Tulisan dengan tajuk "Aku hanya ingin menari" sungguh-sungguh menujukkan nafas egois.
Nyata sekali aku tak menunjukkan sikap dari akar timur yang menggunakan tata krama demi untuk tidak menyakiti perasaan lawan komunikasi, dengan bersikap sesuka hati sendiri.
Atau mungkin seperti itu yang ada di benak Rahwana sang raja, ketika sang raja harus putus asa untuk menggapapai dewi Shinta, sedang keinginan memandang sang dewi masih saja berkecamuk di dada, ketika kerinduan memandang tak tertahankan.
Ketika segala keelokan yang ada diantara langit dan bumi tak lagi mampu menggantikan dengan yang bernama Shinta, mungkin akan terwajarkan kegilaan sang raja ketika bersikukuh mendapatkan sang dewi dengan apapun caranya.
Setidaknya sang raja telah mampu menunjukkan kegelisahan dihari-harinya.
Pun sang raja telah tulus bersikap, terbukti dari pengorbanannya.
Barangkali Rahwana juga tak pernah tahu alasan mengapa hingga tergila-gila, benarkah sudah tak ada lagi bidadari di negara Alengka.
Atau memang tak diperlukan alasan untuk cinta.
Mungkin gelapnya malam yang menyimpan catatan sejarah seperti apa kegelisahan Rahwana waktu itu.
Rahwana mungkin juga akan muram ketika mendengar Adele melantunkan lagu "Some One Like You"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu meng...
-
Hidup bukanlah untuk tujuan, melainkan perjalanan dari petualangan yang serba mungkin. Hingga apapun itu yang sedang terjadi memang telah ...
-
Haruskah aku berjalan terus menyusun teori konspirasi gila, membolak-balik faham konkret, hingga ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar