Jam menunjuk pukul 2, cuaca cerah tidak, berawan juga tidak, bulan di
sebelah barat hampir tenggelam, tampak separuh, buram cahayanya,
mungkin karena kabut asap dari lahan gambut yang sedang terbakar.
Setidaknya bukan otakku yang buram, walau aku tak jauh beda dengan
Jali, sama mabuknya.
Andika juga mabuk, dia selalu berkalimat yang sulit dimengerti,
kalimat pengidentitasan dirinya bahwa dia gila, cerdas dan
berpengetahuan, walaupun kehidupannya sekarat, tapi begitu bergairah
ketika mendapat sampel dari air selokan pabrik.
Pun Arief yang siang malam hanya sibuk menyusun konsep tata kelola
ruang yang diterjemahannya kedalam bentuk karya tulis. Mungkin semua
orang mabuk, demi menjadi diri sendiri.
Samakah aku?, aku rasa tidak, setidaknya aku sadar jika aku bukan
profesional dan menulis bukanlah cara hidupku, aku hanya merasa
seolah-seolah dilahirkan untuk berkalimat, sedangkan kenyataannya?.
Manusia telah di beri kesempatan, mengapa sia-sia dengan kalimat yang
tidak berarti. Ya, aku percaya adanya kelahiran kedua. Yaitu saat
setengah daripada ruh telah menampak wujudnya, saat manusia melihat
bukan hanya dengan mata yang ada dikepala, melainkan akan terlibat
mata dari kesadaran ruh. Saat kesadaran ruh lahir maka penglihat,
pendengar, pembau, pengrasa juga pengraba dari ruh itu akan ada
terlibat dalam kehidupan.
Dan mungkin mabuk akan menjadi pilihan terbaik, sehingga kau pun aku
bisa mengendurkan segala ikatan. Lalu membiarkan setengah daripada ruh
menampakan wujudnya yang sama sekali berbeda dengan pola pikir sang
penyusun ikatan.
sebelah barat hampir tenggelam, tampak separuh, buram cahayanya,
mungkin karena kabut asap dari lahan gambut yang sedang terbakar.
Setidaknya bukan otakku yang buram, walau aku tak jauh beda dengan
Jali, sama mabuknya.
Andika juga mabuk, dia selalu berkalimat yang sulit dimengerti,
kalimat pengidentitasan dirinya bahwa dia gila, cerdas dan
berpengetahuan, walaupun kehidupannya sekarat, tapi begitu bergairah
ketika mendapat sampel dari air selokan pabrik.
Pun Arief yang siang malam hanya sibuk menyusun konsep tata kelola
ruang yang diterjemahannya kedalam bentuk karya tulis. Mungkin semua
orang mabuk, demi menjadi diri sendiri.
Samakah aku?, aku rasa tidak, setidaknya aku sadar jika aku bukan
profesional dan menulis bukanlah cara hidupku, aku hanya merasa
seolah-seolah dilahirkan untuk berkalimat, sedangkan kenyataannya?.
Manusia telah di beri kesempatan, mengapa sia-sia dengan kalimat yang
tidak berarti. Ya, aku percaya adanya kelahiran kedua. Yaitu saat
setengah daripada ruh telah menampak wujudnya, saat manusia melihat
bukan hanya dengan mata yang ada dikepala, melainkan akan terlibat
mata dari kesadaran ruh. Saat kesadaran ruh lahir maka penglihat,
pendengar, pembau, pengrasa juga pengraba dari ruh itu akan ada
terlibat dalam kehidupan.
Dan mungkin mabuk akan menjadi pilihan terbaik, sehingga kau pun aku
bisa mengendurkan segala ikatan. Lalu membiarkan setengah daripada ruh
menampakan wujudnya yang sama sekali berbeda dengan pola pikir sang
penyusun ikatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar