peringkat satu nilai yang dicapai dalam pendidikannya.
Dia alumnus fakultas kependidikan kimia Sunan Ampel Surabaya, kemudian
kecermelangan otak yang dimiliki mengantarkannya ke Jerman dengan bea
siswa penuh. Setelah menyelesaikan jenjang S2 di tahun 1999 diapun
sempat bekerja disana. Namun semua yang dirintis jadi berantakan
ketika dia terlibat asmara dengan perempuan Indonesia yang juga
menyelesaikan pendidikan disana. Tapi entah, tak seorangpun mengetahui
dengan jelas kebenaran kisah itu dan Andikapun juga menutup
rapat-rapat. Yang jelas di tahun 2002 Andika kembali ke kampung
halaman di kota Banjarmasin tempat kini dia tinggal. Kabar yang
terdengar perempuan itu kini telah menikah dengan pria lain dan
memiliki seorang putra.
Hidup di lingkungan yang bukan komunitas kompeten sangat membuatnya
tertekan. Segala pengetahuan yang didapat hanya menjadi pajangan
bersama kenangan masa lalunya, walaupun dia bisa menyalurkan ilmu yang
dimiliki kepada mahasiswa ditempat dia mengajar akan tetapi Andika
tetap merasa ada yang kurang. Idealis lebih menguasai otak, namun
tidak ada rekan komunikasi yang mampu mengimbangi kegilaannya.
Kini dia sangat nekat, kenyataan ekonomi merupakan dorongan utama atas
kenekatannya. Berbisnis solar ilegal menjadi pilihan. Tak peduli itu
minyak subsidi, tetap dia setor ke perusahaan tambang batu bara atau
pabrik pengolahan sawit dengan sembunyi-sembunyi menghindari aparat.
Memang ironis, sementara dia sering menceritakan betapa lahan
perkebunan sawit hanya menyisakan kemiskinan pada penduduk di sekitar
lahan yang tanahnya telah diambil perusahaan sawit. Betapa penduduk
hanya bengong melihat alam tempat dia hidup telah dikuasai dan
dijadikan pemasok kekayaan orang-orang yang sudah sangat kelewat kaya.
Betapa lahan sawit merusak ekosistem.
Kenyataannya kini Andika justru menjadi pendukung pengrusakan kearifan
alam itu, demi mendapat kemakmuran. Andika merasa terlalu miskin
dengan gaji yang diterima. Dan bisnis ilegal menjadi pilihan.
"orang-orang kaya itu bodoh, nasib saja kebetulan berpihak" Andika
berteriak, frustasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar