"Dia lebih dari yang kau duga. Ini hutan, berhati-hatilah" bisik Beng
pada Urip, seketika itu pula Urip menghentikan langkahnya untuk
mendekat pada perempuan kecil yang sedang mengulurkan tangan meminta
sesuatu.
Bukan kekecewaan yang terlihat diwajah perempuan kecil itu mengetahui
Urip menghentikan langkah untuk mendekat padanya tapi justru dia
tersenyum lalu memalingkan wajah membuang pandang dan berucap
"Roh kegelapan lebih menguasaimu, kau selalu didatangi rasa takut dan
bersalah. namun logika yang kau depankan untuk mendapatkan alasan, kau
lupa jika logika memiliki batas atas kadarnya masing-masing yang
menjadikan keraguan atas benar atau salah dari apa yang kau putuskan"
ujarnya.
Sesaat kemudian perempuan kecil itu mengeluarkan sisir perak dari
balik bajunya untuk merapikan rambutnya yang terlihat kumal dan tak
lagi hirau pada ketiganya. Halus aroma kenanga menyebar setelah itu.
Dimah merapatkan tubuh pada Urip, Dimah merasa ada sesuatu yang tidak
beres hingga menjadikan rasa takut yang tak terjelaskan. Dimah hanya
berpikir setidaknya masih ada Beng yang memiliki kemampuan sihir,
berharap ada kemungkinan yang menguntungkan dan tinggal melihat
bagaimana peluangnya.
Sedang Beng memilih untuk tidak terlibat lebih jauh, Beng memberi
isyarat pada Urip untuk tidak terlalu hirau pada perempuan kecil itu
dan meneruskan perjalanan.
Sedang bagi Urip pun Dimah yang belum lagi selesai rasa ingin tahunya
menjadikan mata dari keduanya masih tak bisa lepas, namun keduanya lebih baik
jika menanggapi ajakan Beng, karena itu pilihan terbaik walau mereka
masih enggan berlalu.
pada Urip, seketika itu pula Urip menghentikan langkahnya untuk
mendekat pada perempuan kecil yang sedang mengulurkan tangan meminta
sesuatu.
Bukan kekecewaan yang terlihat diwajah perempuan kecil itu mengetahui
Urip menghentikan langkah untuk mendekat padanya tapi justru dia
tersenyum lalu memalingkan wajah membuang pandang dan berucap
"Roh kegelapan lebih menguasaimu, kau selalu didatangi rasa takut dan
bersalah. namun logika yang kau depankan untuk mendapatkan alasan, kau
lupa jika logika memiliki batas atas kadarnya masing-masing yang
menjadikan keraguan atas benar atau salah dari apa yang kau putuskan"
ujarnya.
Sesaat kemudian perempuan kecil itu mengeluarkan sisir perak dari
balik bajunya untuk merapikan rambutnya yang terlihat kumal dan tak
lagi hirau pada ketiganya. Halus aroma kenanga menyebar setelah itu.
Dimah merapatkan tubuh pada Urip, Dimah merasa ada sesuatu yang tidak
beres hingga menjadikan rasa takut yang tak terjelaskan. Dimah hanya
berpikir setidaknya masih ada Beng yang memiliki kemampuan sihir,
berharap ada kemungkinan yang menguntungkan dan tinggal melihat
bagaimana peluangnya.
Sedang Beng memilih untuk tidak terlibat lebih jauh, Beng memberi
isyarat pada Urip untuk tidak terlalu hirau pada perempuan kecil itu
dan meneruskan perjalanan.
Sedang bagi Urip pun Dimah yang belum lagi selesai rasa ingin tahunya
menjadikan mata dari keduanya masih tak bisa lepas, namun keduanya lebih baik
jika menanggapi ajakan Beng, karena itu pilihan terbaik walau mereka
masih enggan berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar