8.28.2012

Tulisanku, Takutku

"Aku tidak pernah bisa untuk benar-benar mabuk seperti
sahabat-sahabatku yang bisa asyik" aku mengawali pembicaraan.
"bukankah kau mabuk dengan karya tulis?" ujar Jali sambil meletakkan
cangkir kopi di atas meja kayu.
"bukan, bukan itu tujuan hidupku. Sedang mabuk asumsiku adalah bebas
menjadi diri sendiri, berani melepaskan segala ikatan, lalu sikap
dasar menguasai tubuh. Berlaku tetap pada satu tujuan mati-matian
mendapatkan apa yang dikehendaki, tanpa hirau atas segala rintang"
jawabku.
"Bukankah dengan menulis kau bisa menyampaikan apa yang ada di
kepalamu? Bukankah isi kepalamu adalah dirimu" Jali mencoba
membenarkan apa yang aku telah lakukan selama ini.
"Jali, aku menulis untuk ingkar, bukan untuk benar, sedang syarat
benar adalah terbukti bukan asumsi, jika kau jeli maka kau akan
mengetahui bahwa tulisanku adalah wujud kegagalanku yang meminta
pembelaan agar dibenarkan, bahkan lebih berupa pelepasan tanggung
jawab atas ide yang seharusnya aku buktikan sendiri, bukan malah
diumbar dalam wujud tulisan, ini justru seolah menyerahkan ide itu
kepada pembaca tulisan untuk membuktikan.
Tulisanku adalah wujud ketakutanku untuk menyampaikan yang sebenarnya
kepada lingkunganku, bukankah hidupku disini. Tulisanku adalah tempat
bersembunyi dari segala cemooh atas ide-ideku. Jika apa yang aku tulis
memang yang benar dan nyata tentu para tetangga akan membenarkan dan
tentu aku akan kehabisan energi untuk melayani mereka dan tak pernah
ada waktu untuk menulis.
Nah bukankah tulisanku adalah takutku" aku menyalakan rokok dan
menghisapnya dalam-dalam.
"Ya, rokok yang sedang kita hisap sudah cukup untuk membuktikan bahwa
kita bukan orang yang cerdas"

"Urip, memang seperti ini kita. Buat apa kita mengeluh"
"Bukan mengeluh Jali, tapi tidakkah kita sedang bercermin"

Suasana lengang sesaat aku dan Jali kehilangan bahan pembicaraan.
"Bagaimana perempuan yang pernah membuatmu gila dulu" Jali mengambil
bahan dari sisi kehidupanku, aku tak bisa menjawab kecuali dengan tawa
ringan, tanda ketidak sediaanku membahas.
"Ayolah..." Jali mencoba menahan pikiranku agar bahan pembicaraan tidak berubah.
"Kau masih mabuk ya..." candaku, kali ini candaku mampu menebang
keingintahuan Jali. Terbukti dari tawanya yang teramat keras. Sedang
diamku justru menarik seluruh ingatanku kepada perempuan yang pernah
membuatku gila itu. Aku menghela nafas melepaskan semua bayangan
tentangnya.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...