5.09.2012

Tekanan Datuk


"Kau seharusnya sudah faham itu semua, Wahab pasti telah mengajarkan semua yang aku katakan kepadamu, aku sangat mengenal Wahab, seharusnya kau sudah bisa mengendalikan perasaan dan pikiranmu"
Datuk Yana menghentikan pembicaraan sesaat lalu menoleh kearah gadis yang masih berusia belasan yang baru saja duduk disebelah Datuk Yana.
Tanpa ada suara yang keluar dari bibir sang Datuk, tapi sang gadis sudah mengerti apa yang dimaksud Datuk Yana. Segera dia mendekat kearah Datuk dan membisik.
Datuk Yana mengangguk tanpa ada kalimat yang keluar, dan gadis itupun segera berlalu setelah melepaskan senyum kearah Arya, pun Arya membalas senyum.
Ada perubahan di raut tua itu.  Datuk Yana menyalakan rokok dan menghisap dalam-dalam, rupanya ada sesuatu yang penting dari bisik gadis tadi, tampak ada perubahan suasana, terlihat Datuk Yana dipaksa masuk kedalam masalah.

"Masih ada waktu, aku ingin segera kau kuasai dirimu, lupakan semua. Keinginan memang telah menjadikan kemajuan peradaban, tapi tengoklah dampak runtutan yang dihasilkan oleh keinginan yang dikuasai oleh gambaran dari pikiran peradaban, kerusakan alam adalah hasil olah ingin, yang diawalnya menjanjikan kebaikan, ternyata apa hasilnya.
Cobalah kau ambil yang terendah dari keinginan hingga menjadi perlu, bukan ingin. Dengan perlu mungkin kau akan lebih bisa mengendalikan"

Datuk Yana menghabiskan sisa teh yang tinggal sedikit lalu bangkit dari duduknya.
"Kita ke halaman, aku hendak melihat pengendalian yang kau miliki, seberapa jauh perempuan itu telah menguasai kesadaranmu" 
Aryapun segera bangkit dan mengikuti Datuk Yana tanpa pertanyaan.
Di halaman depan rumah terasa segar udara pegunungan Meratus, langit membiru, angin sore hari berhembus lembut.
- Sekarang aku bertanya, sejuk udara atau perempuan itu yang ada
* Sejuk udara yang terasa
- Pejamkan mata, lalu apa yang ada
* Dia ada dilubuk terdalam dan membayang

Hanya itu kalimat yang keluar dari keduanya, setelah itu keduanya hanya berdiri berhadapan dengan mata masing-masing terpejam, tanpa ada suara lagi, dan sesaat kemudian terasa udara lebih dingin, terasa bukan udara yang wajar, ada yang aneh dari perubahan mendadak.
Arya membuka mata melihat sekeliling akan tetapi tak terlihat perubahan apa-apa, pun Datuk masih berdiri diposisi semula dan terlihat masih memejamkan mata.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...