Nungkai mulai memahami bagaimana seharusnya dia pun Nisa bersikap
karena tak mungkin terus menggunakan cara yang sama sedang mereka
mengiginkan perubahan.
Terlintas, mustahil jika positif tanpa negatif akan terjadi reaksi.
Keberhasilan tubuh justru ketika melibatkan tangan kiri dan kanan.
"Nis, jangan ragu, jika memang kau baik maka tetaplah baik pada
mereka, lantunkan doa baik pada mereka, biarkan aku tetap menjadi
jahat pada mereka, maka akan aku lepas segala kejahatan pada mereka.
Jika kau santun maka biarkan aku yang tak memiliki tata. Keseimbangan
justru ketika ada matahari dan bulan" bisik Nungkai meyakinkan Nisa.
Nafas nungkai tak teratur menahan emosi yang makin meninggi, Nungkai
seperti hanya dijadikan mainan oleh Mudya.
Tidak jauh berselang Nisa sudah menyatukan kedua telapak tangan di
dada sambil mulutnya mengucap doa selamat atas Nungkai, Mudya juga
perempuan tua itu. Sedang Nungkai pilih menjauh. Berlalu membawa
amarahnya.
"Ambillah monyet itu jika kalian mengingini" ucap Nisa dengan lemah.
Mendengar itu Mudya sedikit terkejut dan merasa telah memenangkan
perebutan tanpa ada kesulitan berarti, apalagi Nungkai telah jelas
terlihat menjauh meninggalkan mereka.
Nisa segera mengulurkan kunci pembuka gerbang sangkar monyet
keseimbangan itu pada Mudya, pun Mudya tak menyiakan dan segera
menyambut dengan sumpah serapah merendahkan Nisa pun Nungkai.
Tak menyiakan, Nungkai mengambil sedikit kesempatan dari saat
terlenanya Mudya. Berbalik arah lalu
"wyusimamubi, gelap, amun ikau tajuhut kunci" teriak Nungkai.
Wajah kejam dari amarah dan kebencian yang mendalam kepada Mudya
sangat menampak di wajah Nungkai.
Dan benar terjadi, kejut Mudya dan perempuan tua itu terlambat, mata
mereka terasa gelap dan telinga merekapun mendenging. Itu hanya
jebakan. Rupanya sihir Nungkai dengan mudah berhasil melumpuhkan
keduanya.
Belum selesai semua kejut dan linglung dari keduanya Nisa sudah
mendekat pada Mudya untuk mengambil kembali kunci itu, lalu
"Maafkan Nungkai seperti aku memaafkanmu, sejahat apapun Nungkai
dialah pelindungku. Maka aku lebih bahagia ketika ketika dia
mendapatkan seperti apa yang dia kehendaki" ucap Nisa.
Nungkai tertegun mendengar ucapan Nisa pada Mudya. Ada yang tersadari
dari ucapan "pelindungku", penyebutan ku pada kalimat itu jelas
mengisyaratkan kepemilikan.
Ku, rupanya Nungkai baru sadar jika Nisa telah begitu percaya padanya,
sehingga Nisa dengan jelas menjadikan dirinya sebagai milik.
Setengah hati Nungkai tersenyum.
Benarkah?. Nungkai tidak tahu harus sedih atau bahagia. Semua ada pada
wajahnya, tak perlu diucap. Apa yang terasa itulah jawabnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar