Ada salah satu sabda dari salah seorang penyampai ajaran Tuhan yang pernah aku dengar dan kadang bangkit dari benak. Ya.. memang aku telah kehilangan ingatan akan itu semua, walaupun dulu dengan tekun aku membaca kitab-kitab ajaran.
"Jika engkau mempunyai seorang putra maka ajarkan kepadanya untuk memanah, berkuda dan juga berenang" itu kira-kira dari inti kalimat yang aku ingat. Kalimat sederhana bagi orang lain akan tetapi begitu membingungkan dan rumit bagiku. Bagimana tidak, sedang sepengetahuanku pemilik sabda itu bukan ahli memanah, bahkan senjata yang digunakannyapun berupa pedang, bukan panah.
Dan ajarkan kepadanya untuk berkuda, sedang penyampai sabda tersebut dalam ingatanku tidak pernah diceritakan menunggang kuda. Bagaimana mungkin seseorang bisa memberikan nasehat, sedang penyampai sama sekali tidak pernah melakukan apa yang diucapkannya.
Yang makin membingungkan lagi pada kalimat terakhir, tetang ajaran renang. Sependengarku beliau tak pernah dikisahkan bisa berenang, lebih membingungkan lagi ketika aku mengigat apa yang pernah aku dengar tentang dataran Arab, menurut cerita di negeri itu susah mendapatkan air, lalu bagaimana mungkin untuk berenang.
Maaf jika aku salah, tolong dinyatakan yang sebenarnya jika aku salah, (anggap aku orang sesat/kafir)
Saking bingungnya suatu ketika aku berdiskusi dengan seorang sahabat, namun dari diskusi itu hanya menimbulkan kerancuan. Diskusi tak membawa hasil, " mengapa tidak dicoba saja" usul sahabatku. Aku bengong, tidak aku sangka usulan itu dialamatkan padaku.
Singkat cerita kami akhirnya benar- benar melakukan tiga hal tersebut. Dan berujung pada tidak juga ada sesuatu yang bisa kami fahami.
Tapi setidaknya ada sedikit pengalaman yang bisa aku jadikan rujukan.
Memanah sungguh hanya mudah dibayangan juga ucapan, akan tetapi sulit mencapai sasaran bidik. Memanah sangat memerlukan fokus, begitu menarik anak panah dari busurnya tak lagi kita bisa memperhatikan yang lain, selain sasaran. Pun perasaan juga analisa lingkungan (utamanya angin) sangat berperan.
Sedang berkuda juga mudah dilihat, akan tetapi jika kita belum terbiasa akan menjadi masalah, memerlukan tehnik kusus, dan yang tak kalah penting memahami karakter kuda yang sedang kita tunggangi (aku ambil dari pengalaman pemilik kuda di daerah Takisung, kira-kira 80 km dari kota Banjarmasin).
Dan berenang , yang ini aku sudah terlalu sering melakukannya, satu hal dari berenang yang aku fahami, tetap berusaha untuk bisa mengapung atau tenggelam yang berarti mati. Dari kebiasaan, aku tidak terlalu memforsir energy setiap kali berenang, biasanya aku berusaha rilek, cukup bisa terapung, sisanya jika memungkinkan baru menambah kecepatran. Jika ingin cepat maka aku akan selalu perhatikan jarak tempuh terlebih dahulu, untuk mengukur kemampuan.( maklum, aku perenang sungai, bukan atlit profisional)
Jika aku asumsikan dengan apa yang aku alami, mungkin maksud dari sabda itu akan mengarah pada kebijaksanaan hidup. Bukan murni seperti yang disabdakan. Mungkin.
Memanah kemungkinan yang dimaksud adalah tentukan yang engkau kehendaki dan fokus, kombinasi kecermatan dan analisa juga perasaan akan sangat diperlukan. Satu sasaran dengan jelas. fokus, fokus dan fokus pada tujuan.
Berkuda kemungkinan yang dimaksud untuk belajar mampu menyelaraskan dalam kerjasama, memahami secara utuh, kesatuan kerjasama team yang mampu saling isi. Berhubungan dengan sesuatu sampai benar-benar faham dan mampu menyentuh hingga esensi.
Berenang kemungkinan yang dimaksukan jangan terlalu menggila dalam kehidupan, jangan terlalu agresif hingga lupa daratan yang justru bisa berdampak pada kondisi sebaliknya, menenggelamkan diri sendiri.
Rupanya sabda itu akan multi tafsir. Dan itu saja yang aku fahami, sudah tentu salah. dan aku berharap maaf.
Salamku, untuk semua yang sedang menjalankan apa yang telah diperintahkan pada bulan penuh berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar