8.06.2012

Sesal


Aku bukan karakter yang mampu fokus, seperti tafsirku tentang  makna belajar memanah (edisi  3 Agustus 2012, yang berjudul “ Maafkan”) .  Aku suka membiarkan apa saja masuk dan mengambil ruang dalam kehidupanku.
“ Celaka, sungguh celaka” kutukan sederhana yang sering ditujukan padaku dan  teramat sering aku dengar. Aku membiarkan mekanisme alam membengkok luruskan perjalanan hidupku.  Hingga tiba hari itu, aku bertemu denganmu.
Ya, agak kembali waras yang aku dapati, otak kiri yang sering kau sebut-sebut itu kini bangkit dari tidurnya. Akan tetapi aku memang setengah iblis yang mewujud barangkali. Otak kiri itu justru makin suka memutar balik apa yang telah menjadi kesepakatan sosial. Tapi biar, inilah aku, bukan seperti yang lain, bukankah masing-masing pribadi memiliki istimewanya masing-masing, termasuk keburukan yang mengakar dalam kehidupanku , istimewa ketika menjadi terburuk, istimewa karena tak satupun pribadi ada yang sama.
 Hanya satu catatan kecil yang  akan tetap aku simpan dan aku jaga, catatan tentang harapan, satu harapan untuk bisa menemukan apa itu yang dikatakan sebagai kebenaran. Harapan. Sama seperti dongeng kotak pandora yang pernah engkau ceritakan padaku setahun yang lalu, dan aku masih setia menyimpan. Pun aku tahu itu tidak akan membuatku lebih pintar, tentu kau sangat tahu memanglah aku bukan orang yang pintar.

Ada satu hal yang aku sadari, akan tetapi semuanya sudah terlambat. Mungkin ini yang membuat aku menjadi berbeda. Aku sangat terlambat menyadari jika ada mekanisme dalam kerja tubuh yang seharusnya sejak jauh-jauh hari bisa terkontrol keteraturan sistemnya.
Aku ambil contoh soal hati. Sedang pengertian hati yang difahami masyarakat secara umum nyatanya berbeda dengan pengertian ilmu medis.
Medis menterjemahkan hati sebagai kelenjar besar yang terletak diperut sebelah kanan, dengan fungsi alat ekskresi. Membantu fungsi ginjal dengan memisahkan mana yang bersifat racun dan mana yang berguna untuk tubuh.
Sedang masyarakat umum menyatakan hati sebagai intrumen dalam tubuh yang berbeda fungsi maupun letak dengan uraian medis. Dalam pandangan masyarakat hati bisa berarti tempat untuk bersemayamnya kondisi (bersih, kotor, baik, buruk, sedih pun bahagia) dan sangat mempengaruhi sebelum terjadi tindakan (niat). Tentu  akan banyak asumsi lain tentang hati yang lebih tepat.
Namun pada kenyataanya semua pusat pengendalian tubuh ada dikepala. Bukan di perut sebelah kanan (hati pengertian medis).
Jika aku mengabaikan semua fungsi hati diatas, dan mengambil kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari maka akan lain lagi hasilnya. Sekedar contoh, jika seseorang mendapati sesuatu yang teramat buruk, mengapa justru terasa menyakitkannya di dada, bukan dikepala. Bukankah menurut akademisi yang menggeluti otak seharusnya hati itu di otak jua.  Jadi wajar jika orang kuno menunjuk hati itu di dada.

Lalu aku mengambil apa yang diajarkan oleh agama. Agama mengajarkan untuk memperbaiki hati, bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang baik pun mana yang buruk. Demi hari kemudian, hari akhir.
Jika  aku kembali kepada sistem kendali  tubuh yang berada di kepala, maka akan ada sedikit gambaran bahwa agama mengajarkan untuk bisa membedakan baik pun buruk rupanya ada keterkaitan dengan fungsi organ tubuh secara medis yang berujung pada panjangnya umur.
Jika hati di otak kita tidak bisa membedakan baik pun buruk, maka kemungkinan fungsi hati (medis) juga akan berlaku sejajar dengan tidak bisa membedakan racun pun nutrisi. Jika terbiasa melakukan yang haram, takutnya fungsi  hati (medis) juga berlaku sama, akan menyerap juga racun, bukannya dibuang bersama air seni.
Rupanya agama mengajarkan untuk menyusun keteraturan pada sytem kerja otak, utamanya system kerja otak yang berada  dibawah control sadar (jantung, hati, pencernaan dan banyak lagi, aku tidak begitu tahu soal  tubuh). saya ambil contoh orang yang melakukan latihan beladiri jika mendapat serangan mendadak maka akan otomatis melakukan tangkisan (reflek). dan reflek bersifat bawah control.
pun kebiasaan membedakan baik dan buruk jika dilakukan secara teratur akan menghidupkan reflek.Dan reflek tidak melulu organ luar, namun bisa timbul pada organ dalam termasuk hati(medis).
Nah, aku terlambat menyadari itu,dalam tubuhku terlanjur banyak racun yang diserap oleh hati(medis), tinggal menunggu hari datangnya sakit. Control bawah sadar tidak bisa seperti otak cerdas yang mudah menerima penyampaian dan segera memahami. Otak bawah sadar hanya bisa diajari dengan keteraturan yang terus-menerus tanpa henti.
Jika ingin mermbuktikan sangat mudah. Jika engkau berada di lingkungan muslim, maka perhatikan, mereka yang taat mengerjakan sholat maka jam tidur maupun bangunnya akan teratur (kebanyakan mereka tidak tahan membuka mata hingga larut). Sedang yang tidak mengerjakan sholat kebanyakan tidak teratur rasa kantuknya( bisa dini hari baru kantuk), pun bangunnya, bisa sudah siang. Dengan catatan cari sample yang sama dalam kehidupannya , contoh ambil sampel dari beberapa orang yang masih sekolah, atau pengangguran.

Agama bagiku logika, agama pun kitab untuk manusia, seharusnya bisa difahami manusia, seharusnya masuk akal manusia. agama tidak diturunkan untuk hewan, bukan jua untuk Tuhan sendiri. Asumsiku ritual bukan untuk Tuhan. Tuhan tidak gila hormat. Ritual adalah cara menghidupkan control bawah sadar, demi nasib manusia itu sendiri.
Dan aku termasuk golongan orang yang merugi, karena aku telah mengabaikan peringatan.

Tak lupa aku sangat-sangat minta maaf atas gilanya aku. Tak bermaksud melecehkan, melainkan aku ingin meledakkan isi kepala. Sungguh bersyukur ketika kau katakan aku sebagai kawan dari setan yang dikutuk dan dirajam.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...