"Tulisanku tetap aku yakini sebagai rak penyimpanan terbuka atas bukti
ketidak mampuanku menggunakan energi dengan tepat, jika aku asumsikan
hidup sebagai gerak kecil individu yang saling kait demi mendukung
nasib mata rantai gerak besar kehidupan alam . Energi yang ada pada
masa tubuhku dalam satu waktu hanya memiliki satu arah pelepasan, dua
waktu berarti dua pelepasan, tiga waktu berarti tiga pelepasan dan
seterusnya. Waktu yang aku maksud adalah tempo aktivitas, jika aku
asumsikan waktu dengan sesuatu yang dibagi kerja sama dengan hasil.
Lalu bisakah kita tepat membidik dengan menggunakan dua anak panah
dalam satu busur, dalam waktu yang bersamaan.
Jika aku gunakan energi pada masa tubuh untuk membuktikan sesuatu
berarti energiku telah terlepas dan berpindah pada titik yang aku
kehendaki, yang secara otomatis akan memberi pengaruh pada titik
tersebut, karena sekecil apapun perpindahan energi selalu berdampak
perubahan pada penerima energi. namun jika energi yang terlepaskan
tidak bergerak kearah yang dituju maka energi dalam masa tubuh yang
terlepas akan memilih tempatnya sendiri, yang berarti gagal sasaran.
Menurutku manusia memiliki otak yang merupakan pemicu pelepasan
energi, sedang otak tak pernah berhenti selama manusia hidup. Namun
jika energi dilepas melalui kalimat maka hasilnya maya. Sedang kalimat
hanya menghasilkan pengaruh pada otak, bukan bukti nyata. Sedang bukti
berati bisa dilihat dan diraba. Ini maksud kegagalanku, aku tidak
mampu menggunakan energi pada masa tubuhku, lalu kalimat aku jadikan
sarana pelepasan energi.
Ini yang aku ragukan ketika aku berkalimat, terasa membuang energi
yang ada didalam masa tubuh tanpa hasil nyata, kecuali perpindahan
menuju otak individu-individu lain yang memiliki kesamaan pola. Namun
ada kekhawatiran jika energi tak dilepaskan, sedang otak terus memicu.
Andai gerak tidak, kalimat juga tidak, sedang otak memicu energi untuk
lepas pada satu tujuan, kira-kira apa hasilnya. Sedang jika energi
terlepas pasti ada reaksi" aku mengambil rokok berniat mengurangi
ketegangan yang terus mengalir dari mulutku.
"Habis berapa botol kalian tadi?, sejak kapan Urip mau kau ajak minum
Jali?" Andika memecah keseriusanku, sedang Jali tertawa, menyadari
betapa kejamnya Andika meledekku.
"Wah..., mabuk berat kamu Rip, sejak kapan kamu mengerti energi, masa"
Andika tertawa keras, menikmati kecutnya wajahku.
Dua sahabat yang aku kagumi, mereka berdua sangat faham situasi. Aku
baru sadar jika Jali akan sakit kepala mendengar ucapanku, aku lupa
jika Jali lebih faham dengan hal-hal kongkrit.
Kami bertiga menghabiskan malam dengan tawa, membiarkan lepas semua
energi, mengurangi beban.
Sedang seharusnya dua pertiga malam merupakan waktu terbaik untuk
melepas energi melalui doa, sementara semesta sekalian alam sedang
lelap dengan kondisi terlemah dan sangat siap menerima energi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar