"Sang Keinginan yang makin jelas memaksa untuk menjadi imam.
Sang Pikiran selalu tak mau kalah dengan merebut alih kekuasaan dengan cara memamerkan skenario berikut ilustrasi yang teramat menakjubkan.
Sang Nalar berusaha setia dengan mencarikan solusi untuk dijadikan asumsi.
Sang Hati memberi nuansa dengan meniupkan mantra disela suasana yang mempengaruhi semesta hingga menjadi terasa.
Tinggal kau sedia tidaknya.
Keadaan mungkin tak selalu bagus, tapi bagus pun tidak adalah suasana yang menggunakan pengukuran kaca mata selera individu, sedang aku hanya menganggap sebagai seni permainan dari kehidupan yang bisa dinikmati.
Apakah kau masih berfikir jika jalan akan selalu baik seperti dalam cerita pengantar tidurmu sewaktu kau masih kecil dulu.
Sayangnya aku tak bisa menjadikan hidupmu lepas dari kenyataan dusta, perselingkuhan, ketidaknyamanan, kekecewaan atau apa saja yang tidak pernah terbersit dibenakmu bakal terjadi, sesuatu yang mendapat gunjingan dan pencelaan, yang justru kau sendiri membenci tapi kau sendiri menjalani.
Aku hanya bisa mengatakan hidup terlalu liar, tertawalah dan nikmati, untuk kedewasaan dikemudian hari"
Arya rupanya tak terlalu pintar untuk mencerna ocehan Dewi, hanya terdengar tapi tak meninggalkan bekas.
Dalam hatinya masih saja ada Kemala, hadir seperti kabut menyelimuti, walaupun dia telah bersusah payah melepaskan.
Tapi percuma.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar