8.20.2012

Bukan Salahmu Tapi Salahku


Yang paling berat justru kesediaan menjadikan aspek keburukan orang lain yang menyakitkan hati kita pada masa lalu tersadari sebagai fungsi manfaat atas berlakunya kehidupan, bukan sebagai pengganggu dari kehidupan. Lalu menganggap segala kekejian yang terlontar justru bersumber dari keburukan diri sendiri, sehingga menjadi teramat pantas ketika orang lain menyakiti hati kita, sesungguhnya mereka tidaklah berkehendak untuk menyakiti hati kita, kecuali mereka melukai keburukkan yang ada pada diri kita sendiri. Demi belajar memahami santun sebagai etika sosial.
Memohon maaf dengan kalimat-kalimat puitis justru terasa sebagai kebohongan yang menghilangkan esensi maaf, mengapa tidak mencoba untuk  meminta maaf dalam wujud yang bukan kalimat, melainkan belajar untuk tidak  berbuat sesuatu yang bisa memancing kekejian itu datang.
Mungkin dengan cara ini kita bisa belajar untuk menjadi manusia yang lebih memiliki harkat juga beradab. Bukan manusia yang dipenuhi kalkulasi, yang nantinya justru menggerogoti keikhlasan kita sendiri.
Belajar dari bisik sahabatku yang masih ber-Tuhan “ jika ditampar pipi kirimu maka berikanlah pipi kananmu”
Jika simbul-simbul kemarahan dan kebencian itu tersadari telah tiba, baik segera maafkan diri sendiri yang telah berlaku buruk, sehingga dengan sendirinya maaf kepada orang lain itu berbisik dihati dengan lembut, hingga memancing senyum dibibir.
Minal ‘aidin walfaidzin.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...