4.29.2013

Lendra Bukan Pemberontak

Narang semakin percaya jika Lendra sekarang hanya peduli pada
statistik dan matematika.

"Ada baiknya kau temui Erla, dia seorang ahli fisika yang juga
tertarik pada metafisika, hanya saja dua hari yang lalu waktu aku
bertemu dengannya dia tampak seperti orang yang sedang buang perangai
(buang perangai dalam idiom masyarakat banjar berarti tanda mendekati
kematian, biasanya terjadi pada orang yang memiliki dasar kurang baik
di kehidupannya, pada saat mendekati kematian mereka tak mampu lagi
menahan perangai buruk itu, sedang biasanya keburukan itu bisa
ditutupi dan ditahan oleh kesadaran sosial tapi tidak disaat mendekat
ajal).
Entah apa yang terjadi hingga amarah terlihat begitu menguasai
hari-hari Erla" ujar Lendra.
"Erla, rasanya aku mengenal" sela Narang.
"Narang, bukan aku tak bersedia membantu. Aku harus memilih jalankan
sendiri" Lendra meminta maaf juga pengertian Narang.

Lendra memang sudah tak ingin lagi berurusan dengan orang-orang yang
dianggap kebanyakan orang lain selalu menabrak. Kesadaran Lendra
mengatakan bahwa sikap menabrak segala norma tak lebih dari
mempertegas pernyataan bahwa seseorang tersebut adalah golongan orang
yang terbuang atau gagal. Sikap pemberontakan yang lebih pada mencari
pengakuan atas keberadaannya yang tersisih, sikap memaksakan atas
segala kesalahan untuk dibenarkan.
Nungkai, Urip pun Arya sama-sama tak mampu mengendalikan sikap dalam
bersosial. Mungkin karena ketidakmampuan menterjemahkan cintanya
secara lugas yang bisa diterima pasangan mereka masing-masing. Yang
Lendra ketahui betapa mereka seperti bernafas tanpa udara disetiap
hari-harinya. Hidup terasa menjadi terlalu sulit.
Lendra hanya tahu bahwa hidup bukan sekedar adu argumentasi tapi
terukur dari apa yang telah dilakukan dan apa yang telah tercapai.
Lendra merasa dirinya masih waras.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...