"Apa ini ada berkaitan dengan Tanah Dalam, negeri yang hilang itu?"
Lendra mulai menangkap isyarat jika Narang ragu untuk menyampaikan
sesuatu, sedangkan Lendra mengetahui siapa kelompok Narang dan apa
yang sering orang-orang itu bicarakan.
"Kau masih peka juga jeli" puji Narang.
Lendra mengambil Nafas, tidak tahu dari mana untuk memulai.
"Apa Nungkai yang memintamu?" tanya Lendra.
Narang merasa tak perlu lagi menjawab karena dirasa Lendra sudah mengetahui.
"Monyet bermuka empat yang disebut sebagai monyet keseimbangan menjadi
kunci utama, selama monyet itu masih ada ditangan yang benar maka aku
rasa tidak akan serius. Setahuku warga Tanah Dalam bukanlah golongan
yang tamak, dan aku juga tahu Nungkai sangat menjunjung norma pun
aturan yang telah disepakati walau dia pengikut aliran hitam.
Nungkai sang ahli teluh, aku pernah belajar padanya bagaimana cara
memanipulasi sistim kekebalan tubuh walaupun sejujurnya aku tidak
begitu percaya dengan apa yang menjadi pemikirannya.
Kadang aku berfikir jika Nungkai akan bisa melakukan sesuatu dengan
tiba-tiba, dalam hitungan mili detik, seperti ledakan. Tapi tak pernah
sekalipun aku saksikan hal itu. Yah..." ujar Lendra
"Pasti hal yang serius. Aku rasa ada kemungkinan pihak lain yang
mengambil keuntungan diantaranya"lanjut Lendra.
Lendra mengambil minuman kaleng yang ada disampingnya lalu meminum.
Narang sama sekali tak menduga jika Lendra mengetahui banyak hal. Tapi
dari situ Narang merasa seperti mendapat harapan lagi.
"Aku yakin Nungkai sudah mempunyai perhitungan yang memadai, Nungkai
sudah pasti memiliki beberapa opsi yang dekat dengan penyelesaian. Aku
yakin Nungkai telah mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki, aku
yakin itu" pasti Lendra.
Lendra merasa tak perlu lagi Narang ikut pusing. Pun Lendra merasa
tidak akan bisa banyak membantu, karena dia sangat mengenal Nungkai.
"Nungkai selalu berfikir cepat, dia selalu lebih dulu mengetahui dan
dia selalu mampu melakukan apa yang orang lain tidak pernah bayangkan
dan pikirkan atau bahkan yang dianggap orang lain mustahil sekalipun"
ujar Lendra lagi.
Hampir tengah malam, embun sudah turun bersama dingin yang menusuk,
sebelum harus patah lagi harapan Narang, maka Narang harus tetap
mencoba.
"Semua yang kau sampaikan benar, tapi ada yang harus aku dapat dan aku
berharap kau mengetahui.
Monyet keseimbangan sudah Nungkai sendiri yang memastikannya tapi aku
harus mendapat batu penyangga dari monyet keseimbangan dan aku dengar
kau banyak tahu pasar gelap untuk barang langka" ucap Narang.
Kali ini Lendra hanya mendesah, Lendra merasa apa yang ingin didapat
Narang akan sangat sulit. Lendra meragukan Narang.
"Tadi kau membicarakan Arya, yang tewas bersama cinta dan kegagalan tugasnya.
Dulu saat Arya bertemu kekasihnya aku sungguh berharap itu akan
merubah Arya, berharap Arya lekas sadar akan kenyataan, dan awalnya
benar, Kemala namanya, dia dengan cepat telah memenuhi seluruh ruang
di hati Arya dan tak lama kemudian aku sudah melihat Arya yang mulai
suka menulis, mengirim ribuan surat pada Kemala. Pun aku tahu
kekasihnya tak lagi pernah membalas setelah surat yang keduanya. Tak
jua henti Arya atau sakit hati, aku tahu berapa besar cinta Arya pada
kemala.
Tapi entah apa, kemudian dia harus kembali lagi pada tokoh-tokoh tua
yang katanya ahli kitab.
Yang aku tahu hanya Arya mendapat tugas yang sama seperti apa yang
sedang diberikan padamu sekarang ini Narang" dengan sedikit memberat
suara Lendra.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar