5.03.2012

Aku hanya ingin menari

Kering ide juga bisa menjadi ide. Ide hanya cukup dengan ada, dan jika ada tentu bisa dikelola tergantung keperluan pun kemampuan sipengelola mau dijadikan apa yang ada.
Bukankah kering ide itu ada, dan ada berarti bisa dikelola.

Orang sering mencari yang orang itu inginkan, dan kebanyakan yang tidak ada yang dicari atau yang jauh, sehingga melupakan yang sedang dihadapi atau abai. Pun sebenarnya kita jua tahu jika manusia diberi mampu merubah dari yang sederhana menjadi luar biasa, padahal Tuhan mengadakan sesuatu untuk memberi manfaat, dan yang dihadapi sedang menunggu sentuhan.
Aku hanya berfikir seandainya warga Bali tidak menggali sumberdaya yang terkandung didalam Bali itu sendiri mungkin Bali tak dilirik lagi.
Bali tidak menjual pengetahuan atau technology atau apa saja yang dimiliki dunia modern barat.
Tapi Bali bisa berdaya ekonomi, cukup dengan mengelola apa yang ada. Bali contoh kepercayaan terhadap kemampuan dari sendiri, bukan pengikut.
Bali sukses dengan cara menjadi diri sendiri.

Sering pengetahuan kita justru menjadi tabir bukan sebagai sarana pendukung.
Sering kita dibatasi aturan aturan yang kita dapat dari akademi, seolah pengetahuan yang menjamin hidup. Seolah pengetahuan yang memberi surga. Dan seolah harus.

Jika boleh aku meminjam kalimat "dan Tuhanmu akan menutup pintu rizki bagi siapa yang memutuskan tali silaturrahmi"
aku rasa kalimat itu mengatakan silaturrahmi yang memberi jaminan rizki atas kehidupan, bukan pengetahuan.
Silaturrahmi dengan tumbuhan padi hasilnya memberi kita makan pun sisanya bisa kita jual.
Pun yang menjamin surga aku rasa perbuatan, bukan pengetahuan.
Pengetahuan bukan segalanya, sekedar sarana. Dan aku tahu memang pengetahuan bersifat wajib ada. Memang benar pengetahuan mengantar manusia pada peradaban.
Tapi aku juga tega membunuh pengetahuan jika pengetahuan itu menjadi tabir.
Alam yang mengandung pengetahuan, bukan pengetahuan yang mengandung alam.
Dan aku hidup di alam, aku membiarkan alam mengajarkan apa yang alam miliki.

Kemala lupa jika aku mampu mengolah diamnya menjadi kalimat apa saja. Kemala lupa jika aku mendengar bahasa sisi dalamnya. Kemala lupa jika aku mendalami mistik kuno. Atau mungkin kemala lupa jika aku punya rasa yang bisa merasa.

Yah... aku tak lebih dari dukun yang menebar dusta unrasional.

Aku ingin menari berputar sesuka hati dengan tangan diatas kepala sambil bertepuk, aku ingin selebrasi walau tanpa sebab. Aku memilih lagu Fifa 2010 untuk menambah suasana bahagia.
Bisa juga kau sebut aku idiot, untuk sebuah kebahagiaan tanpa sebab.

Kemala hanya nama, tetapi ruhnya masih saja menyapa. Dan aku belum bosan untuk mengucap salam.
Mungkinkah dia tahu perasaanku?
Mungkin pikirannya sangat membenci kalimatku.
Aku rasa Kemala cerdas tentu dia mengikuti pikiran bukan perasaan.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...