"Biar aku yang menghadapi" pinta Arya sambil meraih tangan Dewi.
Dewi agak terhenyak mendengar kalimat dari Arya. Dewi memandangi raut Arya memastikan kebenaran kalimat yang baru saja didengar. Arya membalas tatapan Dewi dengan senyum meminta kepercayaan.
"Duh Gusti, terserah Engkau, nyata aku tidak mampu, aku menerima dengan ikhlas apapun kehendak-Mu, jika ini sudah Engkau tetapkan" gumam Arya. Mungkin Arya telah sampai dipenghujung asa, jelas Arya tak siap menghadapi gambaran yang ditimbulkan oleh sangkanya sendiri. Yang masih dimemiliki hanya komunikasi sederhana itu. Arya mencoba untuk tidak melibatkan yang lain.
Dan benar rabaan Dewi, datang menghampiri empat laki-laki dengan wajah beku. Sedang Arya yang memang telah siap dengan kemungkinan yang terburuk juga memasang muka dingin.
"Yang ini rupanya" dengan suara parau salah satu dari mereka membuka pembicaraan.
Arya tak membalas kalimat, hanya tak lepas menatap wajah pria itu.
"Tetua adat mengutus kami untuk menjemput kalian, ikutilah kami" rupanya lain kenyataannya dari yang terbayangkan sebelumnya, mereka hanya utusan untuk menjemput, bukan untuk kontak fisik.
Sesampai di rumah panggung besar Arya dan Dewi dipersilahkan masuk.
Setelah salam keduanya duduk berdampingan di lantai kayu dan berhadapan dengan tetua adat.
"Kali pertama rupanya kalian masuk kampung ini, aku minta maaf atas sambutan yang tidak mengenakan dari salah satu warga kami, ayo sambil diminum" dengan lembut dan santun tetua adat mempersilahkan. Senyum tetua adat sangat sulit diartikan.
"Aku melihat dengan jelas kau menyimpan kerinduan terhadap perempuan, kerinduan yang membuat bidadari cemburu" sambil tangan tua itu trampil menyusun kapur, sirih dan pinang. yang hendak dikunyah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar