4.04.2013

Egi

Beng menutup buku yang baru sebagian terbaca, firasatnya mengatakan jika ada sesuatu yang sedang bakal terjadi dan itu bukan hal baik yang bisa mengancam kedua rekannya. Pun Salma juga menghentikan langkahnya yang sedang menuju dapur. Salma pun Beng sesaat saling pandang tanpa mengeluarkan kata sepatahpun, keduanya berusaha mengerahkan pengindranya.
Benar rupanya firasat mereka karena setelah itu terdengar Urip memanggil-manggil Dimah dengan suara yang terdengar gusar, Beng bergegas keluar rumah menghampiri keduanya ingin memastikan apa yang sedang terjadi.
Diluar didekat pohon agatis yang sudah mati Dimah terlihat telah mematung dan tidak sedang berhadapan dengan siapapun, sedang Urip tampak berlari menuju arah Dimah.
Beng terdiam sesaat dan tak lama kemudian kedua tangannya direntangkan dengan gerak gemulai sedang kedua mata dipejamkan.
"Tunggu Beng!" teriak Salma. Namun Beng tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan gerakannya.
"Percayalah, semua akan baik-baik" Salma berusaha memastikan, dan kali ini rupanya didengar Beng.
"Wyusimamubi, batampai wujud nang talindung lawan daun" Salma mengucap mantra sambil mengarahkan tangan keatas, lalu disaat bersamaan sebelum benar-benar Salma menyentakkan tangan yang tadi diatas kearah barat sudah terdengar jerit minta ampun. Namun Salma tidak segera menurunkan ancaman walaupun laki-laki kerdil yang telah menampakkan wujud itu telah menunduk dengan wajah penuh rasa takut.
Setelah kondisi sedikit tenang laki-laki kerdil itupun meminta ijin untuk menunjukkan apa yang ada dibalik baju kepada Salma. Kali ini wajah Salma yang berubah drastis tampak terkejut begitu membaca tulisan dengan menggunakan huruf palawa dipunggung laki-laki kerdil itu, dan ternyata itu dari Nungkai.
"Nungkai" ucapnya lirih. Salam dan cara Nungkai menyatakan kalimat-kalimat puja menjadikan makin gelap semesta. Salma tak mampu lagi mengurai cintanya yang semakin semu. Salma sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan sedang belum lagi terhalang hari Salma menumpahkan hasrat bersama Urip yang Salma sendiri akui memang dia terobati dengan itu.
"Ada apa Salma" tanya Beng
"Tidak, Nungkai ingin memastikan semua. Dia memiliki nama Egi dan Nungkai menggunakan dia untuk mengirim pesan dengan menggunakan punngungnya sebagai media tulis" Salma berusaha kembali manis dihadapan Beng. 
Salma merasa sangat terkungkung oleh cinta yang semakin hari justru semakin menghancurkan hidupnya sendiri, berpegang kalimat puja Nungkai yang tersadari makin menyesakkan nafas. Salma tidak pernah mengerti mengapa harus Nungkai,

Salma menghapus yang tertulis di punggung Egi, kemudian menggantinya dengan kalimat "SALAM"
Salma sangat tidak ingin menulis, tapi setidaknya dia juga tak ingin Nungkai hampa.

.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...