"Orang-orang sudah memandang kita sebagai orang aneh yang memiliki
fantasi berlebih, sadarlah Kai" Nisa mulai bisa membaca diamnya
Nungkai.
Nungkai hanya bisa menunduk, Nungkai masih merasa segan untuk mengucap
apa yang menjadi tujuan atas kedatangannya. Nungkai sangat tahu Nisa
yang telah menjauh dari kehidupan sosial.
"Tempat sempurna untuk tinggal. Jika malam telah tiba tentu sangatlah
indah di sini, taburan berjuta bintang yang terlihat lebih terang,
gugusan bima sakti dengan mudah terlihat oleh mata dan angin malam
selalu mambawa jiwa pada masa lalu, juga rindu" Nungkai masih sulit
mengutarakan.
"Nisa, aku tak memiliki banyak pilihan, aku datang kemari untuk
meminta bantuan" ucapan Nungkai terasa berat.
Kalimat sederhana Nungkai terasa begitu rumit untuk dijawab Nisa,
walaupun sebelumnya Nisa juga sudah tahu kemana arah pembicaraan
Nungkai.
Keduanya kembali terdiam dan tak tahu bagaimana cara berkomunikasi
yang seharusnya, Nungkai sadar jika ini akan sulit.
"Pertengkaran dan bau anggur kuat yang tersisa di gelas pada malam itu
telah membawaku pada kesendirian untuk menghabiskan malam yang terasa
selalu panjang, dan setelah setahun berlalu yang aku dengar dia telah
mencuri kitab sihir milik seorang tokoh dari Tanah Dalam yang
sekaligus guru sihirku. Sedang yang diketahui orang dari Tanah Luar
pun orang Tanah Dalam seharusnya hanya aku yang mengetahui keberadaan
kitab itu. Persekongkolan, itu yang mereka pikirkan tentang diriku.
Itu tidak mudah bagiku. Sejak itu pula aku memilih diam disini.
Kai, aku bersusah payah melupakan semua" ucap Nisa.
"Aku hanya ingin meminjam monyet empat muka" suara Nungkai sedikit parau.
Nisa terdiam, Nisa kali ini berada pada posisi yang benar-benar sulit.
Berharap Nungkai mengerti apa yang menjadi alasan ketidak sedianya
melepas monyet bermuka empat pada Nungkai rasanya mustahil. Sedang
Nisa mengenal Nungkai sebagai pribadi yang lembut tapi juga licik.
Nisa melepas nafas panjang, ada terbersit rasa menyerah di hatinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar