4.02.2013

Mengawali Hari

Rupanya pagi akan tanpa matahari, yang ada hanya mendung. Dimah masih
tidak menemukan indikasi yang bisa dikalkulasi untuk menentukan jarak
yang akan mereka tempuh untuk mencapai Tanah Dalam.
"Kau mencintainya" ucap Salma ketika mata Dimah terhenti pada Urip
yang berdiri di tepi danau untuk mempelajari medan. Dimah menoleh
dengan muka yang mendadak merah.
"Dia? ...kau tahu tidak? Dia orang yang paling aku benci dimuka bumi
ini, dia egois, tak berperasaan, keras kepala dan...dia
kekasih...ee...Aluh sahabatku yang...masih... ." jawab Dimah terhenti
tanpa sebab, kali ini Dimah sangat terusik hingga jawaban yang
disampaikan bernada tinggi dan makin jelas sedang mencari-cari alasan
untuk menutupi sesuatu. Namun Salma tersenyum sambil mengulurkan teh
hangat pengusir dingin malam yang masih tersisa, Salma tidak perlu
menggali lebih jauh karena sanggahan Dimah sangat menunjukkan betapa
Dimah menyimpan Urip di hati dan tak boleh seorangpun tahu itu, tentu
sudah cukup memberi penjelasan tentang adanya cinta. Atau barangkali
Dimah masih ragu untuk mengambil kesempatan kedua dari kebersamaan
yang sedang dilalui.
"Kok senyumnya begitu?" Dimah sangat kurang nyaman mendapati raut
Salma yang lebih pada menunjukkan bahwa Salma kurang percaya pada apa
yang telah disampaikannya tentang Urip.
"Banyak orang kesulitan menentukan koordinat Tanah Dalam hingga banyak
yang tak pernah sampai, hingga mereka hilang tanpa kabar lagi. Tanah
Dalam akan semakin jauh sewaktu dicari. Aku sarankan ikuti saja arah
matahari tenggelam dan jika kalian nanti temukan tiga pohon asam besar
yang berdiri sejajar maka ucapkan salam padanya dan ambillah jalan
kearah kanan, kalian akan menemukan Tanah Dalam. Berjalan saja, jangan
pikirkan Tanah Dalam" ucap Salma.
Dimah berusaha keras mencerna ilustrasi yang disampaikan oleh Salma
hingga dia tak tahu jika Salma telah beranjak meninggalkannya.
"Percayalah justru saat kau mengerti apa yang kau pikirkan maka kau
akan salah" ucap Salma yang makin menjauh.

Sedang Beng sibuk di ruang baca melurut dengan seksama deretan buku di
rak buku. Buku tentang Datu Panglima Naga menghentikan jari
telunjuknya yang sedari tadi sibuk membantu fokus matanya yang sedikit
rabun, sesaat Beng mencermati judul yang tertera kemudian diambilnya
buku itu.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...